Thirty Five

52.5K 3.4K 186
                                    

Catherina mengemasi seluruh pakaiannya dari lemari. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri. Jika anaknya tidak diterima oleh Xander, maka ia memutuskan untuk pergi dari mansion ini.

Tadi ia sudah menghubungi kakaknya dan Anastasya. Mereka berdua bekerja sama untuk membawa Cath kabur dari suaminya. Clayton pun sudah menyiapkan tempat untuk tempat tinggal kedua adiknya. Ya, Clayra juga diajak untuk pindah dan menghindari keluarga William.

By the way, setelah Cath keluar dari ruangan, Xander memutuskan pergi, entah kemana. Jadi, pria itu tidak ada di mansion. Hal tersebut memudahkan Cath supaya bisa pergi dengan lancar. Saat sampai di bawah, wanita itu berpapasan dengan Farrah. Ia terlihat tersenyum miring dan melirik koper yang dibawa oleh Cath.

"Wah! Kau mau pergi ke mana? Apa kau sedang liburan?" tanya Farrah dengan nada mengejek. Catherina tidak menghiraukan dan segera pergi dari sana. Ia juga sengaja tidak berpamitan secara langsung kepada para pelayannya. Namun, ia hanya memberi mereka secarik surat yang ditulisnya tadi.

Sebelum benar-benar angkat kaki dari mansion itu, Catherina melihat ke arah tempat itu. "Maafkan aku Cath, aku tidak bisa bertahan lagi. Aku tidak ingin anakku mati di sini," ucapnya lirih sambil menghapus setitik air matanya.

Clayton menghampiri sang adik dan membawa kopernya ke mobil. "Kau sudah siap?" tanyanya pada Cath. Terlihat helaan napas pelan dari wanita itu. Ada rasa tidak rela untuknya berhenti berjuang. Tetapi, keselamatan anaknya itu lebih penting.

"Aku siap." Cath pun pergi meninggalkan semua kenangan yang ada di sana.

🥀🥀

Sementara itu, seorang pria tengah memukuli seseorang dengan membabi buta. Pria itu adalah Xander. Ia datang ke mansion Glenn dengan penuh amarah yang berkobar di kepalanya.

"Dasar berengsek! Mati saja kau!" bentak Xander sambil terus memukuli Glenn. Wajah pria itu sudah tidak berbentuk. Kedua sudut bibirnya mengeluarkan darah. Namun, Glenn malah tertawa.

Untungnya, asisten Glenn datang untuk melerai. Setelah keadaan mulai tenang, Glenn memberanikan diri untuk bicara. "Ada apa, dude? Kau datang ke sini seperti kuda yang terlepas," pria itu menyeringai, padahal bibirnya perih sekali.

"Kau masih berpura-pura bodoh, Luther? Catherina sedang hamil!" teriak Xander emosi. Ia mengira bahwa Glenn adalah ayah dari anak yang dikandung Cath. Sudah tidak peka, bodoh pula Xander ini!

Glenn pun menaikkan satu alisnya dan tertawa kencang. "Lalu, apa urusannya denganku? Catherina istrimu, bukan istriku!" jawabnya.

"Dia memang istriku, tapi kau yang sudah menghamilinya!" sergah Xander yang masih tidak menerima fakta. Pria yang wajahnya sudah babak belur itu semakin tertawa. Ternyata permainannya ini sangat lancar jaya. Ia menebak, pasti Cath sudah pergi dari mansion sekarang.

"Ah, William. Aku pikir kau pintar dalam urusan seperti ini, tapi ternyata kau bisa bodoh juga! Aku tidak pernah meniduri istrimu itu. Aku juga sengaja untuk mendekati istrimu saat di cafe karena kutahu bahwa orang suruhanmu mengikuti Cath. Dan wow! Dugaanku benar. Orang suruhanmu itu memotret kita berdua," senyum di wajah Glenn tidak pernah luntur. Sementara, Xander hanya terdiam seperti orang dungu. Jadi, selama ini istrinya tidak selingkuh?

"Mengapa kau sengaja melakukan itu?!" tanya Xander murka. Emosinya bertambah 2x lipat saat mendengar pernyataan yang keluar dari mulut Glenn.

"Karena aku memang berniat membantumu untuk menyingkirkannya. Bukannya kau sendiri yang bilang bahwa kau tidak mencintainya? Ah, mungkin sekarang ia juga sudah pergi dari mansion," perkataan Glenn langsung membuat jantungnya berdebar. Xander langsung berlari tanpa berkata apapun lagi. Pria itu memasuki mobilnya dan mengendarainya dengan kecepatan tinggi. Ia harus cepat-cepat kembali ke mansion untuk menemui Cath.

Broken Hurts [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang