10. Decoy

161 31 3
                                    

Rika mematung menatap sosok Pak Pandu yang semakin menjauh. Lalu perlahan sosok itu menghilang di balik lebatnya vegetasi lereng.

Beberapa saat ia terdiam tak tahu harus berbuat apa. Lalu ia mengusap air matanya, menghirup nafas dalam- dalam. Ia tak bisa dan tak boleh begini terus.

Rika berdiri dengan tangan menggenggam erat pistol pemberian Pak Pandu. Ia memasukkan benda itu ke dalam holster, lalu memasang sabuk pengikatnya di pinggang.

-KLIK.

Rika berjalan mendekati Jingga, lalu mengulurkan tangannya. "Ayo. Kita tak bisa diam di sini."

Sekuat tenaga Jingga menahan tangisnya. Ia mengangguk, lalu menyambut uluran tangan Rika.

Keduanya pun kembali berjalan. Jingga sedikit meringis oleh perih di kaki, namun ia tetap memaksakan diri untuk berjalan. Sementara Rika di belakang, semakin mendekap senapan AK-102 nya.

Ia tak boleh lengah sedikitpun. Sebab kini ia dalah ketua tim, dan ia mengemban misi dari Pak Pandu: untuk membawa Jingga dan dirinya sendiri selamat dari sini.

-DOR! DOR!!

Suara tembakan di kejauhan membuat Jingga dan Rika tersentak.

Mendengar suara letusan peluru, membuat mental Jingga semakin down. Ia hampir saja kembali menangis. Begitupun Rika, yang walaupun memegang senjata, tetap saja semua ini membuatnya bergidik.

Namun ia berusaha untuk tetap tenang. "Jangan panik. lanjut jalan."

-DOR! DOR!! DOR!!!

Suara tembakan saling menyalak bersahutan. Letusannya menggema di seluruh lereng. Sepertinya terjadi baku tembak yang sengit di belakang sana. Rika yakin itu adalah Pak Pandu yang sedang menghadapi pengejar mereka.

Jingga gemetaran di tempat. Ia benar- benar sudah tak mampu lagi mendengar suara tembakan.

"Terus saja. Jangan dipikirkan," Rika menepuk pundak Jingga lembut. Padahal tangannya sendiri juga gemetaran.

Rika menoleh sejenak ke arah belakang.

Pandangannya lurus menatap ke perbukitan di sebelah Barat. Suara rentetan tembakan masih saja terdengar.

"Pak Pandu," Rika berdoa dalam hati.

"Kamu harus menyusul kami."

-----

Pak Pandu menoleh ke belakang sekilas, memandangi Rika dan Jingga sejenak. Rasanya berat meninggalkan mereka berdua saja.

Lalu ia kembali berlari menuju titik di mana posisinya agak mendaki.

Ia sendiri juga sebenarnya sudah lelah, selain juga mengantuk karena terjaga hampir semalaman.

Belum lagi ia masih membawa ransel Rika dan ranselnya sendiri.

Ia memaksakan diri, dengan langkah sedikit berdebam memanggul AK-102 nya. Peluru tersisa di magasennya tak sampai 10 butir, dengan satu extra magasen berisi full 30 butir.

Ia tak boleh boros dengan peluru.

Pak Pandu meraih ranting besar dan menarik dirinya naik. Ia harus cepat sampai atas sebelum lima orang pengejar itu menemukan Rika dan Jingga. Atau mereka akan-

"Sial!!" Pak Pandu tak bisa membayangkan apa yang akan mereka lakukan pada Rika.

Pak Pandu berbalik dan mendudukkan dirinya bersandar pada batang pohon. Dari atas ketinggian ini ia memiliki area pandang lereng yang cukup luas.

Dengan cepat ia mengangkat AK-102 nya, dan membidik ke arah bawah. Hanya butuh beberapa detik baginya untuk menemukan lima anggota Taring Merah yang sedang menuruni lereng.

SRIKANDI. Mission: survive! [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang