Forty Eight

42K 2.3K 47
                                    

Pagi menyambut Belanda dengan begitu cepat. Dora dan Cath membantu Yuna di toko hari ini. Sementara itu, Ana dan Clayra sedang berada di ladang.

"Dora, kau bisa membantuku sebentar? Aku mau memberikan susu untuk Arxa," ucap Cath yang dibalas anggukan oleh gadis itu.

Dora membantu memindahkan stok bunga matahari ke wadah. Jujur saja, misi terberat yang ia dapat adalah saat ini. Baginya, menangkap musuh di medan lebih mudah daripada harus menyamar bak maling seperti ini. Apalagi, setiap hari di meja makan, Dora harus menyediakan stok kebohongan untuk mengelabui penghuni rumah. Selalu ada saja yang bertanya ini dan itu kepadanya.

Tiba-tiba, bel toko pun berdenting tanda ada orang yang masuk. Terlihat ada seorang pria masuk ke dalam toko. Pria tersebut mengenakan kacamata hitam dan sebuah jaket kulit.

Yuna pun dengan sigap menyambut kedatangannya. Wanita itu memulai perbincangan kecil dengan pria tersebut. Sebenarnya, tidak ada yang mencurigakan. Hanya saja, ada seorang pria lain lagi yang masuk ke dalam toko.

Pria tersebut terlihat mondar-mandir sambil melihat sekitar. Yuna tidak menyadarinya, tapi berbeda dengan Dora. Mata cokelat berbalut softlens hijau gadis itu melirik dengan tajam. Namun, sang empu yang dilirik tidak mengetahuinya juga.

Selang beberapa menit mondar-mandir, akhirnya pria tadi berhenti di depan etalase tempat Yuna menaruh biji-biji bunga. Cukup lama, sampai akhirnya ia menyingkir dari tempat itu dan pergi meninggalkan toko.

Lantas, pria yang berbincang bersama Yuna juga pamit undur diri. Ah, otak Dora bisa menyimpulkan jika dua pria tadi bekerja sama. Cukup menarik! Batinnya menyeringai.

Lantas, gadis itu mendekati etalase dan mengobrak-abrik pelan isinya agar tidak diketahui Yuna. Ia pura-pura untuk menata tempat itu.

Sekitar 5 menit Dora melakukan pencarian, akhirnya ia menemukan sesuatu. Ada sebuah ornamen bunga mini yang diletakkan di antara bungkusan biji bunga. Setelah diteliti lagi, ornamen tersebut ternyata bisa menyala.

Senyum licik Dora terpatri di wajahnya. Tampaknya, ada seseorang yang sedang ingin bermain-main di sini. Kemudian, gadis itu menghancurkan ornamen tersebut dengan satu remasan tangannya.

🥀🥀

London, Inggris, 09:05 AM

Ponsel Xander yang berada di atas nakas sedari tadi berdering. Pria itu saat ini sedang mengurus perceraiannya yang tinggal hitungan hari. Proyek para investor pun ia sisihkan terlebih dahulu.

"Ck! Siapa yang menelepon pagi-pagi seperti ini?!" tanyanya kesal.

"Lebih baik, anda angkat dulu saja, tuan. Siapa tahu itu penting," ucap Zeth.

Lantas, Xander pun menurut dan berjalan ke arah ponselnya. Terlihat nomor tak dikenal menghubunginya. Ah, ia tahu ini nomor siapa.

"Halo, apa ada sesuatu?" tanya Xander pada sang penelepon tanpa basa-basi.

"Tuan, istri dan anakmu dalam bahaya sekarang. Tampaknya ada musuhmu yang sudah mengetahui keberadaan mereka. Anak buahku mengatakan bahwa ada 2 orang pria yang datang ke toko Yuna hari ini. Setelah diselidiki, ternyata mereka adalah bawahan dari seseorang. Namun, saya belum menemukan informasi lebih jelas tentang pemimpin mereka," jawab Dermon. Ya, pria itu masih menjalankan tugasnya untuk memata-matai Cath. Namun, ia hanya bertugas di bagian luar saja.

"Lantas, apa sekarang waktu yang tepat?" tanya Xander kembali.

"Tampaknya begitu," jawab Dermon kembali dan pria itu langsung menutup teleponnya secara sepihak.

Broken Hurts [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang