Koreksi jika ada typo!
Happy Reading❤️
🥀🥀
Farrah berdecak kesal. Apa yang terjadi dengan kekasihnya ini? Sejak semalam, telepon pria itu tidak aktif. Apakah mimpinya kini menjadi nyata? Tidak! Tidak! Xander hanya mencintainya dan ia yakin itu.
Wanita itu mencoba menghubungi kekasihnya lagi. Akhirnya, panggilannya terjawab. Ia tanpa aba-aba langsung menyemprot Xander. "Kau dari mana saja?! Aku begitu khawatir denganmu," ucap Farrah dengan nada kesal.
"Maaf, dari semalam aku sibuk dengan pekerjaanku. Kau tahu sendiri kan proyek yang kugarap kali ini tidak main-main? Bila salah sedikit saja, aku bisa terkena rugi puluhan miliar," bohong Xander.
Farrah lantas menghela napas panjang. "Baiklah, maafkan aku sudah berucap kasar padamu tadi. Kau tahu kan, aku sangat takut kehilanganmu. Lagian, beberapa hari lagi aku berangkat ke Paris. Aku ingin keluar jalan-jalan," pintanya dengan nada sedih.
Cukup lama prianya itu menjawab. "Baiklah, aku akan menjemputmu jam 9 nanti. Bersiap-siap lah! Aku tutup dulu ya, jangan lupa sarapan," Xander menuruti kemauan wanita itu. Kemudian, ia pun langsung menutup teleponnya.
Farrah bergegas untuk mencari pakaian yang cocok. Akhirnya, pilihannya jatuh pada midi dress berwarna merah cerah. Ia harus terlihat sempurna dan menjadi pusat perhatian. Apalagi, ia nanti akan berdampingan dengan seorang keturunan William.
🥀🥀
Xander menghela napas pelan. Ia tidak mau kekasihnya itu curiga dan memilih untuk membohonginya. Lalu, pria itu kembali menatap istrinya yang masih belum sadarkan diri.
Saat ini, jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan pagi. Sebelum pergi untuk menemani Farrah, ia berpamitan dengan Cath, walau tidak ada jawaban dari sang empunya. "Aku pergi dulu, cepatlah bangun!" ujarnya, lalu berlalu keluar meninggalkan kamar.
Sebelum pergi, Xander berpesan pada Bertha dan yang lainnya saat sudah sampai di bawah, "Kalau Cath sudah siuman, kabari aku!"
Para pelayan kebingungan, tetapi hanya bisa mengangguk. Memangnya nyonya mereka sakit apa?
Setelah kepergian pria itu, Bertha dan semua pelayan mendatangi kamar majikannya untuk melihat keadaan Cath. Saat sampai di sana, mereka shock dengan pemandangan yang tersaji. Cath penuh luka dan lebam, bahkan wajahnya hampir tidak bisa dikenali.
Bertha sampai menangis melihat nyonyanya seperti ini. "Apa yang terjadi pada Anda? Ya ampun," lirihnya sambil mengelus tangan dingin Cath pelan.
Wenny juga terlihat sedih sekali. Ia jadi teringat kebaikan nyonyanya beberapa hari ini. Maafkan saya, Nyonya. Saya tidak bisa menolong Anda. Tetapi, hanya doa yang bisa kupanjatkan untukmu, semoga Anda segera pulih dan juga semoga setelah ini kebahagiaan menyertaimu," doanya dalam hati.
Beberapa menit kemudian, Shiren datang membawa air hangat. Ia mengompres bagian tubuh Cath yang lebam dengan hati-hati, meski pemilik tubuh ini jelas tidak merasakan apa pun. Setelah selesai, Shiren meletakkan wadah dan kain itu di atas nakas.
"Semoga setelah ini Nyonya cepat sadar, supaya bisa segera pulih dan beraktivitas dengan normal lagi," doa Shiren dan diamini seluruh pelayan yang ada di sana. Tak lama kemudian, tiba-tiba jari Cath bergerak kecil. Mata tertutupnya mengerjap-ngerjap. Mereka yang ada di sana terlihat antusias menunggu wanita itu sampai membuka mata.
Akhirnya, mata hazel yang sayu terbuka sempurna. Cath mengernyit saat melihat cahaya. Kepalanya seperti mau pecah. "Nyonya akhirnya sadar! Ya ampun, kami khawatir pada kondisi Anda. Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Wenny yang khawatir. Catherina menatapnya sejenak. Namun, tatapannya kosong. Ia tidak berniat bicara dengan seorang pun sekarang. Lidahnya kelu untuk berucap.
Bertha langsung menelepon sang tuan rumah. Ia hendak mengabarkan kabar bahagia ini pada Xander.
Sementara itu, pria tersebut masih fokus menyetir. Tiba-tiba, ponselnya berdering. Ia pun memasang earpods di telinganya dan mengangkat panggilan tersebut. "Halo," sapanya pada penelepon.
"Halo, Tuan. Nyonya Catherina sudah sadar beberapa menit yang lalu," ucap Bertha melaporkan dari mansion.
Xander pun memberhentikan mobilnya di pinggir jalan. Ia lantaa menutup panggilan tersebut tanpa menjawabnya. Lalu, ia menyambungkan panggilannya pada Farrah.
"Halo, sayang. Maaf aku tidak bisa menemanimu hari ini, aku ada urusan mendadak yang tidak bisa kutunda. Kumohon pengertiannya," sesalnya, meski tidak merasa demikian.
"Apa?! Kau tahu kan kalau aku sudah bersiap dan berdandan?! Kenapa kau egois sekali?!" murka Farrah yang merasa tak terima. Ia sudah berpuluh-puluh menit berkutat di meja rias. Namun, sang kekasih malah seenaknya memutus janji. Karena sudah terlampau kesal, ia langsung menutup telepon sebelum Xander menjawabnya.
Telepon pun terputus. Pikiran Xander melilit ke mana-mana. Di satu sisi, ia tidak tega pada Cath, apalagi wanita itu baru siuman. Di sisi lain, ia juga tak mau ingkar janji pada kekasihnya. Namun, akhirnya pria itu memutuskan untuk kembali pulang ke mansion. Masalah Farrah bisa ia urus nanti. Yang terpenting sekarang adalah melihat kondisi sang istri.
🥀🥀
Perjalanan yang ditempuh Xander untuk sampai ke mansion cukup lama, sekitar 30 menit karena arus lalu lintas tiba-tiba macet. Sesampainya di sana, ia langsung bergegas masuk dan menuju ke kamar Cath. Pria itu disambut dengan hormat oleh para pelayan.
"Cath," lirih Xander yang berjalan mendekati ranjang Cath. Ia melihat mata hazel milik wanita itu menatap kosong langit-langit kamar.
"Kau sudah sadar, apa ada yang sakit? Atau aku panggilkan dokter lagi kemari?" tanya lelaki itu dengan lembut.
Catherina tidak ingin mendengar suara pria brengsek itu, apalagi menjawab pertanyaannya. Yang ia inginkan sekarang hanyalah pergi dari dunia ini dan terbebas dari rasa sakit. Lalu, ia bangun dari tidurnya dan posisinya terduduk. Tiba-tiba, selang infus yang menancap di tangannya dicabut paksa olehnya dengan kasar. Darah segar pun mengucur dari sana.
"Mengapa kau menyelamatkanku?! Aku tidak ingin hidup di sini! Aku ingin pergi dari dunia sialan ini! Bunuh aku sekarang! Bunuh aku!" teriak Cath frustasi sambil menatap benci pria yang kini mematung di tempatnya berdiri.
"Panggil dokter untuk kemari!" perintah Xander pada pelayan dan tidak menghiraukan teriakan istrinya. Bertha pun dibuat tergopoh-gopoh karena panik dan bingung.
"Tenangkan dirimu, Cath! Tenang," ucap lelaki itu lirih. Catherina masih menatapnya dengan tidak bersahabat. Ia lalu melirik wadah kaca bening berisi air yang dibawa oleh Shiren tadi.
Kemudian, wadah tersebut dilempar Cath ke lantai sampai pecah berserakan. Xander dan para pelayan kaget melihat hal tersebut. Wanita itu kemudian turun dari ranjang dan berjalan sampai serpihan kaca menggores telapak kakinya. Darah dari telapaknya membekas di lantai. Kemudian, ia pun berjongkok.
Xander langsung sigap mendekat dan menggendong Cath. Ia hendak menaruhnya lagi ke atas ranjang. Namun, di detik berikutnya seluruh orang yang berada di kamar berteriak kencang.
"Cath!"
"Nyonya!"
🥀🥀
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Hurts [END]
FantasíaBroken Hurts I TRANSMIGRATION SERIES ALUR CERITA BERAT! TIDAK DISARANKAN BAGI YANG MUDAH EMOSI DAN BERUJUNG MENINGGALKAN KOMENTAR JELEK! *** Claviera Monneta adalah seorang gadis berusia 18 tahun yang sangat pendiam dan tertutup. Dia hobi sekali m...