13. Hiding

156 29 1
                                    

"Sembunyi!!" dengan panik Rika berbisik. Ia menggerakkan tangannya untuk memberi tahu Jingga agar menyingkir dari situ.

Jingga yang melihat ekspresi Rika , segera paham bahwa situasi sedang berbahaya.

Sedikit tergesa ia berjalan pincang mencari tempat persembunyian. Gadis itu bersembunyi sekenanya di tempat terdeka yang bisa ia jangkau, sebab kakinya terlalu sakit untuk digunakan.

Rika meringkuk, menyamarkan diri dalam rerimbunan semak. Ia mendekap erat AK-102 nya di dadanya yang kembang kempis. Senapan yang tadi membuatnya senewen, kini menjadi sangat berharga baginya.

"Huuuffh.. Huuffhh.." Rika berusaha menenangkan diri dengan menghembus nafas melalui mulut.

Mata Rika awas mengamati tiga orang anggota Taring Merah yang berjalan semakin dekat. Beberapa dari mereka mengenakan perlengkapan polisi hasil rampasan. Seolah mereka siap untuk bertempur.

"HAHAHAH!!" mereka tertawa mengobrol sambil terus saja berjalan. Mereka tak terlihat sedang mencari jejak atau sesorang. Mereka bukan sedang memburu Rika dan Jingga. Sepertinya hanya tim patroli biasa.

Satu jari Rika menggeser safety lock AK-nya sepelan mungkin.

Apa jadinya kalau ia ketahuan? Apakah dia mampu melawan tiga lelaki ini dalam baku tembak?

Berbagai macam pertanyaan dan kemungkinan berkecamuk dalam kepala Rika. Dengan kepala dingin ia mencoba untuk menganalisa situasi, lalu memutuskan untuk tidak melakukan kontak apapun.

Menyembunyikan diri dan membiarkan mereka lewat terdengar sebagai ide yang lebih bagus.

Rika hanya bisa terbelalak di balik semak saat tiga orang itu melintas tepat di hadapannya. Matanya awas menatap kaki- kaki bersepatu boots itu dari sela dedaunan.

Secuil rasa tegang menguap hilang saat mereka melewati gadis itu begitu saja.

Lalu Rika menoleh ke arah Jingga yang berada beberapa jarak darinya. Orang- orang itu akan melintasi tempat persembunyian perawat itu.

Semoga saja mereka melewatinya tanpa menyadari keberadaan Jingga dan dirinya.

Ketiga orang itu masih saja mengobrol sambil tertawa. Lalu tiba- tiba saja satu dari mereka berjalan memisah.

"Hey, mo ke mana ko?" tanya rekannya.

"Sa mo kencing dulu," jawab orang itu sambil terus menjauh. Ia berjalan menunduk sambil menurunkan bagian depan celananya.

"Astaga!!" Jingga memejamkan matanya saat menyadari bahwa orang itu berjalan menuju ke arahnya. Jingga meringkuk semakin dalam di antara dedaunan.

Ia membekap mulutnya sendiri dengan kedua tangan- takut bersuara. Tubuhnya gemetaran hebat. Ia bisa mendengar langkah kaki orang itu berhenti di dekatnya.

"Jingga!!" Rika ikut tegang melihat orang itu berhenti di pohon tempat Jingga sembunyi.

Dengan berhati- hati Rika mengangkat AK-102 nya dan menempelkan pipi di bagian popor. Matanya membidik orang itu tepat di kepala.

Ia mengembus nafas untuk mengosongkan paru- paru. Membuat detak jantungnya semakin melambat- dan posisi bidikan semakin stabil.

"Semoga saja ia tak menyadari keberadaan Jingga," gumam Rika dalam hati. Jarinya telah menyentuh pelatuk. Ia siap melindungi Jingga kapan saja.

"Haaaah.." orang itu mendesah keenakan sambil bergidik saat mengeluarkan isi kandung kemih. Membasahi pangkal pohon di mana Jingga berada di baliknya.

"..."

Jingga yang meringkuk erat dalam semak merasa sedikit kebas di betisnya.

Ia tak terlatih untuk berdiam diri dalam waktu lama seperti Rika yang merupakan seorang sniper. Sejenak, Jingga menggerakkan kakinya untuk melegakan badan.

-SREK.

Orang yang baru saja menuntaskan tetes terakhir itu menautkan alis. Ia pun menengok ke balik batang pohon, lalu menyibak semak- semak rimbun.

Dan menemukan Jingga.

"Aaaa--" Jingga bersuara parau karena gugup.

Beberapa lama keduanya saling berpandangan. Anggota Taring Merah itu sedikit tak menyangka bahwa ada seseorang yang tengah bersembunyi di dekatnya.

Orang itu tersenyum sinis. Ia lalu berteriak untuk memanggil teman- temannya.

"HEI KALIAN!! SA NEMU-"

-DOOORRR!!!

Rika menembakkan senjatanya. Sebuah proyektil peluru melesat membelah udara. Dan menembus kepala anggota itu.

Membuatnya terpelanting lalu roboh ke tanah seketika. Darah merah bercipratan di penjuru tempat. Di dedaunan, batang pohon dan bebatuan- terlihat kontras dengan suasana hutan yang penuh hijau.

"HEEI!!" rekannya beseru keras saat melihat orang itu tergeletak di tanah.

Kedua orang Taring Merah sontak memandangi sekeliling. Mereka mengangkat senjata- hendak membidik ke arah suara Rika.

Kini Rika tak perlu bersembunyi lagi. Keberadaannya sudah ketahuan. Dan bahkan ia sudah membantai satu dari mereka.
Sekalian saja melakukan kontak senjata.

Rika pun melompat berdiri dari persembunyiannya.

Dan mulai menembaki dua orang itu.

-DOR!! DORR!!

"JINGGA, LARIII!!"

SRIKANDI. Mission: survive! [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang