Saat ini, beberapa orang sedang menghadiri pemakaman ayahnya Shirley, Joseph Fenette. Anggota Dewan Siswa juga ikut menghadiri pemakaman itu ditambah dengan Mary yang diajak oleh Milly. Mary juga tidak keberatan akan hal itu sehingga ikut dengan mereka.
Jika diperhatikan dengan baik, mata Mary sedikit bengkak. Tapi ia bisa menutupi itu dengan sedikit make-up sehingga tidak terlalu terlihat.
"Dia orang beriman yang percaya Tuhan. Dia adalah teman yang baik bagi kita semua. Bagi istrinya, dia suami yang baik. Bagi anaknya, dia ayah yang baik."
'Ayah...' Pikir Shirley yang tak dapat menahan air matanya lagi.
"Lalu, biarkan dia beristirahat dengan damai."
Peti pun akan dikubur tapi tiba-tiba saja ibunya Shirley menghentikan mereka.
"Tidak, hentikan! Jangan kubur dia lagi! Jangan membuat dia menderita lagi! Sayang! Sayang!" Ucap ibunya Shirley.
"Ibu...ibu..." Ucap Shirley sambil memeluk ibunya, berusaha menenangkan sang ibu yang menangis.
Mary sendiri melirik Lelouch yang hanya menundukkan kepalanya. Setelah peti dikubur, orang-orang mulai meninggalkan pemakaman. Shirley lalu melihat Lelouch yang masih menundukkan kepalanya, Lelouch benar-benar merasa bersalah akan apa yang menimpa ayahnya Shirley.
"Itu...maaf, Shirley!" Ucap Kallen.
"Buat apa meminta maaf?" Ucap Shirley.
Kallen hanya diam, tidak mungkin dirinya mengatakan kebenarannya.
"Aku juga, maaf! Itu...selama pembajakan hotel, ketika kulihat di TV, kupikir Ksatria Hitam itu keren...maksudku, bahkan beritanya salah! Aku bahkan mengirimkan pendapatku tentang apa yang terjadi di Narita itu keren di beberapa forum online. Makanya...maaf!" Ucap Rivalz lalu membungkuk di hadapan Shirley untuk menunjukkan kesungguhannya dalam meminta maaf.
"Jangan begitu! Tidak ada hubungannya sama ini. Bahkan aku pikir yang terjadi di Narita itu..." Ucap Shirley.
"Cukup." Ucap Milly sambil memegang bahu Shirley. "Aku lebih khawatir padamu. Udah nangis, kan? Jika kau coba menahannya, nantinya bakal jadi lebih susah."
"Sudah tidak apa-apa. Sudah, kok." Ucap Shirley lalu teringat saat dirinya berciuman dengan Lelouch. "Udah nangis."
"Kejam sekali! Ksatria Hitam, cara Zero sangatlah kejam! Dia tidak menghadapi tantangan ini sendiri! Semua yang dia lakukan adalah memanfaatkan orang, menimbulkan masalah, kemudian bertindak seperti seorang hakim dan menyatakan dirinya menang! Itu tidak akan merubah apapun! Apapun yang didapat dari cara yang salah hanyalah sesuatu yang tidak berarti!" Ucap Suzaku.
"Tidak!" Ucap Mary.
Mary menatap Suzaku dengan penuh amarah. Mereka semua yang ada disana terkejut melihat itu.
"Kau tidak tau apapun! Tentang Zero! Tentang Ksatria Hitam! Tentang perjuangan mereka! Tentang rasa sakit mereka! Kau hanya orang yang naif, Suzaku!" Ucap Mary lalu memilih pergi dari sana.
Mary tidak bisa menahan amarahnya lagi mendengar Suzaku yang menghina Zero dan Ksatria Hitam. Padahal Suzaku tidak tau seberapa menderitanya Lelouch.
'Padahal tidak tau apapun.' Pikir Mary lalu menyeka air matanya yang tiba-tiba saja mengalir.
Perasaannya kini sedang campur aduk, antara marah dan sedih bercampur menjadi satu. Mary sudah melupakan mengenai Lelouch yang mencium Shirley. Meski sakit, tapi ia lebih mengkhawatirkan Lelouch yang kini pasti merasa begitu bersalah.
Sedangkan mereka yang ditinggalkan oleh Mary menatap kepergian gadis itu masih dengan rasa terkejut mereka.
"Aku tidak menyangka Mary bisa semarah itu." Ucap Rivalz.
"Mary pasti hanya lelah. Lebih baik kita juga pulang sekarang." Ucap Milly lalu menatap Shirley. "Shirley, kami menunggumu. Di Ruang Dewan Siswa."
Shirley hanya tersenyum menanggapi itu. Mereka lalu pergi dan meninggalkan Lelouch berdua dengan Shirley.
'Kenapa Mary membela Zero?! Aku tidak mengerti!' Pikir Suzaku dengan ekspresi tak senang mengingat kejadian tadi.
Lelouch yang ditinggalkan dengan Shirley hanya diam.
"Lulu, maaf." Ucap Shirley.
"Eh?" Ucap Lelouch yang kebingungan.
"Itu tak adil buatku. Yang kulakukan...itu tidak adil, kan? Kau tidak punya pilihan. Jadi, lupakan saja. Maaf, udah bikin masalah. Aku mengambil jalan yang salah. Maksudku, kau menciumku, tapi aku tidak merasa bahagia!" Ucap Shirley lalu berlari pergi meninggalkan Lelouch.
"Shirley!" Ucap Lelouch yang tak sempat menghentikan Shirley.
Setelah dari pemakaman, Lelouch kini duduk di sofa kamarnya. Ia terlihat melamun.
"Kau menyesalinya? Melibatkan ayah temanmu ke dalam semua ini? Kau bilang Kirihara terlalu lemah, kau bilang kita sudah siap menempuh jalan penuh darah." Ucap C.C.
"Diam!" Ucap Lelouch.
"Tapi yang lemah itu kau. Kau pikir ini hanyalah game? Sampai sekarang, kau sudah membunuh banyak orang dengan tangan itu atau dengan kata-katamu." Ucap C.C.
"Diam!" Ucap Lelouch.
"Mereka juga punya keluarga, pasangan, dan teman. Jangan-jangan kau tidak menyadari itu? Apa kau masih bisa menghadapi ini?" Ucap C.C.
"Diam! Aku sudah memutuskan! Sejak aku membunuh Clovis!" Ucap Lelouch.
"Lalu kenapa kau ragu sekarang? Apa perasaanmu menghalangimu? Atau karena ciuman yang dia berikan?" Ucap C.C. yang membuat Lelouch menatapnya dengan penuh amarah. "Walaupun sudah banyak yang membantu, pada akhirnya kau anak kecil berumur besar tentang mimpi dan kemenangan."
Lelouch yang tak dapat menahan amarahnya lagi menindih C.C. di bawahnya.
"Kau sekarang tidak boleh ragu dan diam saja. Kau harus melakukan sesuatu untuk hidup, kan? Jangan mengecewakanku." Ucap C.C. yang membuat Lelouch akhirnya memilih pergi.
Lelouch memilih pergi hutan. Entah kenapa setiap pikirannya sedang kalut, ia akan pergi ke hutan dengan sendirinya. Lelouch pun memukul-mukul pohon yang ada di dekatnya untuk meluapkan emosinya. Gerakannya terhenti saat melihat kedatangan seseorang, sang Penjaga Hutan.
Lelouch langsung saja berlari dan memeluk Mary erat. Aroma rerumputan basah dari Mary begitu menenangkan dirinya. Mary sendiri mengelus punggung Lelouch untuk menenangkan pria itu.
"Semua yang terjadi adalah takdir. Yang bisa kau lakukan sekarang hanyalah menjalani takdir itu, Lelouch." Ucap Mary.
"Aku tau...aku tau...tapi..." Ucap Lelouch.
"Aku tau rasanya sulit. Tapi Lelouch, aku juga tau kau adalah orang yang kuat. Kau pasti bisa menghadapinya." Ucap Mary.
Lelouch hanya diam, mereka berada dalam posisi itu cukup lama hingga Lelouch kemudian melepaskan pelukannya dan menatap Mary saat dirinya sudah benar-benar merasa tenang.
"Terima kasih...untuk semuanya..." Ucap Lelouch sambil tersenyum.
"Kapan pun kau membutuhkanku, kau tau dimana harus mencariku." Ucap Mary sambil tersenyum sebelum akhirnya pergi menggunakan kekuatannya.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
With You (Code Geass x OC)
FanfictionSeorang gadis sedang menonton anime favoritnya. Ia terus tersenyum melihat wajah dari karakter favoritnya yang kini menjadi seorang kaisar. Tapi itu tak berlangsung lama karena setelahnya, karakter favoritnya itu harus tewas. Gadis itu pun bangkit b...