4. Retaliation

172 32 0
                                    

-BRUMM!

Deru mesin 2400cc mobil strada terdengar semakin menjauh di sela suara rentetan senjata para anggota tim Elang yang bertahan.

Mereka memberondong posisi musuh di seberang jalan, memberi tembakan perlindungan agar mobil 03 bisa meninggalkan tempat itu tanpa gangguan.

Dan mereka berhasil.

Mobil 03 melaju kencang, meninggalkan kepulan asap debu saat dengan cepat mobil itu menghilang dari pandangan.

Kini hanya tersisa 5-6 anggota tim Elang, juga seorang staff puskesmas di situ.

"Rika! Rika!?" Pak Pandu mencoba memanggil gadis di belakangnya. Namun Rika seolah tak merespon.

Helmi mengangguk, memberi isyarat agar Pak Pandu menghampiri Rika. Di saat seperti ini, kemampuannya sebagai sniper sangat diperlukan.

Pak Pandu menginstruksikan semua anggota terus memberikan perlawanan sementara ia bergeser menuju tepian hutan di mana Rika dan Jingga berlindung.

"Rika! Kamu kenapa?" Pak Pandu dengan penuh khawatir memeriksa keadaan anggota perempuannya itu.

"Pak?" Rika nampak tergagap melihat komandan timnya menghampiri. Tangannya gemetaran menunjuk ke arah mobil 01- mobil mereka. "Pak Broto- dia..."

"Ya, dia tewas," ujar Pak Pandu datar. "-dan kita masih belum lepas dari serbuan musuh."

"Pak Broto.." Rika menelan ludahnya. Matanya basah dengan suara gemetaran menahan tangis.

-PLAKK!!

Jingga yang sedari tadi diam sedikit terkejut melihat Pak Pandu menampar Rika. Bahkan membuat gadis itu hampir tersungkur.

"Nangisnya nanti saja. Sekarang aku dan yang lain membutuhkanmu" Pak Pandu memegangi wajah Rika dengan satu tangan- menatapnya tajam.

Ia harus menjejalkan common sense ke dalam otak Rika.

Jingga yang melihat ini hendak melerai keduanya, namun ia tahu lebih baik ia diam saja.

"Mati dalam tugas adalah resiko kita sebagai anggota! Cepat atau lambat itu pasti terjadi! Kita pakai seragam dan bawa senjata bukan buat gaya- gayaan!" Pak Pandu masih menahan wajah Rika.

"..."

"Kalau kamu mau diam saja dan menangis, maka kita semua akan bernasib sama seperti Pak Broto! Paham!?" Pak Pandu membentak dengan suara keras.

Rika menarik nafas panjang, mengangguk pelan.

"Iya," ujarnya lirih.

"Sekarang angkat senjatamu, bidik mereka!" Pak Pandu menguatkan perasaan Rika. "Balaskan kematian Pak Broto!"

Mendengar itu, entah kenapa muncul sesuatu dalam dada Rika. Sesuatu yang perlahan membara, membuatnya merasa emosi yang tak tertahan.

Pak Pandu benar.

Ketimbang ia menangis dan menjadi beban bagi timnya, akan jauh lebih baik jika ia ikut membantu untuk bertahan.

"Siap Pak," ujarnya pelan, sambil mengusap matanya.

Pak Pandu mengangguk.

Rika menggeser safety lock AK-102 nya, lalu menarik kokang- mengunci peluru pertama pada chamber senjatanya.

Pak Pandu segeta meraih sebuah monocular dari salah satu kantong rompinya. Ia akan menjadi spotter bagi Rika.

"Dantim kepada tim Elang," Pak Pandu menghubungi semua tim yang masih memberikan perlawanan. "SRIKANDI sedang bersiap"

"Copy!" sahut yang lain penuh antusias. Jika Srikandi sudah beraksi, maka tugas mereka adalah menjadi back up baginya.

SRIKANDI merupakan nickname bagi Rika dalam tim Elang, walaupun tidak bisa disebut nickname juga.

Sebab nama itu sama saja dengan nama panjang Rika sendiri.

Rika selalu yakin Pak Pandu memilih nama itu karena ia malas memikirkan nama keren baginya.

Sedangkan Pak Pandu beralasan bahwa SRIKANDI adalah nick yang paling tepat.

Di dalam cerita pewayangan Jawa, Srikandi merupakan istri Arjuna. Ia adalah sesosok pendekar perempuan dengan kepiawaian membidik dan memanah- cocok dengan keahlian Rika sebagai sniper.

Rika merebahkan dirinya dibelakang semak pohon dan menyeret tas ransel kecilnya. Ia menggunakan tas itu sebagai sandaran laras senjata.

Sebagai sniper- ia biasanya menggunakan Cyclone untuk beraksi. Namun karena misi penyelamatan ini menggunakan mobil, maka ia pun membawa AK-102 karena lebih pendek dan memudahkan mobilitas.

Tapi toh jarak tembak efektif AK-102 masih terbilang cukup untuk pertempuran di tengah hutan.

"223 meter, arah 120°, di atas pohon roboh," Pak Pandu memberi arahan target bagi Rika.

Rika menghembus nafasnya, membiarkan paru- parunya kosong. Beberapa saat ia mematung, membidik tajam ke arah yang di tuju. Lalu ia menarik pelatuk.

-DOOOR!

Suara letusan menggema di udara. Lalu orang di kejauhan itu tersungkur.

"One down!"

"Bagus!!" seru Helmi.

Rika mengokang senjatanya, mengganti peluru kedua dalam chamber. Ia seolah tak terganggu dengan keadaan di sekitarnya, dengan mata yang fokus menatap target di seberang bidikan.

Sementara Jingga hanya bisa tertegun melihat Rika, seorang gadis yang seusia dengannya- dengan piawai menggunakan senjata untuk menghabisi penyergap mereka. Bahkan lebih baik ketimbang para laki- lakinya.

"231 meter, 119°, di belakang semak-" Pak Pandu kembali memberi arahan kepada Rika. "-kamu lihat?"

Rika tak menjawab. Sebab satu gerakan kecil seperti berbicara saja akan mempengaruhi keakuratan bidikannya.

"Tembak," komando Pak Pandu.

-DOOORR!!

"Visual kill!!" sahut rekan mereka dari radio.

Rika tak membuang waktunya untuk berbangga diri. Dengan arahan Pak Pandu, ia mulai menjatuhkan satu- persatu musuh di hutan seberang jalan.

Sementara rekan lainnya memberondong lokasi musuh untuk menghalangi mereka menemukan posisi Rika -sang Srikandi - penembak jitu dalam tim Elang.

SRIKANDI. Mission: survive! [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang