Forty Six

45.2K 2.5K 31
                                    

🥀🥀

Yuna dan Ana baru kembali ke rumah setelah membersihkan rumput di ladang. Namun, mata keduanya menatap heran seseorang yang belum pernah mereka lihat. "Siapa itu, mom?" Anastasya bertanya. Namun, sang ibu hanya menggeleng.

Cath yang awalnya di dapur, lantas menghampiri mereka berdua yang terlihat kebingungan. "Ah, kalian sudah kembali? Oh, ya perkenalkan ini Theodora. Dia adalah maid yang dibawa kakakku untuk membantuku."

Theodora yang merasa terpanggil pun segera melempar senyum dan menundukkan kepalanya dengan hormat. Sungguh akting yang bagus untuk mengelabuhi para majikan barunya.

"Wah! Kau cantik sekali. Perkenalkan aku Anastasya. Kau berasal dari mana?" tanya Ana dengan antusias.

"Saya Theodora Wilkinson, biasa dipanggil Dora. Asal saya dari Florida, nona," jawab Theodora berbohong.

Ana dan Yuna pun hanya mengangguk. Lalu, Yuna mengajak dan menunjukkan setiap jengkal isi rumah kepada Theodora. Ya, semacam house tour begitu. Tak lupa pula, ia juga memberitahu hal apa saja yang harus dilakukan Theodora selama di sini. Gadis tersebut terlihat serius, bahkan ia sampai mencatatnya di notes kecil.

"Kau mengerti, Dora?" tanya Yuna setelah selesai menjelaskan semua hal pada gadis itu.

Dora menghentikan sesi mencatatnya dan mendongak sambil tersenyum. "Tentu, nyonya. Saya pastikan nyonya Cath tidak akan kesulitan lagi."

Yuna merasa kagum dengan gadis itu. Umurnya masih muda, tapi mengapa ia memilih pekerjaan menjadi maid? Padahal wajah dan tubuh Dora sangat cantik bak model papan atas. Bisa saja ia melamar menjadi staff di perusahaan besar atau menjadi brand ambassador sebuah produk. Ah, namun wanita paruh baya itu enggan bertanya. Menurutnya, itu pertanyaan yang terlalu sensitif.

Tiba-tiba, suara tangisan bayi menggema di segala penjuru rumah. Yuna dan Dora terlonjak kaget. "Baik, Dora. Tugas pertamamu sudah menunggu. Selamat bekerja!" ujar Yuna menyemangati.

Theodora pun berterima kasih dan pamit undur diri. Gadis itu lantas menyalakan earpiece-nya yang tersembunyi di liontin kalungnya. Earpiece tersebut berupa chip kecil tak kasatmata yang dinyalakan lewat cincin yang Dora pakai. Namun, alat tersebut masih dalam proses pengembangan. Earpiece itu hanya mampu menyambungkan ke satu orang saja, tidak bisa lebih. Dan tentu saja, Xander lah yang mempersiapkan itu semua.

🥀🥀

London, Inggris, 13.00 PM

Xander yang tengah asyik berkutat pada dokumennya, tiba-tiba menghentikan aktivitasnya saat mendengar bunyi dari ponselnya. Suara notifikasi tersebut khusus dibuat olehnya untuk menandakan bahwa earpiece yang dimiliki oleh Anne sudah tersambung. Hal ini bertujuan agar pria itu dapat mendengar suara dari aktivitas yang dilakukan Anne lewat ponselnya.

Jantung Xander rasanya seperti dipompa saat mendengar suara tangisan bayi. Ia meyakini bahwa itu adalah suara dari sang putra. Namun, beberapa detik kemudian, terdengar lagi suara seorang wanita yang membuatnya gila beberapa bulan ini.

"Ah, Dora. Maaf bila mengganggu waktumu dengan bibi Yuna barusan. Anakku memang sangat rewel."

"Tidak apa-apa, nyonya. Lagian sudah menjadi tugas saya untuk membantu anda," kali ini, Anne yang berbicara.

"Oh, ya. Aku sampai lupa mengenalkanmu pada putraku. Namanya Arxavie, kau bisa memanggilnya Arxa atau pun Xavie," Catherina menjelaskan.

"Baik, nyonya. Kalau boleh tahu, nama panjangnya siapa, ya?" Anne bertanya kembali. Ah, sebenarnya gadis itu tidak ingin menanyakan hal tersebut. Hanya saja itu adalah suruhan dari tuannya.

Broken Hurts [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang