Lukanya memang hilang, memarnya akan memudar, tapi, sakitnya tak bisa diutarakan.
***
Sejenak, setelah kejadian tadi keduanya sama-sama canggung. Namun, yang menyebalkan di sini adalah wajah tanpa dosa Devananta yang dengan santai bermain ponsel di ruang tamu.
Apa memang seperti ini karakter laki-laki pada umumnya? Menerbangkan perasaan namun sekaligus menjatuhkan pula? Dibuat bertanya tanpa jawaban.
"Udah malam, pulang sana," ucap Salma sembari menatap dingin Anta yang masih bermain dengan ponselnya.
"Gak mau."
"Pulang Anta, aku mau tidur."
Terdengar hembusan nafas berat lalu tatapan yang semula menatap layar ponsel kini mulai menatap Salma yang berdiri di depan pintu kamar.
"Emangnya Lo gak kangen sama gue?"
Pertanyaan macam apa ini? Pertanyaan yang membuat Salma hampir saja menganggukkan kepalanya, namun logika menariknya untuk tidak melakukan itu.
"Nggak, ngapain kangen sama kamu."
Bohong, sudah jelas. Gengsinya perempuan lebih besar dari apapun, berkata tak merindukan padahal setiap malam mengeluh dan mengatakan kerinduan yang tak terbendung diiringi dengan tangisan.
"Yakin?"
"Apaan sih, udah sana pulang. Aku mau pergi tidur."
Bukannya pergi Devananta malah merebahkan tubuhnya di atas sofa ruang tamu rumah Salma, ponselnya ia letakan di atas meja lalu matanya menatap lekat Salma yang berusaha menghindari kontak mata dengannya.
"Lo tau, kenapa gue tiba-tiba ke sini? Dan tiba-tiba gue pukulin lo, lagi?"
Salma tak menjawab hingga Anta kembali melanjutkan ucapannya, "Alasan gue datang ke sini, karena gue tiba-tiba kangen Lo."
"Gak, bukan kangen Lo. Tapi, kangen sensasi pukulin lo. Aneh kan? Untungnya gue punya alasan jelas buat pukulin lo."
Mendengar itu Salma memicingkan matanya, apa katanya? Anta merindukan hal ketika ia memukulinya?
"Kamu sama sekali gak berubah, ya? Kamu bilang kalau kita putus, kamu gak akan lakuin ini lag—"
"Kapan gue bilang kayak gitu?" Anta menyela ucapan Salma, "Gue selalu bilang kan? Kalau misalnya hidup Lo gak akan tenang meskipun kita putus sekalipun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Devananta
Teen Fiction"JANGAN PASANG MUKA MENYEDIHKAN ITU DI DEPAN GUE, SIALAN." Terlibat dalam hubungan yang bisa dibilang sangat tidak baik (toxic) tentu seharusnya dilepaskan saja, namun, bagaimana jika kamu sudah terlanjur bergantung padanya? Devananta yang dikenal...