Seven

67.5K 4.4K 67
                                    

Koreksi jika ada typo!

Happy Reading❤️

🥀🥀

Jam telah menunjukkan pukul 12 malam tepat. Akan tetapi, mata Catherina dari tadi senantiasa terjaga. Ia rindu kehidupan nyatanya, orang tuanya, dan juga sahabatnya itu. Ah, andai saja salah satu dari mereka ada di sini bersamanya. Pastinya, tidak akan ada lagi yang membuatnya merasa kesepian.

Cath merasa sendiri di dunia ini. Bagaimana tidak? Semuanya hanya karakter fiksi. Mereka fana dan jelas tidak ada. Ini adalah dunia pengarang, bukan dunia Tuhan. Tetapi, mengapa Tuhan mengirimnya ke sini? Rasa sakitnya bahkan sampai terasa nyata.

Gadis itu menitihkan air matanya. "Mohon maaf, Tuhan jika aku egois. Tetapi, bisakah engkau mengirimkan salah satu dari orang yang kucintai di dunia nyata untuk berada di sini dan menemaniku? Aku sendirian di sini, aku tidak suka," doanya terdengar lirih. Perlahan, kantuknya pun datang. Ia tertidur begitu pulas tanpa mengetahui jika doa yang ia panjatkan barusan telah mengambil satu nyawa di sana.

🥀🥀

Sementara itu di tempat lain, Xander tengah memencet bel apartemen milik kekasihnya. Ya, tadi Farrah meneleponnya sambil menangis karena bermimpi buruk. Pria itu khawatir dan langsung bergegas ke sini.

Farrah pun membukakan pintu. Penampilan wanita itu terlihat sangat menyedihkan. Wajahnya sembap dan memerah. Ia lantas memeluk kekasihnya dengan erat, lalu menangis di dekapannya.

"Ssstt, jangan menangis sayang. Aku sudah ada di sini untukmu," ujar Xander menenangkan sambil menutup pintu apartemen dan masuk ke dalam. Ia tidak melepaskan pelukan sang kekasih yang mirip seperti koala.

Xander mendudukkan Farrah di sofa. "Mimpi buruk apa, hm? Mau berbagi denganku sekarang?" tawarnya pada kekasihnya. Farrah pun segera mengusap jejak air mata di pipinya.

"Berjanjilah dulu untuk tidak meninggalkanku!" ucap Farrah sambil mengacungkan jari kelingkingnya dan disambut oleh jari kelingking Xander.

"Janji!" ucap pria itu lantang.

"Aku tadi bermimpi kau meninggalkanku. Kau pergi bersama wanita lain. Dan wanita itu berkata 'sudah waktunya aku bahagia, kau tak berhak merampas semuanya dariku!'. Lalu, kau hanya diam saja dan pergi bersama wanita itu," jelas Farrah yang kembali terisak. Namun, Xander malah tertawa lalu memeluknya.

"Pegang janjiku, sayang. Aku tak akan pernah meninggalkanmu. Walau banyak wanita yang persis sepertimu, aku akan tetap memilihmu dan mencarimu sampai ujung dunia sekalipun, Farrah Marcionnessa, Sayangku," tegas Xander yang berhasil menenangkan Farrah.

Mata biru milik Xander memandang mata hijau milik Farrah. Terlihat kilatan gairah ada di dalam sana. Apalagi, Farrah kini hanya memakai piyama satin maroon yang tipis. Bahkan, lengan piyama itu hanyalah berupa tali spageti.

Akhirnya, lelaki itu menyatukan bibirnya pada Farrah. Namun, rasanya ada yang berbeda. Kenapa ia merasa biasa saja? Padahal biasanya ia menggebu-gebu dalam hal ini. Rasanya berbeda dengan bibir Cath.

Tunggu!

Kenapa dirinya tidak bisa menghapus jejak ingatan itu. Dia dulu sering mencium wanita club dan lupa hanya dalam beberapa jam. Namun, mengapa dirinya tidak bisa melupakan ciuman kasar yang ia lakukan pada Cath tempo hari? Gadis itu juga tidak jago dalam berciuman.

Broken Hurts [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang