Saat pagi tiba, Mao membuka matanya. Ia memegang kepalanya yang terasa begitu sakit untuk beberapa saat sebelum akhirnya seorang dokter dan suster masuk. Dokter itu pun mengatakan tentang kondisi tubuhnya.
"Anda hanya syok dengan kejadian buruk yang anda alami. Sekarang anda sudah boleh pulang." Ucap dokter itu.
Mao menatap dokter itu dalam diam, ia merasa heran kenapa dirinya tidak bisa membaca pikiran dokter itu.
"Cermin! Dimana cermin?!" Ucap Mao.
Dokter dan suster yang menemaninya begitu bingung dengan sikapnya, tapi suster tetap memberikannya sebuah cermin sehingga Mao bisa melihat dirinya dari pantulan cermin. Lebih tepatnya, melihat kedua matanya dimana di kedua matanya sudah tidak ada tanda dari Geass.
"Apa? Bagaimana bisa?" Ucap Mao yang kebingungan.
Mao lalu melihat surat yang ada di atas nakas. Ia pun segera mengambil dan membacanya.
Mao, waktunya kau untuk melupakanku. Sekarang hiduplah dengan damai tanpa adanya Geass.
-Dari C.C.-
"Apa C.C. yang melakukannya? Tidak, tunggu..." Ucap Mao sambil berusaha mengingat apa yang terjadi malam sebelumnya.
Kemunculan Penjaga Hutan dan juga dirinya yang menyentuh kepala Mao sebelum akhirnya Mao kehilangan kesadaran.
"Apa dia yang melakukannya?" Ucap Mao lalu menatap dokter dan suster yang masih ada di ruangan itu dimana ia benar-benar tidak bisa membaca pikiran mereka.
Tanpa sadar, dirinya menangis. Ia merasa begitu senang karena akhirnya bisa hidup seperti layaknya manusia biasa.
"Terima kasih, Penjaga Hutan! Terima kasih untuk apapun yang kau lakukan itu! Sekarang aku bisa hidup bebas!" Ucap Mao lalu tertawa senang sedangkan dokter dan suster itu menatap dirinya dengan tatapan aneh.
Sedangkan Mary saat ini sedang batuk darah sambil terus memegangi dadanya yang terasa sakit. Wajahnya juga sangat pucat yang membuat para peri menjadi khawatir akan keadaannya.
Selama seharian, dirinya harus beristirahat untuk bisa memulihkan tubuhnya. Ia kurang lebih mengetahui penyebabnya, Geass. Geass bukanlah kekuatan yang bisa dihilangkan begitu saja, tapi dirinya melakukan hal itu dengan paksa sehingga tubuhnya menjadi seperti itu.
Meski begitu, Mary tidak menyesali perbuatannya. Ia justru tersenyum saat mendengar ucapan Mao melalui tanaman hias yang ada di kamar inap Mao.
"Terima kasih, Penjaga Hutan! Terima kasih untuk apapun yang kau lakukan itu! Sekarang aku bisa hidup bebas!" Ucap Mao.
"Aku sudah melakukan hal yang benar." Ucap Mary sambil tersenyum tipis sebelum akhirnya memejamkan matanya untuk tidur, ia benar-benar butuh istirahat.
Sementara itu, Lelouch menatap tempat duduk Mary yang kosong. Ia bertanya-tanya kemana perginya Mary mengingat Mary belum pernah membolos sebelumnya.
Ditambah, ia masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada malam sebelumnya. Meski dirinya menanyakan hal itu pada C.C., C.C. tetap bungkam karena ia mengingat permintaan Mary padanya.
C.C. memang tidak mengetahui apapun tentang Mary selain kedekatannya dengan Lelouch, tapi ia merasa berterima kasih karena berkat Mary, Mao bisa hidup layaknya manusia biasa.
C.C. bisa merasakan kontraknya dengan Mao sudah berakhir. Dirinya tidak lagi merasakan keterikatan antara dirinya dengan Mao. Bukan hanya itu, ia juga mendapatkan kabar bahwa Mao pergi ke Australia tadi pagi begitu dirinya diizinkan keluar dari rumah sakit.
C.C. yakin Mao bisa hidup dengan lebih baik disana karena sudah tidak adanya Geass yang membawa penderitaan padanya.
'Kau tenang saja, aku tidak akan mengatakan apapun pada Lelouch.' Pikir C.C. saat mengingat apa yang diucapkan Mary malam sebelumnya.
Jika C.C. pikirkan lagi, ia sedikit penasaran dengan wajah dibalik topeng itu. Rambut biru panjang yang indah dengan mata merah muda, ciri-ciri yang sangat jarang ditemui.
'Rasanya aku pernah melihat perempuan dengan ciri-ciri seperti itu. Tapi dimana?' Pikir C.C.
Kembali pada Mary yang sedang tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya. Ia kembali bermimpi mengenai perempuan itu. Kali ini mimpinya hanya mengenai keseharian perempuan itu yang diam-diam mengamati Lelouch dari jauh.
Perempuan itu hanya berani menatap Lelouch dari jauh tanpa berani mendekatinya. Ia hanya berani mendekat jika melihat Lelouch harus diobati. Semuanya baik-baik saja sampai hal itu terjadi. Pada hari Ksatria Hitam akan dieksekusi, Suzaku yang menyamar sebagai Zero muncul dan akan menusuk Lelouch yang merupakan seorang Kaisar Britannia.
"TIDAK!!!" Ucap perempuan itu yang berteriak sambil berlari menghampiri Lelouch.
Perempuan itu mendorong Lelouch menjauh dari jangkauan pedang sedangkan semua orang disana terkejut melihat itu termasuk Mary yang melihat kejadian itu meski dirinya transparan. Yang lebih membuat dirinya terkejut, wajah perempuan itu sama dengan dirinya.
"Itu...aku...?" Ucap Mary lalu tanpa sadar dirinya meringis saat merasakan sakit di perutnya.
Mary begitu terkejut melihat perutnya yang ditusuk oleh pedang. Ia kini menjadi perempuan itu, tidak, lebih tepatnya dialah perempuan itu.
Mary pun memuntahkan darah dari mulutnya, meski begitu, dirinya tetap tersenyum pada Lelouch.
Begitu Suzaku menarik pedangnya, tubuh Mary akan terjatuh menyentuh lantai jika saja Lelouch tidak menahan tubuhnya. Mata Lelouch bergetar menatap perempuan di dekapannya yang mulai memejamkan mata dengan nafas yang kian memelan.
"Kau...yang selama ini mengobatiku..." Ucap Lelouch yang mengingat Mary meski hanya warna rambutnya.
Dari sanalah Lelouch yakin karena warna rambut Mary sama dengan milik perempuan yang sudah menolongnya beberapa kali. Ditambah, warna rambut itu tidak banyak dimiliki oleh orang lain. Dan karena rakyatnya membencinya, tidak mungkin akan ada yang rela melindunginya seperti perempuan itu.
"Kenapa...kenapa kau melakukan ini?!" Ucap Lelouch.
"Aku...mencintaimu..." Ucap Mary dengan nafas terengah-engah, ia berusaha berbicara pada Lelouch meski dirinya sudah tidak memiliki tenaga.
Lelouch langsung saja mencium Mary sedangkan Mary menangis bahagia karena merasa perasaannya telah terbalas. Dari ekor matanya, Lelouch memberikan kode pada Suzaku agar menusuknya.
Meski sempat ragu, Suzaku akhirnya menusuk mereka berdua sambil menangis dibalik topeng yang dirinya kenakan. Ia merasa bersalah karena mengambil nyawa orang lain yang tidak dirinya kenal, tapi rencana harus tetap dijalankan demi menciptakan dunia yang damai.
Lelouch menahan rasa sakitnya, ia menatap perempuan di dekapannya yang sudah memejamkan mata dengan nafas yang tidak lagi ada. Ia kemudian kembali memeluk perempuan itu erat.
"Maaf...dan terima kasih...untuk semuanya..." Ucap Lelouch dengan matanya yang kini terpejam dan nafasnya yang tidak lagi ada.
Aprodhite yang melihat semua kejadian itu bersama Dewa lain akhirnya menangis. Ia tidak menyangka nasib anak kesayangannya bersama para Dewa lain harus berakhir dengan cinta yang tragis.
"Kasihan sekali anakku..." Ucap Hera.
"Apa yang harus kita lakukan? Tidak mungkin kan kita akan membiarkannya berakhir seperti ini?" Ucap Artemis.
"Bagaimana kalau kita memindahkannya ke dunia lain? Mungkin saja dia akan lebih bahagia disana." Ucap Hestia.
Mereka semua diam memikirkan ide Hestia, sebelum akhirnya sepakat dan mengirimkan Mary ke dunia yang berbeda. Tapi takdir berkata lain, Mary sama sekali tidak melupakan cintanya pada Lelouch meski dunia mereka sudah berbeda.
Sehingga pada akhirnya, mereka membawa kembali Mary pada waktu saat Lelouch masih kecil dan mengembalikan ingatan Mary sedikit demi sedikit. Mereka berharap, Mary akan bisa menemukan kebahagiaan dan mengubah takdir dari cintanya yang tragis.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
With You (Code Geass x OC)
FanfictionSeorang gadis sedang menonton anime favoritnya. Ia terus tersenyum melihat wajah dari karakter favoritnya yang kini menjadi seorang kaisar. Tapi itu tak berlangsung lama karena setelahnya, karakter favoritnya itu harus tewas. Gadis itu pun bangkit b...