Twenty Three

54.3K 3.5K 29
                                    

Clayton dan Cath pun melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda. Setelah 25 menit perjalanan, akhirnya mereka telah sampai di Comedy Club di Leicester Square. Pria itu sengaja mengajak adiknya ke sini untuk melepas penat dan menghiburnya.

"Kau pernah ke sini sebelumnya?" tanya Clayton sambil berjalan menggandeng tangan Cath. Wanita itu terkesiap dengan apa yang dilakukan kakaknya. Jika saja jiwa Viera tidak masuk ke dalam tubuh Cath, mungkin dirinya akan jatuh cinta pada Clayton, bukan pada si berengsek Xander.

"Tidak pernah, ini first time. Kau pernah, kak?" jawab Cath sambil bertanya.

Clayton menoleh ke arahnya sambil tersenyum kecil, "aku sering ke sini bersama Clayra. Gadis itu yang mengajakku kemari. Awalnya aku tidak tahu tempat ini." Wanita itu pun mengangguk sebagai tanda jawaban.

Sesampainya di dalam, mereka berdua mencari tempat duduk dan beruntungnya ada tempat yang dekat dengan panggung pertunjukan. Para pengunjung sudah terlihat ramai dan duduk di kursinya masing-masing. Setelah 15 menit, akhirnya acara pun dimulai.

Gelak tawa dari para penonton saling bersahutan saat melihat dua orang yang sedang melawak di atas panggung. Cath pun tertawa terbahak-bahak. Ia tidak pernah merasa sebebas ini. Beban pikiran yang menghantui beberapa hari ini, lenyap dalam sekejap.

Clayton tak fokus pada pertunjukannya, tapi malah fokus melihat wanita yang sedang tertawa lepas di sampingnya. Pria itu sangat bahagia saat adiknya seperti ini. Ia tidak suka jika adiknya itu menitihkan air mata seperti tadi.

"Aku lebih suka mendengar tawamu yang renyah itu Cath, dibanding melihat air mata yang mengalir deras di pipimu. Dan aku akan melakukan apapun untuk membuat tawa itu terus terbit di wajah indahmu," batin Clayton dalam hati.

🥀🥀

Hari sudah semakin larut. Pertunjukan komedi tadi baru selesai jam setengah dua belas malam. Saat ini, Cath dan Clayton sudah berada di mobil dan bersiap untuk pulang. Namun, wanita itu sepertinya enggan kembali ke mansion. "Kak, aku tidak mau pulang," kata Cath.

Clayton pun berpikir sejenak. Lalu, pria itu tersenyum dan bertanya, "mau menginap di apartemenku?" sontak Cath pun mengangguk setuju.

Sebenarnya, Clayton punya mansion. Tetapi, ia malas ke sana karena jaraknya agak jauh. Sementara, matanya sudah setengah mengantuk. Jadi, ia memilih untuk pulang ke apartemennya saja bersama Cath.

Perjalanan menuju tempat tersebut di tempuh selama kurang lebih 20 menit. Setelah memarkirkan mobilnya, Cath dan Clayton pun berjalan menuju lift dan pria itu menekan angka 7 karena kamarnya terletak di sana. Saat di dalam lift, Clayton bertanya pada adiknya, "mengapa kakimu tidak bisa berjalan dengan normal, Cath? Apa yang sebenarnya terjadi?" pertanyaan tersebut membuat Cath menoleh ke arah kakaknya.

"Tidak ada apa-apa, kak. Adikmu ini terlalu ceroboh. Aku jarang menggunakan high heels. Jadi, kakiku terkilir saat berjalan tempo hari," bohongnya. Ia tidak mungkin mengatakan bahwa dirinya di siksa oleh sang suami. Cukup Anastasya dan para pelayan yang tahu. Sementara itu, Clayton hanya mengangguk.

Setelah lift terbuka, mereka pun berjalan beriringan. Clayton kemudian berhenti di depan pintu dan membukanya menggunakan kartu akses. Suasana gelap di dalam apartemen menyambut mereka. Pria itu jarang menginap ke sini. Tetapi, ia selalu menyewa maid untuk membersihkan tempat ini. Jadi, tempatnya pun tidak kotor dan berantakan.

"Tidur lah di sana! Kamarku ada di atas jika kau perlu sesuatu," ucap Clayton sambil menunjuk pintu putih yang penuh dengan ukiran daun maple. Cath pun mengangguk dan pergi ke dalam sana.

Setelah sampai di dalam, ia mengunci pintu dan menyalakan saklar lampu. Tidak banyak perabotan di kamar ini. Hanya ada ranjang king size, lemari, nakas, dan cermin. Lalu, Cath pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum tidur.

Saat selesai dari kamar mandi, ia berdiri di pinggir ranjang untuk menaruh barangnya. Akan tetapi, Cath tidak sengaja menyenggol ornamen bumi mini hingga terjatuh dan menggelinding ke kolong ranjang. Wanita itu pun segera mencari benda tersebut. Namun, bukannya ornamen tadi yang didapatnya, tapi malah bingkai foto besar yang ada di bawah ranjang.

Catherina menarik bingkai foto tersebut sampai keluar. Ia lalu membalik benda tersebut. Terlihat sebuah potret keluarga yang sedang tersenyum lebar ke arah kamera. Ada seorang pria dan wanita, serta 2 anak kecil.

Ternyata, itu adalah foto keluarganya dulu. Keluarga yang bahagia dan sempurna sebelum badai penghancur datang. Catherina atau Viera sendiri, sama sekali belum bertemu dengan Calvin, ayahnya. Ia penasaran, bagaimana sifat dari pria itu terhadap dirinya.

Cath lalu melanjutkan pencarian benda bulat tadi. Tangannya masih terus menyusuri kolong berdebu itu. Akhirnya, setelah beberapa lama ia menemukan benda tersebut. Dan mendapat tambahan hadiah berupa kotak berwarna coklat.

Wanita itu ingin sekali membuka dan melihat isinya. Namun, kotak tersebut terkunci dan kuncinya tidak ada. Besok ia berniat untuk bertanya pada kakaknya. Sekarang ia lebih memilih untuk merebahkan diri ke atas ranjang dan memejamkan matanya.

🥀🥀

Suara pecahan dan bantingan barang saling beradu di dalam mansion Xander. Pria itu marah saat mendapati bodyguard-nya babak belur dihajar oleh bawahan Clayton. Ia bertambah marah lagi saat Catherina tidak ada di kamarnya dan pergi bersama kakaknya.

Xander memerintahkan anak buahnya untuk mencari keberadaan sang istri. "CEPAT CARI CATHERINA SAMPAI KETEMU! JIKA TIDAK, MAKA AKAN KU POTONG LEHER KALIAN!" teriaknya dan membuat semua orang yang berada di mansion bergidik ketakutan.

Tadi, pria itu sampai di London pukul 5 pagi. Ia sengaja memilih penerbangan pagi-pagi buta untuk menenangkan pikirannya. Ia bahkan meninggalkan Farrah sendirian di Paris. Hatinya masih belum bisa menerima takdir yang sudah ada di depan mata.

Mood-nya makin kacau saat sampai di mansion. Guci dan pernak-pernik mahal yang terpajang menjadi sasaran amukannya. Ia juga meninju dua bodyguard-nya karena tidak bisa menjaga Cath.

Tiba-tiba, sebuah suara lantang membuatnya menoleh. "Wah! Iblis sedang mengamuk rupanya!" pria itu berdecih sambil menatap remeh Xander. Itu adalah Clayton. Ia sedang mengantar adiknya untuk pulang ke mansion.

"Di mana istriku?!" desis Xander. Tiba-tiba, seorang wanita masuk sambil membawa sebuah kantong dalam genggamannya. Catherina menatap heran dengan keadaan mansion yang seperti kapal pecah. Apa yang sebenarnya terjadi?

Kemarahan Xander pun menyusut perlahan. Ia takut jika istrinya itu dibawa kabur oleh Clayton dan tidak kembali. Hatinya merasa aneh saat tidak menemukan istrinya tadi. Pria itu tidak menjawab dan menatap tajam sang kakak ipar. "Kenapa kau menatapku seperti itu? Aku tahu bahwa aku tampan," Clayton berucap dengan percaya diri. Di belakang, Cath memutar bola matanya malas. Sangat percaya diri sekali kakaknya ini!

"Ehemm! Kak, kau bilang akan pergi ke kantor. Kenapa tidak pergi?" tanya Cath untuk menghindari pertengkaran yang mungkin akan segera terjadi. Jadi, ia harus mengusir salah satu untuk menghindarinya.

"Ck! Dasar adik yang tidak tahu diuntung! Kau mengusirku rupanya?" Clayton pura-pura marah. Lalu, Cath segera mendorong tubuh kakaknya untuk keluar dari mansion. Ia tidak mau iblis itu semakin marah.

Clayton pun mengalah dan akhirnya meninggalkan mansion Xander. Namun, Cath sebenarnya tidak berani untuk masuk ke dalam saat melihat Xander tadi. Bayangan malam kelam itu masih teringat nyata di benaknya. Ia tadi ingin sekali menangis dan meminta pertolongan pada kakaknya untuk membawanya kabur. Namun, hatinya mengatakan sebaliknya. Ia harus mencoba kuat dan semoga tidak terjadi apapun nantinya.

Broken Hurts [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang