Thirty Six

52.2K 3.4K 69
                                    

6 bulan kemudian

Catherina menaiki ayunan sambil bersenandung kecil. Padang bunga yang indah memanjakan matanya. Saat ini, usia kandungannya sudah memasuki bulan ke-6. Perutnya pun tambah membesar dan membuatnya sulit untuk melakukan aktivitas normal.

Wanita itu ingin sekali membantu Yuna, Anastasya, dan Clayra untuk merawat bunga. Tetapi, ketiga orang itu menolak keras. Apalagi setiap malam, Cath mengeluh pinggang dan kakinya sakit. Bayangkan jika ia membantu di sana. Mungkin dirinya tidak akan bangun dari kasur.

Meski sudah merasakan dunia yang berbeda, tapi Cath merasa ada yang kurang. Relung hatinya merindukan seseorang. Setiap malam ia masih menangis sambil melihat foto Xander yang masih tersimpan di galerinya. Sebenarnya ini anaknya yang merindukan ayahnya atau dirinya yang merindukan suaminya? Ah, ralat. Mantan suami lebih tepatnya.

Lamunan Cath pun buyar saat Clayra duduk di kursi yang ada di samping ayunan. Gadis itu memberikan kue yang baru saja matang dari oven. Harumnya begitu wangi sampai menarik perhatian sang kakak.

"Kue apa itu?" tanya Cath dengan mata yang terlihat lapar. Clayra menggeleng sambil tertawa pelan. Ekspresi kakaknya itu sungguh lucu di matanya.

"Ah, ini kue bolu pandan. Tadi, bibi Yuna memasaknya karena baru saja memanen pandan dari kebun," kata Clayra sambil menyerahkan bolu tersebut ke arah Cath. Wanita itu langsung melahap makanan tersebut. Dan rasanya sungguh luar biasa enak. Ia bahkan menghabiskan 6 potong kue hanya dalam sekali makan. Selama kehamilannya ini, Cath sangat suka sekali makan. Untung saja anaknya tidak obesitas di dalam perutnya.

Anastasya terlihat berlari kecil menghampiri Cath dan Clayra yang tengah asyik berbincang. Ia membawa sekuntum bunga mawar merah yang baru saja dipetiknya. Hari ini mereka kedatangan pelanggan yang banyak sekali. Punggungnya sampai pegal untuk melayani mereka. Tetapi, cuan tidak boleh ditolak, kan?

"Hai, semua! Lihat, aku membawa bunga ini untuk kalian," ucapnya setelah sampai di depan kakak beradik itu. Cath dan Clayra tertawa saat melihat wajah kelelahan Anastasya. Gadis itu mendelik sambil memukul pelan kepala mereka dengan bunga satu per satu. Untung saja, duri pada bunga mawar itu sudah tidak ada. Jika ada maka bisa gawat jadinya. Tiba-tiba, Cath mengernyit. Clayra dan Anastasya langsung ikut panik.

"Ada apa? Apa yang terjadi?" ucap mereka serempak. Namun, sebuah senyuman terbit dari bibir Cath. Kedua gadis itu saling memandangi dengan raut wajah bingung.

"Keponakan kalian menendang!" Cath mengucapkannya dengan bangga. Sementara itu, wajah kedua orang yang panik tadi berganti dengan kelegaan. Lalu, mereka pun mengajak anak Cath bicara dan tertawa, walau sang empunya belum lahir ke dunia.

🥀🥀

Di sisi lain, sudah 6 bulan ini Xander menjadi seperti orang gila. Ia tempramen, kasar dan pemarah. Bahkan, Farrah juga kena imbasnya. Padahal perut wanita itu juga semakin membesar.

Saat ini, Xander tengah berkutat dengan dokumen yang menumpuk bak sampah di kantornya. Ia sudah tiga hari tidak pulang ke mansion dan selalu tidur di kamar yang ada di dalam ruangannya. Telepon dari Farrah pun ia abaikan. Pria itu tidak suka diganggu beberapa bulan ini.

Kehilangan Cath bukan hanya merusak jiwanya, tapi raganya juga. Xander sudah tidak peduli penampilannya seperti apa. Bahkan saat meeting dengan klien, para peserta rapat menatap ngeri dirinya. Rambut yang tidak tersisir rapi, janggut yang tidak dicukur, muka serta kemeja sama-sama kusut, dan ia juga jarang mandi. Untung saja performanya sebagai seorang pemimpin tidak luntur. Jadi, klien masih tertarik untuk melakukan kerja sama dengan perusahaan miliknya.

Tiba-tiba, pintu ruangan di ketuk. Zeth terlihat menyembulkan kepalanya dari sana. "Mohon maaf mengganggu anda, tuan. Tapi nyonya Farrah ingin bertemu dengan anda," ucap pria itu.

Broken Hurts [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang