Kalau memang pada akhirnya, kita hanya ditakdirkan untuk menjadi dua orang yang tak lagi saling tatap, setidaknya kita juga berhenti untuk saling menyakiti.
Devananta, selamat tinggal.
***
Kini Salma tengah berperang dengan pikirannya, setelah melihat pesan yang dikirimkan Devananta malam tadi. Salma tak tahu harus membalas apa, tak seperti biasanya Salma datang lebih awal bahkan hanya ada beberapa murid saja di sekolah.
Dirinya dibuat goyah oleh satu kalimat mengancam dirinya, apakah Salma harus mempertahankan rasa sakit ini atau mengakhiri segalanya? Sejujurnya, ini terlalu berat untuknya yang semula yakin dengan apa yang akan dihadapi kedepannya namun berhenti di tengah jalan ketika Anta berkata bahwa ia akan mengakhiri hidupnya jika Salma mengatakan yang sejujurnya.
Pernahkah kalian berpikir bahwa sebaiknya tak dilahirkan saja? Supaya tak perlu menyesali masa lalu, dan tak perlu bertemu dengan masalah besar di hari ini?
"Aku harus apa?"
Salma meletakan ponselnya di laci mejanya, menggulingkan tangannya dan menenggelamkan wajahnya diantara lipatan tangannya, memejamkan mata untuk beberapa waktu sebab semalam ia tak tidur dengan nyenyak.
"Eh kok kalau dilihat-lihat si Anta itu kurusan, ya? Katanya sih akademiknya turun."
"Haha, kayaknya posisi juara paralel tahun ini bakalan jatuh ke tangan Sarah gak sih?"
Salma mengintip sedikit ketika teman sekelasnya membicarakan tentang Devananta dan menyenggol sedikit tentang prestasinya.
Kurus? Apa dirinya kurang memperhatikan Anta? Atau memang Salma mulai tak peduli akan hal itu?
Salma mencoba tak peduli dengan apapun sekarang, sampai akhir ia mendengar suara lirih yang memanggil namanya.
"Sal..."
"Ya?"
Salma mengangkat kepalanya dan melihat siapa yang berdiri di hadapannya sekarang, tatapan lelah keduanya beradu, Salma terdiam sejenak lalu membuang wajahnya ke arah lain.
"Kenapa?"
"Pulang sekolah kita bisa bicara berdua?"
"Oh? Oke." Salma menjawab seadanya tanpa kembali menatap Anta yang perlahan meninggalkan kelasnya.
Sejujurnya dalam hatinya paling dalam, ia tak tega kalau harus bersikap seperti ini. Namun, mau sampai kapan ia bertahan untuk memberikan sikap baik untuk Anta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devananta
Teen Fiction"JANGAN PASANG MUKA MENYEDIHKAN ITU DI DEPAN GUE, SIALAN." Terlibat dalam hubungan yang bisa dibilang sangat tidak baik (toxic) tentu seharusnya dilepaskan saja, namun, bagaimana jika kamu sudah terlanjur bergantung padanya? Devananta yang dikenal...