Thirty Two

47K 2.8K 48
                                    

Sesampainya di kamar Catherina, Xander langsung menerobos masuk tanpa mengetuk pintu. Terlihat wanita itu sedang tertidur di atas ranjangnya. Namun, badannya terlihat gemetaran. Tanpa pikir panjang, Xander langsung menggendongnya dan hendak membawanya ke rumah sakit.

Saat keluar kamar, pria itu berpapasan dengan Farrah. Wanita itu terlihat terkejut bercampur emosi. Ia tidak suka jika suaminya menyentuh Cath.

"Apa yang kau lakukan?! Kau bilang hanya mencintaiku, hiks! Tapi, apa ini?! Kau malah menggendongnya?" teriak Farrah tidak terima.

Xander yang sudah panik dan emosi, hanya bisa menulikan telinga untuk saat ini. Ia tidak ingin kelepasan untuk menyakiti hati Farrah lagi seperti yang dilakukannya kemarin lusa.

Pria itu memilih untuk langsung pergi tanpa menghiraukan Farrah yang kesetanan. Badan Cath yang semakin panas dan gemetar lebih penting untuk ia urus. Shiren dan rekan-rekan yang melihat kejadian itu, tertawa kecil sambil cekikikan di dapur. Mereka puas dengan apa yang dilakukan tuannya pada si nenek sihir. Untungnya, Farrah tidak mengetahui hal tersebut.

Wanita itu memilih untuk langsung pergi ke kamarnya. Sesampainya di sana, ia membanting seluruh barang yang ada tanpa terkecuali. Lalu, dirinya menatap ke arah cermin di mana wajahnya yang penuh raut kebencian terpampang.

"Tunggu pembalasanku, Catherina! Aku tidak akan membiarkanmu hidup tenang di sini! Aku akan segera mengusirmu jauh dari sisi Xander!"

🥀🥀

Grand William's Hospital

Valen sudah memasang alat infus di tangan Cath. Tubuh wanita itu sangat lemah saat ini. Wajahnya pucat sekali.

"Suhu tubuhnya sudah berangsur normal. Badannya juga sudah tidak menggigil lagi. Dan apa yang kau lakukan lagi padanya, Xa?" tanya Valen menyelidik. Xander hanya menatap sepupunya itu dengan tatapan tajam. Ia tidak melakukan apapun tadi. Hanya berdebat itu saja.

"Kau menuduhku lagi, begitu? Aku hanya berdebat tadi. Tidak menyakitinya," ucap Xander membela diri.

Valen memutar bola matanya malas. Berdebat dengan sepupunya yang keras kepala ini menguras tenaga. Akhirnya, ia lebih memilih pergi dan meninggalkan pasangan suami istri tersebut.

Tatapan Xander menatap lurus ke arah Cath yang masih setia menutup matanya. Lalu, ia mengusap wajahnya dengan kasar. Dirinya heran kenapa Cath gampang sekali sakit. Atau mungkin karena perubahan cuaca yang cukup ekstrem pada bulan ini? Ya, mungkin saja, pikirnya.

Tiba-tiba, lenguhan kecil keluar dari mulut Cath. Xander langsung menghampirinya. Wanita itu sudah terbangun. Matanya sudah bisa untuk dibuka. Tidak berat seperti tadi.

Netra hazelnya mencoba menyesuaikan cahaya yang ada di ruangan. "Di mana ini?" tanya Cath pada Xander yang tengah menatapnya.

"Rumah sakit." Jawab pria itu singkat. Ah, rumah sakit lagi, batin Cath. Ia sebenarnya bosan jika terus berada di sini. Sudah berapa lama sejak jiwa Viera datang, ujung-ujungnya ia selalu berada di tempat yang berbau obat ini. Dirinya sungguh muak!

"Aku mau pulang!" pinta Cath yang terlihat kesal. Xander lalu menatap wanita itu dengan tajam.

"Jangan coba-coba beranjak dari ranjangmu! Kau hampir mati tadi," cerca pria itu. Sementara itu, Catherina menatapnya dengan heran. Bukannya bagus kalau dirinya mati, ya? Dengan begitu Xander bisa hidup bahagia bersama Farrah, pikir Cath. Tetapi, mengapa pria ini sekarang berbeda? Apa dia mulai mencintainya?

Broken Hurts [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang