1. Emergency

305 40 4
                                    

[5 jam sebelumnya]

Seorang pria berkemeja outdoor berlari kecil membawa setumpuk kertas dalam sebuah map file dengan wajah tegang.

Ia berlari melewati lapangan, memutari belasan kendaraan yang terparkir menuju sebuah gedung berukuran sedang yang ada di sisi lain kompleks markas tersebut.

Ia berhenti tepat di depan pintu gedung, memberi hormat kepada dua provos yang sedang berjaga di tiap sisi pintu.

"Mereka sudah menunggu," ujar provos sambil membuka pintu. "Cepatlah."

Kepala intel itu mengangguk dan begitu memasuki ruangan ia berseru. "Ijin! Saya sudah mendapatkan informasi terbaru."

Terlihat beberapa orang polisi dalam ruangan tersebut. Mereka duduk mengitari sebuah meja panjang. Terlihat sekali bahwa mereka merupakan orang- orang penting dalam struktural.

"Silakan," ujar Kapolda. Ia duduk di ujung meja sambil memijit kepalanya.

Kasintel berjalan membagi kertas kepada masing- masing orang di meja. Kemudian ia menuju ujung lain dan memandangi kesemuanya dengan tegang.

"Ini mengenai serangan kelompok Taring Merah di kompleks PT. GoldMiner kemarin hari," ujarnya kepada yang lain- sementara mereka membaca kertas yang baru dibagikan. "Sebuah fasilitas kesehatan telah diserbu, dan nampaknya beberapa staffnya telah dibantai."

"..."

"Baru saja pihak GM menghubungi kita, memberi tahu perkembangan terakhir kondisi di lapangan. Ternyata ada beberapa orang yang masih tertahan di puskesmas itu. Mereka menelpon kantor pusat GM dan mengharap bantuan evakuasi."

"Masih ada survivor di sana?"

"Tapi pasukan tempur kita baru saja berangkat melakukan operasi buser kan?" Kapolres mencoreti lembarang kertas di hadapannya. "Kita tak punya cukup personel untuk melakukan misi tambahan."

"Apa tak ada anggota dari kepolisian terdekat yang bisa melakukannya?" tanya Kapolda.

"Kompleks plant GM yang diserang ini berada di lereng gunung Grassenberg. Ada sebuah polsek berjarak lima kilo dari sana. Tapi karena keterbatasan staff dan senjata-"

"Taring Merah telah memberangus Polsek itu," potong DanBrimob Papua. "Karena itulah mabes mengirim beberapa peleton brimob dari Jawa minggu lalu, untuk memburu kelompok ini kan?"

"Dan kita baru saja mengirim mereka untuk melakukan penyisiran di distrik lain," Kapolres menggelengkan kepalanya memandangi peta regional di meja.

"Sial, apa tak ada yang bisa kita lakukan untuk evakuasi?"

"Selama mereka masih terperangkap di sana, para staff puskesmas itu dalam bahaya. Kelompok Taring Merah bisa kembali menyerang sewaktu- waktu," ujar Kapolres.

"..."

"Kita masih ada tiga unit mobil patroli yang stand by. Tapi-"

"Saya bisa mengirimkan satu tim sabhara menuju ke sana," Kapolres memberikan usulan, namun segera ditolak.

"Terlalu beresiko. Ini bukan ranah mereka," Kasintel menggelengkan kepala tidak setuju. "Tujuan Taring Merah memang cuma melakukan teror agar GM hengkang dari tempat itu. Mereka ingin menguasai pertambangan, dengan cara melakukan teror kepada warga sipil dan staff GM.

Namun kelompok ini tetap merupakan paramiliter. Mereka memiliki keahlian tempur, dan sering melakukan penyerangan sporadis.

Mereka tidak bisa di tebak."

Mendengar itu, Kapolda mengisap rokoknya dalam- dalam. Ia menyandarkan badannya ke kursi, terlihat sedikit bingung dengan keadaan yang tak mendukung.

"Selain itu, membutuhkan waktu tiga jam perjalanan dari sini menuju lokasi. Dan sepanjang jalur, banyak titik- titik merah di mana pernah terjadi penyerangan oleh mereka," Kasintel membalik kertas di tangannya, dan menunjukkan beberapa tanda silang yang tersebar di peta.

"..."

"Ini adalah lokasi serangan mereka dalam sebulan terakhir."

"Jadi, kemungkinan untuk mengirim bantuan evakuasi?"

Kasintel menggelengkan kepalanya. "Karena itu saya meminta pendapat anda semuanya di sini."

"..."

Keheningan pekat menyelimuti ruangan itu beberapa lama. Para perwira polisi itu nampak tenggelam dalam pikirannya masing- masing, sementara jarum jam dinding di ruangan itu terus berdetak.

Seakan mengingatkan bahwa jalannya waktu tidak mempedulikan mereka.

-PING!!

Sebuah notifikasi memecah suasana keheningan.

DanBrimob meraih ponselnya yang tergeletak di meja. Ia membaca pesan yang masuk beberapa saat. Lalu kembali meletakkan ponsel itu di meja dengan sebuah nafas panjang.

"Ada apa?" tanya Kapolda.

"Ada satu tim Brimob yang sedang dalam perjalanan kembali ke sini. Mereka baru saja menyelesaikan misi," ujar DanBrimob.

Seketika atmosfer tegang di ruangan itu berubah. Kapolda nampak sedikit bersemangat mendengar itu, merasa ada sedikit harapan untuk melakukan pertolongan evakuasi.

Namun sejenak kemudian, ia kembali ragu.

"Satu tim? Apa mereka bisa berangkat dengan kondisi medan berbahaya begini?"

"Ini situasi darurat," jawab DanBrimob menekankan. "Lagipula mereka adalah personel bantuan dari mabes. Mereka merupakan tim dengan presentase keberhasilan tinggi."

"Tapi tetap saja, resikonya terlalu besar," Kapolres juga sedikit ragu.

"Mungkin sebaiknya kita biarkan mereka yang mengambil keputusan," Kapolda menatap satu- persatu orang yang ada di sana. "Mereka baru saja menyelesaikan misi. Mereka berhak untuk menolak."

"Anda benar," DanBrimob mengangguk setuju. "Lebih baik kita tanyakan langsung pada mereka."

"..."

"Panggil Tim Elang kemari!"

SRIKANDI. Mission: survive! [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang