Devananta telah tiba saatnya aku mulai berjalan mundur. Aku yang dulu mempertanyakan tentang perasaanmu, kini aku memilih untuk tidak ikut campur dengan duniamu.
Maaf, aku terlalu banyak bicara untukmu yang nyatanya membenci semua tentangku.
***
Pagi ini tak seperti biasanya, Anta merasakan hawa mencekam di meja makan. Ibunya yang biasa menyiapkan makanan kini acuh, ayahnya sudah memilih makan lebih dahulu daripada dirinya.
"Mama kenapa sih?" Akhirnya Anta membuka suara, pertanyaan itu menatap tatapan dingin dari sang ibu.
Merasa pertanyaannya tak terjawab Anta berusaha mengabaikan, meski dirinya merasa aneh tapi berusaha berpikir positif. Mungkin saja sedang ada konflik antara ibu dan ayahnya.
"Sejak kapan?"
Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh ibunya Anta menghentikan kegiatan makannya. Menatap ke arah ibunya yang setia menatap makanannya.
"Maksud mama?"
Suara sendok yang berdenting kini hening, tatapan mata yang semula ke arah lain kini mulai menatap Anta.
"Sejak kapan kamu bohong?" tanya sang ibu masih dengan nada dingin.
"Mama ngomong apa sih? Anta nggak ngerti."
"Sejak kapan kamu putus sama Salma?"
Deg
Anta seolah merasakan cubitan pada jantungnya, ketika mendengar pertanyaan ibunya yang terlihat serius.
Definisi sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga. Menutupi kebohongan itu hanya sementara, nyatanya Anta tak menyangka jika ibunya akan mengetahui hal ini terlebih dahulu sebelum ia menceritakannya.
"I-itu ... Mama tahu dari mana?"
"Menurut kamu penting buat tau siapa yang kasih tahu mama? Kamu jawab, sejak kapan kamu putus dari Salma?" Nadanya mulai meninggi, sementara di ruang tamu ayahnya hanya diam mendengarkan.
"Maafin Anta ma, Salma yang minta putus waktu itu. Anta udah coba buat tahan tapi dia putusin Anta gitu aja," ucap Anta dengan nada pelan, "Salma selingkuh, Ma." Lanjutnya dengan penuh kebohongan.
Bagaimana bisa Anta begitu manipulatif dalam hal ini? Memutar balikkan fakta dan menyudutkan Salma yang tak bersalah dalam hal ini.
Ibunya diam ketika mendengar kalimat terakhir, yang ternyata membuat amarah seseorang yang dari tadi menyimak obrolan keduanya naik pitam.
Plak
Tamparan keras diterima oleh Devananta, tamparan yang biasanya ia lakukan pada wanita kini ia dapatkan.
"SEJAK KAPAN AYAH NGAJARIN KAMU JADI LAKI-LAKI YANG MANIPULATIF?"
Anta diam ketika sang ayah membentaknya dengan pertanyaan penuh amarah, dirinya tak berkutik sekarang. Niat membela diri ternyata salah, keduanya sudah tau alasan mereka putus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devananta
Novela Juvenil"JANGAN PASANG MUKA MENYEDIHKAN ITU DI DEPAN GUE, SIALAN." Terlibat dalam hubungan yang bisa dibilang sangat tidak baik (toxic) tentu seharusnya dilepaskan saja, namun, bagaimana jika kamu sudah terlanjur bergantung padanya? Devananta yang dikenal...