H. Sebuah Tanda

171 32 1
                                    

-BRUUMMM.

Tiga mobil mitsubishi strada berjajar di tengah lapangan. Beberapa staff markas melakukan pengecekan kendaraan singkat, memastikan tiga mobil ini siap digunakan untuk misi evakuasi.

Dari tekanan ban, isi bahan bakar, kelayakan radio dan lainnya. Semuanya oke. Tiga mobil ini bisa diberangkatkan kapan saja.

Pak Pandu berdiri melipat lengan di tepi lapangan, di depan pintu ruang briefing. Ia menatap tiga mobil itu lekat. Selama beberapa jam ke depan, mereka akan menggunakan tiga mobil itu untuk berkendara menuju kompleks GM di gunung Grassenberg.

Tim Elang nya akan melakukan misi evakuasi di sebuah puskesmas area pertambangan.

"Kapan kita berangkat Ndan?" Helmi mendekat menghampiri Pak Pandu.

"Jadi kita akan membentuk tiga sub-tim?" Pak Broto mengembus asap rokok, menunjuk tiga mobil di tengah sana. "Satu mobil isi empat orang?"

Pak Pandu mengangguk menanggapi.

"Panggil yang lain kemari. Aku akan menjelaskan detail dan pergerakan tim, sampai semua paham betul dengan misi kita."

"Siap Ndan!" Helmi memberi hormat, lalu bergegas menuju anggota tim Elang yang lain.

Sementara itu, terlihat Rika masih berada di dalam ruang briefing. Tim Elang baru saja meninggalkan ruangan ini setelah Pak Pandu memberi berita kepada tim bahwa mereka mendapat misi baru.

Rika sedang menata dan mempersiapkan semua perlengkapan Pak Pandu di meja.

Pistol Glock, AK-102, tumpukan magasen pistol dan senapan, juga rompi taktikal milik komandanya. Rika memastikan ulang bahwa semuanya benar- benar siap pakai.

Lalu tanpa sengaja, Rika melihat sebotol tipe-x yang berada di kotak ATK di atas meja. Di antara bolpoin, gunting dan sebagainya.

"..."

Sebuah ide iseng muncul di dalam kepala gadis itu.

Ia meraih botol tipe-x tersebut, lalu berjalan mendekati rompi tempur Pak Pandu. Sejenak ia membungkuk,  melakukan sesuatu.

Rika nampak fokus dengan yang dilakukannya, sehingga ia tak menyadari bahwa Pak Pandu telah selesai memberi rincian misi.

Ia pun berjalan masuk ruang briefing.

"Ngapain?" tanya Pak Pandu tiba- tiba.

Yang mana membuat Rika terkejut.

Ia segera berbalik, menatap Pak Pandu gugup. Dengan cepat ia menyembunyikan botol tipe-x di tangannya. Lalu sedikit tergagap, ia menjawab, "Nggak. Nggak ada Pak."

Rika benar- benat panik sekarang. Ia merasa seperti anak kecil yang tertangkap basah melakukan sesuatu yang buruk. Ia berdiri tegak, tak berani bergerak.

Pak Pandu menyipit curiga. Ia melongok ke arah semua perlengkapan di meja. Menatapnya lekat satu - persatu.

"Itu apa?" Pak Pandu berjalan melewati Rika, memeriksa rompi taktikal nya.

Rompi tempur berwarna hitam pekat itu nampak sedikit 'kotor' karena ada bekas cat putih kecil di bagian dada. Karena Rika menuliskan sesuatu menggunakan tipe-x di rompi Pak Pandu.

Sebuah garis meliuk? Bukan, itu sebuah huruf.

"Huruf S?" Pak Pandu menyentuh tulisan Rika. "Maksudnya apa?"

Rika menunduk menatap lantai. Sudah pasti ia tak bisa menjawabnya.

Bagaimana cara ia menjelaskan kepada komandannya, bahwa huruf S di rompi itu adalah inisial namanya? Bahwa artinya: nama Srikandi akan selalu berada di dadanya.

Nah bagaimana, coba?

"..."

"Sikap sempurna," ujar Pak Pandu lirih, namun tegas.

"Siap!" Rika segera membetulkan posisi berdirinya, dengan kedua tangan merapat di samping badan. Dada membusung, dagu mendongak.

Rika harus berposisi seperti itu tanpa boleh melakukan apapun. Karenanya disebut sikap sempurna.

Pak Pandu yang berdiri di belakang Rika, mengulurkan tangan. Ia meraih botol tipe-x di tangan gadis itu. Lalu ia berjalan pelan mengitari Rika, dan berhenti di hadapannya.

Pak Pandu menatap datar wajah Rika. Tanpa ekspresi.

"Mati aku," Rika memejamkan matanya. Ia sangat hafal wajah Pak Pandu ketika sedang emosi. Dan ia sangat tak mampu untuk menatap wajah komandannya yang seperti itu.

"Maaf Pak," gumam Rika masih terpejam.

"..."

Namun sesuatu yang diluar dugaan Rika terjadi. Satu tangan Pak Pandu terangkat, menggenggam bagian gesper rompi taktis Rika.

"Eh?" Rika membuka mata. Lalu menahan nafas saat itu juga.

Wajah Pak Pandu tepat berada di hadapannya. Lelaki itu membungkuk, sehingga wajahnya begitu dekat dengan wajah Rika. Ia bahkan bisa merasakan hembusan nafas Pak Pandu di pipinya.

Ternyata Pak Pandu sedang balas menuliskan sesuatu di rompi yang sedang dikenakan Rika. Tangan Pak Pandu yang bergerak- gerak, terasa menekan bagian dadanya -walau masih terhalang oleh rompi tempur.

Namun itu saja sudah cukup untuk membuat jantung Rika seolah ingin meledak.

Bagian itu peka banget woy, Pak?

Sesudahnya, Pak Pandu melangkah mundur. Ia berdiri sejenak menatap hasil 'vandalisme' nya.

Rika menunduk, berusaha melihat apa yang ditulis Pak Pandu.

"Itu huruf P, inisial namaku." Pak Pandu meletakkan botol tipe-x ke dalam kotak ATK.

"..."

"Artinya, orang yang pake rompi itu adalah milikku."

SRIKANDI. Mission: survive! [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang