Author pov."Lisa! Apus ga!" Sepulang sekolah tadi, Jennie terus berteriak menyuruh Lisa menghapus foto jari tengahnya. Ia tidak ingin papi nya melihat foto itu, bisa rusak citranya sebagai anak baik-baik.
"Ada syaratnya" Lisa duduk santai di ruang tengah, meminum susu coklat dan memakan beberapa cemilan.
"Gaya lo pake syarat segala" Jennie ikut duduk, melipat kedua tangannya sebal melihat wajah Lisa.
"Ga mau yaudah. Aku kirim ke papi nih" Lisa menunjukkan fotonya.
"Ck, fine" Jennie memutar matanya.
"Kkkhh gitu dong mbul"
"Apa syaratnya?"
"Ada tiga syarat sih sebenarnya"
"Banyak maunya ya cungkring, gue botakin juga poni lo lama-lama"
"Yakiiiin" Lisa menggoyangkan alisnya.
"Apaan! Cepat sebutin" dengus Jennie.
"Yang pertama lo harus jadi babu gue hari ini, kedua lo harus nurutin perkataan gue dan ga boleh ngebantah. Ketiga, ini paling serius nih" kata Lisa.
"Apa cepat" desak Jennie.
"Gue pengen kita baikan, saling sayang, manggilnya aku kamu, dan ga ada berantem-berantem selama tiga hari. Selepas itu kita jadi musuh lagi. Deal" Lisa menjulurkan tangannya.
"Okey, deal" Jennie menerima jabat tangan Lisa.
"Hai teman" Lisa mengacak gemas rambut Jennie.
"Iissh rambut aku" Jennie cemberut menyingkirkan tangan Lisa.
"Aww aku ga tuh" batin Lisa.
"Ekhm, hari ini kamu jadi babu kan?" Lisa menyunggingkan senyumnya.
"Ck, mau gimana lagi. Iya" jawab Jennie penuh keterpaksaan.
"Pijit dong bu, punggung aku pegal" Lisa menepuk-nepuk punggungnya.
"Ya ga mesti manggil babu juga kali" Jennie menepuk pundak Lisa.
"Iya iya. Pijit punggung aku dong mbul, pegel nih" Lisa membuka kaosnya, dia hanya menggunakan sport bra dan setelah itu tidur tengkurap di sofa.
"Sialan! Gue jadi panas sendiri liat otot perut Lisa" batin Jennie.
"Ekhm, jadi pijit ga nih?" Lisa membuyarkan lamunan Jennie.
"Ah iyah" Jennie duduk di samping Lisa, tangannya mulai menyentuh kulit putih Lisa yang terasa sangat halus.
"Ga berasa mbul, yang kuat dong pijitnya" kata Lisa.
"Hemm" dehem Jennie.
Jennie menekan tangannya di punggung Lisa, mengelusnya dan memijitnya dari atas sampai bawah.
"Aahh kamu udah cocok jadi tukang pijit mbul" mata Lisa terpejam menikmati pijitan Jennie.
Jennie tidak menjawab, dia sibuk memijit punggung Lisa dan sesekali menatap wajah polos Lisa.
"Sempurna" batin Jennie.
"Emhh ke kiri dikit mbul, disitu kurang pijit" Jennie menurut, memijit bagian kiri dengan lembut.
"Ahss yang deket ketek aku mbul, di situ gatel banget, garukin dong"
"Bawel ih" Jennie memutar matanya, tapi tetap saja dia menggaruknya.
"Hehehe abisnya pijitan kamu enak. Oh iya, kamu bisa ngerok gak?"
"Ga bisa lah"
"Yaudah, tadinya sekalian di kerokin biar angin aku keluar"
"Ke tukang pijit aja sih"
"Ga ah, males banget. Nanti aja aku nyuruh mama, soalnya mama pintar ngerok"
"Ooh" Jennie manggut-manggut.
Sepuluh menit Jennie memijit Lisa, sekarang dia kelelahan dan menyudahi pijitannya.
"Huhh gila, cape juga ya jadi tukang pijit" Jennie menyeka keringat di pelipisnya.
"Baru sepuluh menit mbul. Tukang pijit aja bisa sampe berjam-jam" kata lain sambil memakai kaosnya kembali.
"Ya aku kan ga tukang pijit beneran" Jennie memutar matanya.
"Kkkhh canda mbul" Lisa mencubit pipi Jennie.
"Ambilin aku susu di kulkas mbul, abis nih susu aku" Lisa menggoyangkan kotak susunya.
"Iya" tanpa berlama-lama Jennie mengambil susu coklat untuk Lisa dan setelah itu kembali menghampiri Lisa.
"Nih" Jennie memberikan susu ke tangan Lisa.
"Makasih mbul" Lisa tersenyum tulus lalu meminum susunya.
"Hemm sama-sama" Jennie ikut tersenyum melihat Lisa tersenyum.
-
Di sekolah Lisa dan Jennie pergi bersama, bergandengan tangan sampai semua murid heran melihat mereka, karena yang mereka tau Lisa dan Jennie itu seperti kucing dan tikus. Selalu adu mulut.
"Canggung banget iih, orang-orang pada liatin" bisik Jennie.
"Ga usah diliatin mbul" Lisa menutup mata Jennie.
"Hemm" Jennie berdehem bersandar di lengan Lisa.
"Woi! Gue ga salah liat kan? Lo berdua-" Eunwoo kaget menutup mulutnya.
"Gila! Lo berdua jadi topik panas hari ini. Waahh" Mingyu berdecak kagum.
"Sa, lo baikan ama Jennie?" Tanya Seulgi.
"Kalian berdua udah ga berantem lagi?" Tanya Jisoo.
"Anjing eh amajing sih ini, lo berdua tiba-tiba barengan. Waaah suatu keajaiban" Wendy menggeleng bertepuk tangan.
"Kamu nenye? Kamu nenye? Kamu bertanya-tanya? Kam-" kata Bambam terhenti ketika Lisa menutup mulutnya.
"Diam goblok, berisik banget lo" kata Lisa.
"Gue sama Jennie baikan. Masalah buat kalian?" Lisa menatap para sahabatnya.
"Ga sih, cuman heran aja lo berdua tiba-tiba baikan" kata Jisoo.
"Betul tuh, ga ada angin ada Joy eh maksudnya ga ada hujan, lo berdua tiba-tiba baikan" kata Wendy.
"Biarin sih, bosan juga liat ni anak dua berantem mulu" kata Seulgi.
"Gue setuju sama kata Seulgi" kata Mingyu.
"Jennie" gang Jennie datang, mereka ada bertiga, Rosé Irene dan Joy.
"Gue mau nanya sama lo, ap-hmphh" Jennie membekap mulut Rosé.
"Gue duluan sa, byeee"
Chup
Jennie mencium pipi Lisa dan setelah itu ia pergi diikuti Rosé Irene dan Joy.
"Wow! Jennie agresif yah" kata mereka.
Lisa mematung, pipinya memanas setelah di cium Jennie.
"Acieeee~ Lisa di cium Jennie cieeee" ini yang Lisa benci, godaan para sahabat laknatnya.
"Diam!" Lisa pergi, berlari menghindari godaan mereka.
•••
tbc
10/01/23
Cie Lisa cieeee
Vote komen lanjut.
KAMU SEDANG MEMBACA
istriku musuhku [Jenlisa]√
Fanfic"Dari sekian banyak manusia di muka bumi ini, kenapa mesti elo yang jadi pasangan gue?" Tanya gadis bermata kucing bernama Jennie yang barusan di nikahkan bersama seorang wanita yang sama sepertinya yaitu Lalisa M. "Gue juga ga mau nikah sama lo. Lo...