"Pada akhirnya, gue emang gak akan pernah sembuh."
***
"Hasil pemeriksaan menyatakan bahwa Devananta mengidap kanker darah atau leukemia."
Dunia sekolah berhenti, telinga Anta seakan berdengung, kepalanya berisik. Membuang wajahnya ke arah lain tak sanggup menyaksikan tangisan histeris kedua orangtuanya.
"Gak mungkin anak saya kanker Dok." Sang ibu tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.
"Kami sudah memeriksa berulang kali, tapi hasilnya tetap sama."
Sama halnya dengan Devananta, ia hanya membeku di tempatnya dengan kenyataan ini. Kenyataan yang ternyata jauh lebih buruk dari psikologisnya.
"Anta kamu bisa dengar mama kan, nak? Kamu pasti bisa sembuh, mama yakin kamu pasti bisa sembuh."
"Anta mau sendirian dulu, Ma." Selain kalimat itu, Anta tak bisa mengatakan apa-apa lagi.
Seminggu sudah berlalu, selama itu Anta memang tak kunjung membaik sampai hasil pemeriksaan keluar hari ini membuatnya berpikir ia tak akan jauh dari ruangan ini.
"Mari biarkan pasien menenangkan diri, kita bicarakan ini di luar ya pak, Bu."
Semuanya keluar dari ruangan, menyisakan Anta sendirian di ruangan. Dan saat ini lah ia menunduk tak percaya.
"Gue gak cuma sakit mental ternyata." Anta melirik ke arah jendela, melihat langit yang sepertinya akan segera hujan.
"Faktanya gue gak akan pernah sembuh, kan? Gue gak bisa memperbaiki semuanya. Haha, sialan."
Kalimat yang Anta ucapkan mengalir bersama air matanya. Memijat pelipisnya dengan tangan kanan sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk meremas selimutnya.
"Gue harus gimana?" Anta menangis frustrasi.
Pintu terbuka menampakkan ibunya yang berlari memeluknya dengan erat.
"Anta harus apa Ma? Apa Anta akan mati karena penyakit ini?"
Ibunya memeluk Anta lebih erat, ketika tubuh putranya bergetar hebat karena tangisnya.
"NGGAK! Mama pasti gak akan biarkan itu terjadi, Mama dan Ayah bakal berusaha supaya kamu bisa sehat lagi."
"Aku penyakitan ya, Ma?"
"Lihat Mama sayang, kamu itu kuat, mama yakin kamu bisa lawan penyakit ini." Ibunya mengusap pipi Anta yang basah.
"Aku mana bisa jadi dokter kalau aku aja penyakitan kayak begini. Aku juga gak bodoh, aku tahu leukemia itu penyakit yang berat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Devananta
Fiksi Remaja"JANGAN PASANG MUKA MENYEDIHKAN ITU DI DEPAN GUE, SIALAN." Terlibat dalam hubungan yang bisa dibilang sangat tidak baik (toxic) tentu seharusnya dilepaskan saja, namun, bagaimana jika kamu sudah terlanjur bergantung padanya? Devananta yang dikenal...