BONUS

287 41 15
                                    

-DOR!! DOR!!

Suara baku tembak menggelegar, menggema di langit Grassenberg. Burung- burung beterbangan dari lebatnya kanopi hutan, lari dari bahaya yang mengancam.

"DI SANA!!" seru seorang berpakaian outdoor dengan monocular di tangan. "DI BAWAH!!"

"..."

"Bawah?" ujar seorang lagi. Ia mengenakan topi baseball dan sorban lapangan yang menutupi wajahnya. Topi dan sorban adalah perlengkapan wajibnya, untuk melindungi matanya dari silau matahari.

Bukan tanpa sebab ia membutuhkan itu semua. Sebab kini ia sedang tengkurap di atas tanah. Sebuah senapan panjang dengan lensa zoom optic tergenggam mantap di kedua tangan.

"Arah 211° Ndan," ujar sang spotter.

Sang sniper menggerakkan ujung senjatanya perlahan, mengawas ke hamparan lereng di depannya. Lalu ia menemukannya.

Seorang polisi yang sedang ditembaki empat-lima orang Taring Merah dari belakang. Berada di seberang bukit tak jauh dari tempatnya berada- mungkin berjarak 200-250 an meter.

"Rupanya masih hidup kau, Pandu?" Rizki tersenyum sinis, tak melepas pandangannya dari balik lensa. Satu jarinya bergerak masuk ke dalam trigger guard. "Gotchu man."

Tak sia- sia ia dan tim Bravo nya menjelajahi hutan semalaman. Kini ia berhasil menemukan satu target SAR. Walaupun kelelahan menghinggapi tubuhnya, namun berhasil menemukan Pandu secepat ini adalah bonus baginya.

-DOR!! DOR!!!

Salah seorang Taring Merah menembakkan senjatanya, membuat Pandu jatuh bergulingan di lereng. Ia baru berhenti saat tubuhnya membentur pohon.

Lima orang musuh berjalan mendekati Pandu yang tergeletak di tanah.

"Kunci target," bisik Rizki kepada sub Tim Barvo. Dua orang anggotanya segera membidikkan senjata, mengunci target mereka.

"Ready," ujar anggotanya. "Clear shot."

Tiga senjata membidik lima anggota Taring Merah. Begitu mereka membunuh satu, mereka harus segera membidik target berikutnya -atau Pandu dalam bahaya.

Rizki mengosongkan paru- parunya. Matanya terus menatap ke kejauhan, di mana salah satu Taring Merah bersiap menembak Pandu- tak menyadari bahwa ia bersiap membunuh musuh.

Lalu Pandu menggerakkan tangannya yang menggenggam pisau sangkur.

"CUKIMA-"

-DORRR!!!.

Rizki dan timnya mengeksekusi Taring Merah hampir bersamaan. Membuat orang- orang itu roboh, dan yang lain berlarian kabur.

Pandu yang ada di kejauhan nampak seperti orang  bingung. Ia tak menyadari keberadaan sub tim Bravo di bawah pimpinan Rizki sang Sniper Tim Jaguat.

"Bravo to Alpha," Rizki segera mengontak sub Tim di dekat ground zero. "Pandu berhasil ditemukan. Pandu berhasil ditemukan."

"Copy," sahut Doni dari seberang sambil terkekeh. "Segera evakuasi bangsat satu itu. Merepotkan tim kita saja."

"Akan kusampaikan salammu," sahut Rizki seraya bangkit dari posisinya. "Bravo's out!"

------

Tanpa menunggu lama, kedua Land Cruiser itu mulai meninggalkan tempat. Membuat jejak dan kepulan debu di jalanan tanah.

"Pak Doni," Rika berujar lirih kepada Dantim Jaguar. "Apa kalian menemukan Dantim kami? Masih ada seorang lagi yang-"

Doni yang sedang berbicara melaluo radio, melirik ke arah Rika melalui pantulan rear mirror. Tatapan tajamnya membuat Rika tak berani berkata apa- apa lagi.

"..."

Doni terdiam beberapa lama memandangi Rika. Terlihat sekali bahwa gadis di belakangnya ini sangat khawatir dengan keberadaan Dantimnya.

Pandu sering bercerita bahwa ia sedang dekat dengan cewek anggota timnya. Dan dari cara cewek ini bertanya soal Pandu, apa mungkin cewek ini yang dia maksud?

Doni menghembus asap putih panjang, membentuk jejak sementara mobil berjalan.

Boleh lah aku isengin dikit kan ya?

"Sayangnya," ujar Doni datar. "Tim kami tak menemukannya."

SRIKANDI. Mission: survive! [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang