Fifty Five

34.2K 1.9K 26
                                    

Grand Metro Hotel, 23:01 PM

Terlihat dua orang tengah memasuki lift secara bersamaan. Mereka adalah Ana dan Clayton yang baru saja sampai di hotel. Gadis itu mengumpat kesal pada Sedric karena hanya memesankan satu kamar saja, khusus honeymoon pula. Berbeda dengannya, Clayton malah terlihat santai saja. Raut mukanya juga tidak menunjukkan ekspresi apa pun.

Ck! Apa harus aku berbagi kamar dengan pria ini? Sungguh memuakkan! Batin Ana dalam hati.

"Jangan mengumpatiku dalam hati! Aku juga sebenarnya tidak mau sekamar denganmu!" ujar Clayton tiba-tiba. Hal tersebut membuat Ana membulatkan matanya. Bagaimana pria itu bisa mengerti apa yang tengah dipikirkannya? Apakah ia cenayang?

Banyak sekali pertanyaan yang muncul di otak Ana. Namun, pikirannya tersebut buyar saat pintu lift tiba-tiba terbuka. Ternyata, mereka sudah sampai di lantai yang dituju. Dengan cepat, Clayton pun keluar dari dalam sana dan berjalan menuju kamar mereka. Disusul dengan Ana yang terlihat mengikuti langkahnya dari belakang.

Setelah beberapa saat, akhirnya kedua sejoli tersebut sampai di depan pintu bercorak warna putih gading. Clayton segera mengeluarkan kartu akses dari dalam sakunya dan menempelkan benda tersebut di tempat yang sudah disediakan.

Terdengar suara kunci pintu terbuka. Clayton langsung masuk dan diikuti Ana yang sedari tadi diam saja. Kedatangan mereka berdua disambut dengan harum bunga mawar bak sedang mekar di musim semi. Di lantai pula, ada beberapa lilin berbentuk love yang sudah dinyalakan sebagai pengganti penerangan. Hal tersebut menyebabkan cahaya dalam ruangan itu menjadi remang-remang. Suasana yang sangat cocok untuk pengantin baru melangsungkan malam pertama mereka. Namun sayang, Ana dan Clayton bukanlah pengantin baru. Mereka juga tidak sedang memadu kasih. Jadi, sia-sia saja kamar ini menghadirkan suasana romantis untuk mereka berdua.

"Ranjangnya cuma ada satu. Aku tidur dimana?" tanya Ana yang membuat Clayton menoleh ke arahnya.

"Menurutmu?" ujar pria itu balik bertanya. Lantas, ia memutuskan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri tanpa mau mendengar jawaban dari gadis itu terlebih dahulu. Hal tersebut membuatnya meradang di tempat.

"Huh! Dasar pria menyebalkan! Percuma saja aku sempat kagum padamu!" gerutu Ana pelan saat Clayton sudah berada di dalam kamar mandi. Mata gadis itu melirik ke arah ranjang dengan bergidik ngeri. Bagaimana tidak? Ranjangnya penuh dengan taburan kelopak bunga mawar merah. Rasanya ia ingin menangis saat ini juga.

Setelah beberapa saat, Clayton akhirnya selesai menyelesaikan ritual mandinya. Namun, mata hijaunya tidak sengaja menatap gadis yang berjalan sambil membawa bantal dan selimut. Ana yang hendak pergi ke sofa pun menghentikan langkahnya sejenak. Wajahnya tiba-tiba memerah saat melihat pemandangan yang tersaji di depannya. Terlihat Clayton yang hanya menggunakan handuk berwarna putih sebatas pinggang. Otomatis, dada bidang dan juga perut sixpack-nya pun terekspos.

Belum lagi ada tato naga berukuran sedang yang tergambar di lengan kanannya. Oh my god! Ana rasanya ingin pingsan saat ini juga. Di kehidupannya dulu, ia sangat mendambakan sosok pria yang seperti Clayton.

"Kau mau kemana?" tanya Clayton menyelidik. Orang yang ditanyai itu masih bergeming. Tubuhnya menegang di tempat. Ah, andaikan ruangan ini tidak temaram, mungkin pria itu akan tahu jika wajahnya sudah seperti kepiting rebus. Memalukan sekali!

"A—aku ingin tidur di sofa. Ka—kau bisa tidur di ranjang," jawab gadis itu sambil terbata-bata.

Mendengar jawaban tersebut, Clayton menaikkan satu alisnya. "Untuk apa kau tidur di sofa? Tidur saja di ranjang sana. Lagipula, sofanya sangat kecil." Ucapan pria itu sontak membuat hati Ana berbunga. Mungkin pikirannya tadi yang mengatakan bahwa pria di depannya ini menyebalkan sangatlah salah. Buktinya, ia sekarang mau mengalah untuknya.

Broken Hurts [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang