Twenty Eight

54.1K 3K 405
                                    

Keheningan melanda ruang inap Catherina. Setelah mengatakan hal tersebut, Clayton maupun Xander tidak ada yang menjawab ataupun sekedar berbicara. Mereka sibuk menyelami pikirannya masing-masing.

Catherina mengernyit heran. Mengapa dua orang ini? Memangnya ia salah bicarakah tadi? Lalu, dirinya pun berdehem untuk memecah keheningan yang membuat suasana menjadi tidak enak.

"Aku mau makan pasta," ucap Cath tiba-tiba. Xander yang mendengar langsung keluar dari ruangan. Clayton menatap aneh pria tadi. Katanya tadi ingin bertemu dengan istrinya? Mengapa setelah Cath sadar ia malah meninggalkannya? Batinnya.

"Kau mau makan apa tadi? Maaf aku terlalu banyak pikiran, jadi kurang bisa mendengarmu," tanya Clayton pada sang adik. Cath tersenyum simpul, lalu ia menggeleng. Tiba-tiba selera makannya yang tadi hilang begitu saja. Yang ia butuhkan sekarang hanyalah ketenangan, itu saja.

Clayton pun mengelus puncak kepala wanita itu. Setelah beberapa saat, Xander pun masuk ke ruangan kembali. Cath dan Clayton sontak menoleh ke arahnya. Pria itu membawa 10 bungkus pasta dari berbagai merek dan rasa. Ternyata saat keluar tadi, ia membelikan pasta untuk Cath.

Catherina pun bangun dari tidurnya karena perutnya kembali lapar. Apalagi makanan yang tadi diinginkannya sudah ada di depan mata. Matanya mengerjap-ngerjap seperti anak kecil.

Clayton pun terpaksa membiarkan Xander untuk memberikan pasta yang dibelinya. Andai saja ia mendengar permintaan adiknya tadi, pasti dirinya lah yang membeli pasta itu bukan Xander.

Terlihat Xander yang memasang senyum kemenangan di wajahnya. Ia lalu menata seluruh pasta di atas ranjang supaya Cath bisa mencicipi semuanya. Wanita itu mengambil sendok dan mulai menyuapkan satu persatu pasta yang berbeda merek dan rasa itu ke dalam mulutnya.

Rasanya sungguh luar biasa. Jika ia disuruh memilih, maka Cath akan memilih semuanya. Tidak ada yang tidak enak. Entah kenapa ia sedang bestmood untuk memakan pasta. Biasanya dirinya tidak terlalu suka. Tetapi, ia segera mengenyahkan pikiran itu dan kembali fokus ke makanannya.

Clayton dan Xander saling bertatapan, tapi tidak lama. Sejak kapan Catherina rakus begini? Tetapi, Xander tidak menanggapinya dengan serius karena ia tahu bahwa nafsu makan istrinya meningkat selama beberapa hari ini. Bahkan, wanita itu memakan makanan yang dulunya tidak ia sukai.

Setelah selesai makan, Cath menyuruh kakak dan suaminya untuk memakan makanan sisa darinya. Ia jelas tidak mampu menghabiskan 10 pasta tersebut. Kedua pria itu pasrah dan akhirnya menuruti perintah sang tuan putri. Mereka memakan makanannya dengan khidmat.

"Jadi, apa keputusanmu, Cath? Kau merelakan suamimu untuk menikah lagi, berarti kau sudah siap untuk bercerai darinya?" tanya Clayton tiba-tiba. Xander menghentikan acara makannya dan menatap tajam pria di depannya kini. Apa bisa sehari saja untuk semua orang tidak membicarakan tentang perceraian? Ia sudah muak. Sampai kapanpun, dirinya tidak akan menceraikan istrinya.

Catherina menatap kedua pria tersebut secara bergantian. Clayton dan Xander pun menatap ke arahnya. Mereka menunggu jawaban dari wanita itu dan,

"Aku tidak akan bercerai, kak. Aku siap untuk menerimanya dengan lapang dada." Senyum terbit dari wajah Xander dan menatap remeh ke arah Clayton. Ia melanjutkan acara makannya yang tadi sempat tertunda. Sementara di sisi lain, Clayton kehilangan nafsu makannya. Ia tiba-tiba berdiri dan beranjak meninggalkan ruangan tanpa sepatah kata pun. Sorot matanya menyiratkan kekecewaan terhadap adiknya.

Cath menatap pintu yang tertutup dengan raut wajah sedih. Ia takut hubungannya dengan kakaknya kembali merenggang. Dirinya telah mengecewakan pria itu lagi. Tanpa disadari, air matanya pun luruh membasahi pipinya. Namun, sebuah tangan kekar memeluk tubuhnya.

Broken Hurts [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang