5. Pushed

164 30 0
                                    

"Kalian lihat sesuatu?" Pak Pandu mengontak para anggota tim nya.

"Negatif," sahut Helmi dari belakang mobil 01.

"Tidak ada pegerakan," sahut anggota lain di belakang mobil 02.

"Oke," ujar Pak Pandu sambil terus mengamati hutan seberang dengan monocular nya. Namun sedari tadi memang ia tak melihat apapun yang mencurigakan.

Hampir lima menit berlalu dalam keheningan. Tak ada lagi suara tembakan atau apapun dari arah seberang. Hanya terlihat lebatnya dedaunan dan pepohonan yang berdiri diam memenuhi pandangan.

Rika telah menghabisi empat- lima orang di antara kelompok musuh. Mungkin itu yang menyebabkan serangan mereka berhenti. Mungkin kelompok itu sudah pergi membawa anggota mereka yang tewas.

Mereka baru tahu bahwa tim Elang bukanlah tim main- main.

"Bagaimana?" Jingga berbisik pada Rika. Ia nampak sangat bosan duduk bersembunyi di situ.

Rika menggelengkan kepala sebagai jawaban. Ia tak bisa memastikan bahwa suasana telah aman. Sebelum Pak Pandu bilang oke- mereka tak boleh bergerak.

Pak Pandu masih terus saja mengamati keadaan.

Mobil 02 mengalami kerusakan parah di bagian mesin. Ia tak bisa digunakan lagi. Sementara mobil 01 mengalami pecah ban akibat tembakan. Mereka membutuhkan waktu sekitar tiga- lima menit untuk mengganti ban.

Bukan waktu yang sebentar di tengan lokasi rawan seperti ini.

Pak Pandu benar- benar harus memastikan semuanya aman sebelum membiarkan tim nya keluar dari persembunyian.

Waktu terus saja berlalu. Dan sama sekali tak tampak apapun. Kelihatannya kelompok Taring Merah telah pergi.

"Semuanya," ucap Pak Pandu melalui radio. "Kita berkumpul di mobil satu."

-----

Para anggota tim Elang yang tersisa berkumpul di sekitar mobil.

Mereka meletakkan jasad anggota yang tewas di bak belakang mobil. Sementara beberapa anggota lain saling membantu mengganti ban yang pecah.

Jingga nampak menangani salah satu anggota yang tertembak. Sisanya berjaga membentuk parameter.

Mereka harus menyelesaikan ini dan secepatnya pergi dari tempat itu.

"Radio mobil rusak," Pak Pandu melongok ke arah dashbor yang berlubang oleh peluru. "Kita tak bisa meminta bantuan."

"Dan kita tak bisa bergerak cepat karena mobil ini akan sangat over kapasitas," jawab Helmi sambil mengelap sisa- sisa darah di kursi sopir. "Di tambah yang tewas, ada 10 orang yang akan naik mobil ini."

Pak Pandu menghela nafas, beralih pada anggota di luar mobil. "Bagaimana ban nya?"

"Sebentar lagi selesai," jawab salah seorang tanpa menoleh. Ia nampak fokus memasang baut besar. "Tinggal ngencengin bautnya saja."

Pak Pandu melirik jam tangannya. Sebentar lagi mereka bisa melanjutkan perjalanan kembali ke markas. Memang, mereka membawa berita buruk dengan tewasnya dua orang anggota tim.

Namun setidaknya ia bisa menghindari situasi yang lebih buruk lagi.

"Baiklah, ayo kita-"

-DOORRR!!

Beberapa suara letusan bersamaan kembali memecah kesunyian. Lalu seketika, dua anggota yang sedang memasang ban langsung tersungkur di tanah.

Darah kental bercipratan di seluruh badan mobil.

Semua orang yang ada di sana mematung beberapa detik- memproses apa yang baru saja terjadi.

"KONTAK!!" Helmi berteriak memperingatkan.

"BERLINDUNG!!"

-DOR! DOR! DOR!

Rentetan peluru seketika terdengar dari arah seberang. Anggota tim parameter yang berada paling depan juga roboh dengan badan penuh luka tembak.

"AAAAAHH!!" Jingga terpekik ketakutan melihat orang- orang tewas berjatuhan di sekitarnya.

"Anjing! Anjing!" anggota tim yang baru saja di rawat Jingga mengumpat keras, sambil meraih senjatanya.

"Rika! Bawa dia pergi!" Pak Pandu segera berguling ke belakang, dan melakukan tembakan balasan. Helmi meratakan badannya dengan tanah, menembak melalui celah di bawah mobil.

Rika meraih tangan Jingga, dan menariknya kembali menuju rerimbunan hutan. "Ayo!"

-DOR! DOR!!

Suara tembakan saling bersahut menggema di langit. Beberapa anggota yang tersisa nampak sengit melakukan perlawanan.

Rupanya kelompok Taring Merah tidak pergi. Mereka menunggu tambahan personel, dan menunggu tim Elang lengah.

Dan taktik mereka berhasil.

Mereka kembali melakukan serangan kedua dengan jumlah orang yang lebih banyak.

Pak Pandu cepat mengamati sekelilingnya untuk mengukur situasi. Dua anggotanya telah tewas dalam bak mobil. Dan kini bertambah tiga orang lagi di jalanan tanah.

Yang tersisa adalah Helmi dan dirinya. Dan satu anggota terluka. Ditambah Rika dan Jingga. Melawan puluhan musuh yang memojokkan mereka.

Situasi yang sangat tidak bagus bagi timnya.

-DOR! DOR!!

"Para polisi itu tak mampu lawan!"

"Maju!!"

Terdengar teriakan kelompok musuh dari arah seberang. Mereka sadar bahwa tim Elang telah terpojok, dan mulai bergerak maju sambil terus menembak.

Tim Elang hanya bisa berlindung di belakang mobil yang terus saja di hujani gelombang peluru.

"BANGSAT!!" Helmi mengumpat saat timah panas menembus bahunya.

"Helmi!" teriak Pak Pandu tanpa mengalihkan pandangan dari bidik.

"..."

Helmi memegangi dan menekan bahunya yang terasa perih terbakar. Ia terengah mengamati keadaan di sekitarnya.

Di mana Rika nampak sibuk menenangkan Jingga di tengah kontak senjata. Sementara Jingga terlihat panik dan histeris karena takut.

Di mana Pak Pandu dan satu rekan lainnya yang juga terluka, mencoba melakukan perlawanan sebisanya.

Selesai sudah. Tim ini telah tamat.

"Pak!" seru Helmi terengah. "Cepat pergi dari sini!"

Pak Pandu menoleh. "Kamu gila! Mana mungkin aku meninggalkan tim ku!"

"Rika-" Helmi menunjuk ke arah gadis itu. "-bawa Rika pergi dari sini."

"Tapi-" Pak Pandu nampak ragu.

Dengan cepat Helmi mencengkeram kerah baju Pak Pandu. "Kalau sampai mereka tertangkap, kau pasti paham apa yang akan terjadi kan!?"

"..."

"Pergilah Pak!" ujar anggota lain. "Aku dan Helmi akan menahan mereka."

"..."

Pak Pandu menatap kedua anggotanya dan dua gadis di belakangnya secara bergantian. Ia tak boleh berpikir terlalu lama di saat seperti ini.

Ia harus mengambil keputusan cepat, apapun itu.

"Baiklah," Pak Pandu mengangguk pelan, dan segera berbalik menuju rerimbunan.

"Pak Pandu?" tanya Rika saat melihat komandannya berlari mendekat.

"Ayo pergi!!"

SRIKANDI. Mission: survive! [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang