Thirty Four

48.1K 3.3K 272
                                    

TARIK NAPAS DULU YANG EMOSI🗿
AKU UDAH PERINGATIN DI AWAL LOH YAAA😭🙏🏻

🥀🥀

Sudah 2 minggu lamanya, Cath dan Xander tidak saling bertegur sapa. Semenjak kejadian itu, hubungan mereka makin merenggang. Apalagi Xander semakin menempel pada Farrah. Itu membuat hati Catherina menjadi lebih sakit lagi.

Pagi ini, badan Cath rasanya sakit sekali. Padahal kemarin-kemarin, ia tidak melakukan pekerjaan apapun. Hanya membantu pelayan berkebun dan memasak makanannya sendiri, itu saja.

Cath dari tadi bolak-balik ke kamar mandi dan memutahkan isi perutnya. Tetapi, yang keluar hanyalah cairan bening. Badannya lemas dan tidak bertenaga. Apa yang terjadi dengannya? Apa jangan-jangan? Tidak! Wanita itu segera berlari mengecek tanggal. Seharusnya ia datang bulan 2 minggu yang lalu. Tetapi, sampai sekarang belum juga ada tanda-tanda.

Tangan Cath gemetar. Tidak mungkin jika ia hamil. Akhirnya, ia meminta tolong pada Anastasya untuk membelikannya testpack. Kebetulan, gadis itu juga hendak berkunjung ke mansion. Setelah 45 menit, akhirnya Anastasya sampai dan langsung memberikan barang titipan sahabatnya itu.

"Cath, kau yakin?" tanyanya pada Cath yang hendak masuk ke kamar mandi. Wanita itu pun menoleh ke arahnya dan mengangguk kecil. Anastasya gusar di tempat. Apalagi, jika sahabatnya itu benar-benar hamil.

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya pintu pun terbuka. Raut wajah Catherina tidak bisa ditebak. Lalu, Anastasya mencoba mengambil testpack yang dipegang oleh sahabatnya. Hasilnya adalah positif.

Ketakutan terbesar seorang Catherina akhirnya datang. Ia takut jika anak ini tidak diterima oleh suaminya. Apalagi, suaminya juga sudah mendapat anak lain dari istri keduanya. Cath pun menangis kencang. Tubuhnya merosot ke lantai. Anastasya ikut menangis dan meraih tubuh sahabatnya ke dalam pelukannya.

"Bagaimana, An? Bagaimana bisa? Apa yang harus aku lakukan?" tanya Cath di sela-sela tangisnya. Anastasya pun melepas pelukannya dan menatap wanita yang ada di depannya itu dengan instens.

"Dengarkan aku, Cath. Ayo kita pergi saja dari sini! Kau tidak mau bila Xander menyakiti anakmu ini, kan? Apalagi dia juga akan menjadi ayah dari anak wanita lain. Dia juga tidak peduli denganmu!" gadis itu meyakinkan sahabatnya. Cath sebenarnya ingin mengikuti saran tersebut, tapi entah kenapa hatinya tidak bisa menerima. Ia masih berharap bahwa suaminya dapat menerima anak ini dan mencintainya dengan setulus hati.

"Ma–maaf, An. Aku belum bisa melakukan hal itu. Aku ingin mencoba untuk memberitahu Xander dulu. Siapa tahu, hatinya luluh dan akan menerima anak yang ku kandung ini," ucap Cath penuh keyakinan. Sementara itu, Anastasya tidak dapat berkata-kata lagi. Kenapa tidak hati Viera saja yang ada di dalam tubuh sahabatnya ini. Kalau begini malah menjadi rumit.

Namun, keputusan tetap ada di tangan Cath sendiri. Jika ia ingin bertahan, maka dirinya juga tidak bisa melarang. Lagian percuma jika ia berdebat dengan sahabatnya ini. Pasti akan kalah dengan satu kali semprot.

Tangan Anastasya menggenggam erat tangan Cath. "Kalau kau siap untuk pergi, bilang saja padaku atau pada kakakmu. Jangan merasa sendiri. Kami semua akan selalu ada untukmu." Katanya dan disambut tangisan oleh Catherina. Mereka berdua kembali menitihkan air mata sambil berpelukan. Entah dunia apa yang mereka huni saat ini. Yang pasti, rasa sakit masih akan terus berlanjut.

🥀🥀

Sudah 2 minggu ini, Xander selalu pulang cepat. Sekarang ia sedang berada di dalam mobil bersama Zeth. Perjalanan kali ini terasa begitu membosankan. Apalagi di jalan sedang macet karena ada proyek pembangunan.

Broken Hurts [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang