18. Misi Berhasil

223 37 3
                                    

"Bagaimana?" tanya seseorang yang sedang duduk di atas ranjang. Terlihat balutan perban di beberapa bagian tubuhnya.

"Kamu pikir tim apa kami ini?"Doni menyandarkan badannya pada punggung kursi, sambil meminum kopi di meja. " Ini Tim Jaguar yang ada di hadapanmu. Tentu saja semua beres."

"Jadi kalian-"

Doni mengangguk cepat. "Kami menemukan mereka. Sekarang dua orang itu sedang menjalani proses perawatan di triase."

Orang di atas ranjang itu menatap Doni lekat, dengan sebuah senyuman tipis. Ia pun meninju lengan Doni. "Aku tahu kalian memang bisa di andalkan."

"Anytime," Doni membalas tinju orang itu.

-----

"Jingga!!"

Rekan- rekan Jingga dari puskesmas di kompleks GM seketika menghambur saat melihat Jingga keluar dari ruang rawat. Mereka telah menunggu dari tadi di kursi besuk.

Rekan- rekan Jingga memeluk gadis itu bergantian. Terlihat beberapa pimpinan PT GM yang juga berada di sana, ikut gembira melihat kedatangan Jingga.

Tim Jaguar membawa Rika dan Jingga ke Rumah Sakit yang sama, tempat di mana survivor serangan pertama mendapat perawatan. Begitu tiba di Rumah Sakit, bebrapa staff medis segera mengampiri dua mobil Land Cruiser itu.

Tak membutuhkan waktu lama bagi keduanya untuk mendapat penanganan. Jingga segera bergabung dengan teman sekelompoknya di puskesmas- saling mensyukuri mereka bisa selamat.

Rika yang melihat ini dari kejauhan hanya bisa tersenyum getir. Kondisinya berbalik dengan dirinya yang sendirian di ruang lobby. Ia tak tahu harus apa dan bagaimana, mungkin sebentar lagi akan ada jemputan dari Polda.

"Sudah jalan- jalan aja kamu," sapa seseorang dari belakang.

Rika menoleh, dan mendapati Pak Doni bersama tim nya sedang berjalan mendekat. Beberapa perawat perempuan melirik saat berpapasan dengan mereka, lalu tetawa sambil berbisik- bisik.

"Pak Doni," Rika menyapa  sopan kepada tim penyelamatnya. "Dari mana?"

"Habis menemui seseorang, aku harus melaporkan hasil misiku," jawab Pak Doni. Ia lalu mengangguk kepada timnya, agar mereka jalan lebih dulu. "Kamu sendirian? Belum di jemput?"

"Nggak tahu. Aku belum dapat info sama sekali."

"Kalau begitu biar sekalian aku hubungi Danops di Polda," Pak Doni membetulkan lipatan lengan kemejanya. "Aku harus ketemu sama subtim ku di sana."

Rika sedikit terdiam melihat Pak Doni. Gaya bicara dan geraknya selalu mengingatkannya pada Pak Pandu. Dan itu membuat dada Rika terasa perih sekali.

Pak Doni nampaknya menyadari bahwa Rika memperhatikannya. Ia pun mengangkat tangan, memperlihatkan cincin di jari manis. "Aku tahu aku memang ganteng. Tapi aku udah tunangan, jadi-"

"..." Rika memajukan bibirnya, mencibir. Bahkan pedenya juga sama.

"Ya sudah. Aku duluan," Pak Doni nyengir, lalu bergegas berkumpul kembali dengan timnya.

Rika hanya bisa menahan sesak saat melihat Tim Jaguar yang semakin menjauh. Ia jadi teringat dengan Tim Elang-nya. Di mana tim itu selalu menggodanya karena ia adalah satu- satunya perempuan, namun juga selalu paling menjaganya.

Rasanya Rika tak bisa bernafas.

Nanti kedepannya bagaimana bisa ia menjalani kehidupan di Batalyon-B tanpa mereka? Tim Elang telah banyak kehilangan anggotanya.

Markas yang selama ini bagai rumah bagi Tim Elang, akan terasa sangat berbeda. Tanpa Mas Helmi, tanpa Pak Broto.
Dan terutama tanpa Pak Pandu.

Rika mengamati keadaan di sekitarnya. Orang- orang berlalu lalang dengan kesibukan mereka sendiri, beberapa menatapnya aneh.

Mungkin karena wajahnya penuh plester dan lebam. Atau mungkin karena ia berdiri sendirian dengan mata basah.

Rika mendongakkan kepalanya, sekuat tenaga menahan agar air matanya tak menetes. Ia capek sekali. Tatapannya kosong ke kejauhan -entah apa yang ia lihat.

Awan di atas bergerak, berlatar langit yang cerah. Bahwa ternyata dunia masih saja berjalan seolah tak terjadi apa- apa, bahwa orang- orang yang telah meninggalkannya seolah hanya begitu saja.

"Sekarang aku harus bagaimana?" Rika bertanya pada dirinya.

Lalu tiba- tiba saja semuanya menjadi gelap pekat.

"..."

Rika menahan nafas. Ini adalah tangan seseorang yang menutup kedua matanya dari belakang.

Serius? Di tempat ini? Di saat seperti ini?
Apakah ada orang yang mengenalnya?
Siapapun itu, Rika sedang sangat tidak ingin di ajak bercanda.

"..."

"Siapa?" tanya Rika lirih.

Orang di belakangnya tak menjawab.
Ia justru melangkah maju, merapatkan badannya. Lalu berbisik di telinga Rika.

"Kamu telah membawa Jingga ke sini," ucapnya lirih. "Selamat. Misimu berhasil."

Kedua kaki Rika serasa lemas saat tak bertenaga. Jantungnya seolah ingin melompat keluar dari dalam rongga dada. Rasanya ia tak percaya dengan apa yang baru ia dengar.

Sebab ia sangat mengenali suara menyebalkan ini.

"Siapa?" tanya Rika lagi dengan suara gemetaran.

Lalu orang itu melepas tangannya dari mata Rika. Hal pertama yang Rika lihat adalah sebuah tangan dengan bekas luka memanjang dari pergelangan hingga ke siku.

Sama seperti luka di sisi kiri tubuhnya.

"Siapa coba?" ujar orang itu.

Rika berbalik, lalu tersenyum dalam tangis.

SRIKANDI. Mission: survive! [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang