Fifty Six

37K 2.2K 107
                                    

Happy Reading🦋

🥀🥀

Indonesia, 06:30 AM

Mentari pagi terlihat memancarkan sinarnya. Burung-burung kecil saling berkicau merdu. Suasana inilah yang disukai oleh Cath saat ini. Tenang dan penuh kedamaian.

Setelah memandikan Arxavie tadi, wanita itu kemudian menjemur bayinya di balkon kamar. Cath terlalu larut dengan aktivitasnya sampai tidak menyadari bahwa ada seseorang yang masuk ke dalam kamar.

"Oh, ya ampun. Mommy lupa memakaikanmu krim. Tunggu di sini sebentar, ya. Mommy akan segera kembali," pamit Cath pada Xavie yang tertidur di stroller bayi. Lantas, wanita itu berdiri dan masuk ke kamar untuk mengambil benda yang tertinggal. Namun saat sudah sampai, ia dibuat terkejut bukan main. Mata hazelnya menatap sosok pria yang ingin dihindarinya. Siapa lagi kalau bukan Xander.

"Ka-kau? Bagaimana kau bisa tahu?" cicit Cath pelan, tapi masih bisa didengar oleh Xander. Pria itu tidak menjawab. Namun, kakinya malah melangkah maju ke arah sang istri. Itu membuat jantung Cath berpacu dengan kencang.

Bagaimana kalau ia dipukuli lagi?

Bagaimana kalau pria itu marah dan berteriak padanya?

Bagaimana?

Bagaimana?

Bisikan-bisikan di kepala wanita itu membuatnya semakin takut. Ingin berlari pun rasanya tidak bisa. Kakinya serasa dipaku saat ini. Yang bisa dilakukannya sekarang hanyalah berdoa. Matanya memejam saat Xander semakin dekat dengannya. Namun, rasa takut wanita itu sirna seketika saat rasa hangat menyelimuti tubuhnya. Ya, pria itu tiba-tiba memeluk dirinya.

"Kau pergi kemana saja semalam? Kau tahu? Aku sangat takut kehilangan kalian. Kumohon jangan pergi dariku lagi," ucap Xander disela pelukannya.

Catherina terkesiap dengan aksi yang dilakukan oleh suaminya. Ia kira pria itu akan mencak-mencak lagi seperti setan kepanasan. Namun, dugaannya salah. Apakah suaminya itu memang benar berubah? Ataukah ini hanya siasatnya saja untuk menyakitinya lebih dalam lagi?

Kemarin malam, Leyna bercerita tentang kondisi Xander saat Cath pergi dari sisi pria itu. Awalnya, wanita tersebut tidak percaya dengan apa yang diceritakan oleh mertuanya. Menurutnya, itu adalah hal yang mustahil dilakukan oleh Xander. Namun, ego dan perasaannya seperti bertolak belakang, walau egonya yang masih mendominasi, sih.

Tiba-tiba, tangisan kencang Arxavie membuat Cath tersadar. Dengan cepat ia melepaskan tubuhnya dari pelukan sang suami dan berlari ke arah balkon. Lalu, wanita itu menggendong putranya dan membawanya masuk ke dalam kamar.

"Bawa sini, biar aku yang menenangkannya," tawar Xander sambil tersenyum kecil. Cath hanya melirik sekilas. Ia terlihat ragu untuk mempercayakan putranya pada pria itu. Namun, perkataan Leyna tadi malam, membuatnya bimbang.

"Berilah anak bodoh itu kesempatan untuk menjadi baik. Meski dia telah menjadi suami yang gagal, tapi setidaknya jangan membuat dirinya menjadi ayah yang gagal juga."

Cath menghela napas sejenak. Akhirnya, ia memutuskan untuk menyerahkan Arxavie pada Xander. Toh, wanita itu juga ingin mandi. Pekerjaannya kemarin malam membuat tubuhnya sangat lengket pagi ini.

"Aku mandi dulu. Awas saja kalau Arxa tidak segera diam!" ancam Cath dengan wajah juteknya. Namun, ekspresi tersebut malah membuat Xander merasa gemas. Kalau saja wanita itu tidak marah padanya, mungkin ia akan segera menerkamnya saat ini juga.

"Ai ai, kapten!" jawab Xander dengan bersemangat. Mendengar jawaban yang terlontar dari suaminya, Cath hanya memutar bola matanya malas. Lantas, ia pun melenggang pergi ke kamar mandi tanpa menjawab perkataan tersebut.

Broken Hurts [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang