C. Luka yang sama

189 34 2
                                    

Air yang sedikit keruh dan dingin mengungkung mereka berdua dalam rumah itu.

Gelap dan pekat. Seolah mereka berada dalam kehampaan. Hanya sorot senter di kepala masing- masing yang menjadi tanda bahwa ada manusia di bawah sini.

Rika menutupi hidungnya erat dengan kedua tangan, sambil mengatupkan mulutnya rapat- rapat mencoba menahan udara dalam dirinya selama mungkin.

Rika memandangi Pak Pandu yang sedari tadi nampak berusaha melakukan sesuatu. Entah kenapa kehadiran laki- laki itu membuatnya sedikit merasa tenang.

Sebagai komandan ia tidak akan meninggalkan timnya kan?

Ia akan menemaninya di sini kan?

"..."

Pak Pandu perlahan menoleh, memandangi balik wajah Rika sejenak. Seolah hendak berkata sesuatu entah apa.

Lalu hal yang amat sangat di luar dugaan Rika terjadi.

Pak Pandu menjejakkan kakinya, mendorong dirinya mundur menjauh dari situ.

PAK PANDU!!

Tangan Rika refleks menggapai, mencengkeram lengan laki- laki itu. Namun dengan cepat, Pak Pandu menyentakkan tangannya.

Membuat pegangan Rika terlepas.

Mata Rika terbelalak memansangi sorot cahaya senter di kepala Pak Pandu yang semakin mengecil. Ia berenang menjauh, meninggalkan dirinya terjebak di dalam air.

Di tempat ini sendirian.

ASTAGA!! Benarkah ini?

Beberapa detik berlalu dalam kesunyian.

Namun rasanya seperti berjam- jam ketika kau terjebak di dalam air. Tanpa bisa menarik nafas.

Tanpa ada tanda- tanda apapun yang menunjukkan bahwa akan ada seseorang yang akan menolongnya.

Rasa putus asa mulai menyergap, membuat otak panik. Jantung berdetak lebih cepat dari normal, membuat darah terpacu.

Gelembung- gelembung udara keluar sedikit- demi sedikit dari hidung dan mulut Rika.

Paru- parunya mulai terasa perih seperti di remas- remas kuat. Rasanya tubuhnya seperti ingin meledak.

Rika mulai menangis- entahlah. Ia tak tahu dirinya menangis atau tidak karena ia tenggelam sepenuhnya dalam air.

Ia sudah tak kuat lagi.

Rika memejamkan matanya erat- erat.

-BLUUURRRP!!!

Seluruh udara di dalam mulut dan paru- parunya keluar begitu saja. Membuat gelembung besar yang menutupi wajahnya.

Lalu di tengah kekacauan itu, tiba- tiba ada yang menahan kepalanya, membuatnya mendongak.

Dan sesuatu yang hangat membekap bibirnya.

Rika membuka mata.

Pak Pandu.

Komandannya kembali untuknya. Dengan kedua tangan yang sedang memegangi pipinya. Menghembuskan nafas perlahan dari mulut ke mulut padanya.

Memberinya tambahan waktu untuk berada di dalam air.

Perasaan lega luar biasa membuncah di dalam diri Rika. Ia kembali menangis. entahlah- toh ia sedang berada di dalam air.

Namun yang pasti, keberadaan Pak Pandu di sini, berdua bersamanya, memberi Rika keberanian yang cukup untuk bisa tenang dalam situasi seperti ini.

Pak Pandu menatapnya sejenak, lalu tersenyum sekilas.

Ia berenang memegangi tubuh Rika yang tertahan karena bajunya tersangkut paku. Kali ini Pak Pandu tahu apa yang harus dilakukan.

Laki- laki itu mendorong dada Rika, memberinya sedikit celah di lubang ventilasi. Lalu ia memaksakan tangannya masuk perlahan.

Ia mencengkeram kaos Rika dengan kedua tangan, lalu merobeknya kuat. Ia melepas baju gadis itu, membebaskannya dari paku yang mengait.

Pak Pandu menjejakkan kakinya di pintu. Lalu menarik tubuh Rika lepas dari lubang.

Dengan cepat ia mendekap tubuh Rika, membawanya pergi dari situ dengan bantuan tali paracord yang terikat di perahu.

"PUAAAAH!!"

Rika muncul dari dalam air sambil terbatuk- batuk, megap- megap menarik nafasnya. Ia telah berada di luar rumah yang telah terendam sampai atap itu.

Rika memejamkan matanya dengan tubuh menggigil. Ia masih terbayang- bayang momen kritis di dalam air tadi. Di saat ia berada dalam keputus- asaan.

Bahwa ia hampir saja mati.

"Kamu nggak apa?"

Suara berat di dekat telinganya membuat Rika kembali tersadar. Ia mendongak, memandangi wajah komandannya yang balik menatapnya lekat.

"Makasih Pak," ujar Rika lirih.

"KALIAN NGGAK APA, HEI!?" tanya Helmi berteriak.

Rika dan Pak Pandu menoleh ke arah perahu, di mana Helmi, Pak Broto, si kakek dan cucunya sedang duduk berbagi mangga dengan santainya.

Mereka tak tahu bahwa ada kejadian seperti itu di dalam rumah.

"Bangsat emang, sempat- sempatnya," gumam Pak Pandu tertawa melihat tingkah anggota timnya. Lalu ia berenang menuju perahu bersama gadis itu.

Rika sedikit bersyukur bahwa ia berangkat tadi mengenakan sport bra, yang biasa ia pakai saat berlatih di gym.

"Ayo Rik," Pak Broto mengulurkan tangannya, membantu Rika naik.

"Bajumu mana?" celetuk Helmi.

Rika tak menjawab. Ia meringis karena baru merasakan perih luar biasa saat keluar dari air. Ia memandangi bagian samping tubuhnya. Cairan kemerahan merembes perlahan, terlihat jelas di kulit putihnya.

Rupanya paku tadi telah membuat luka goresan panjang ke bawah hingga pinggang. Pasti akan membekas.

Helmi cukup sadar diri untuk tidak membuat lelucon mesum- dan segera menyerahkan mantel kepada Rika untuk menutupi badannya.

Ia juga menyerahkan gulungan kecil kasa dari kotak P3K. "Tekan itu di bagian lukanya."

Sementara Pak Broto kembali mengulurkan tangannya, yang di sambut oleh Pak Pandu. Lalu ia menarik komandan timnya dari air.

Saat itulah Rika melihat darah juga mengalir di tangan Pak Pandu.

"Pak, tanganmu," Rika memberi tahu.

Pak Pandu yang telah duduk di perahu, mengangkat tangannya. Terdapat sebuah luka gores di sepanjang pergelangan hingga siku.

Karena paku yang sama.

"Oh, nggak apa," ujar Pak Pandu santai. Ia melepas bajunya dan memeras airnya hingga tiris. Lalu membebatkan baju itu di tangannya sendiri. "Beres."

"..."

Rika memalingkan wajahnya salah tingkah melihat komandannya bertelanjang dada basah- basahan seperti itu.

Pak Pandu beralih kepada si kakek dan cucunya. "Semua baik- baik saja kan?"

Rika tersenyum. Komandannya memang seperti itu- kadang lebih peduli dengan orang lain ketimbang dirinya sendiri.

Setelah memastikan semuanya oke, Pak Pandu memandangi wajah anggota tim nya satu persatu. Lalu ia memberi komando.

"Aku nggak pake baju, dingin nih," ucapnya sambil bersin- bersin.

"Cepetan balik yuk."

SRIKANDI. Mission: survive! [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang