Twenty Five

56K 3.7K 49
                                    

Xander tertawa sinis. "Memperkosamu? Aku? Aku suamimu! Dan sudah sepantasnya aku mendapat hakku!" desisnya menyeramkan. Ia tidak habis pikir dengan pikiran istrinya itu. Beda lagi kalau dia melakukannya pada orang lain. Baru bisa disebut dengan memperkosa.

"Kau melakukan pemaksaan tanpa persetujuanku! Dan aku tidak akan terima bila hal berhargaku direnggut begitu saja!" bela Cath tak terima. Ia takut sekaligus marah. Takut karena sudah meneriaki pria iblis ini, juga marah karena ia bersikap semena-mena.

Xander ingin menyanggah perkataan wanita itu, tapi air mata yang menetes di pelupuk matanya membuatnya bungkam. Cath langsung menyeka cairan bening yang tak diundang dari pipinya. Memang ia siapa? Tidak pernah sekalipun dihargai oleh suaminya. Percuma saja jika ia memberontak bak orang gila. Pria itu jelas menutup mata dan telinganya, juga bersikap acuh.

"Kalau kau ingin menikahinya, silahkan. Tetapi, tolong ceraikan aku," Cath sudah memikirkan matang-matang. Ia tidak akan sanggup bila hidup bersama wanita selingkuhan suaminya. Tidak akan mungkin bagi kerajaan untuk memiliki dua orang ratu. Itu prinsip Catherina.

Xander menatapnya dengan tajam. Kata-kata yang keluar dari mulut istrinya, sungguh membuatnya muak. "Aku tidak akan menceraikanmu! Dan aku akan tetap menikahi Farrah tanpa persetujuanmu!" ego pria itu sungguh tak terbatas. Ia mengikat Catherina, tapi malah mengikat Farrah juga.

Lalu, pria itu pun meninggalkan kamar Cath sembari membanting pintu. Wanita itu terlonjak kaget, tapi hanya sebentar. Lalu, tubuhnya pun merosot ke lantai. Ia menangis kencang sambil terisak. Hatinya sangat sakit sekali. Suaminya tega menghamili wanita lain, tapi ia juga tidak mau melepasnya. Dirinya tidak mau dimadu.

"Kenapa ini terjadi padaku? Aku salah apa? Setidaknya lepaskan aku, kumohon," racau Cath frustasi. Menyakiti tubuhnya lagi? Sudah tidak ia lakukan. Percuma saja, jelas ia tidak akan kembali ke asalnya.

"Catherina! Berikan saja hati asliku, jangan pakai hatimu! Aku sungguh tidak kuat menghadapi perasaan ini! Ku mohon, kembalikan hatiku!" suaranya semakin menderu kencang.

Mendung disertai hujan petir menjadi saksi tangisan pilu dari seorang Catherina de La Rose. Kehancuran hidupnya mungkin akan dimulai saat ini juga.

🥀🥀

Hotel Plaza Athenee, Paris

Di sisi lain, Farrah tengah bersantai di ranjang hotel. Senyumannya terbit di wajah pucatnya itu. Sebentar lagi, ia akan dijemput oleh orang suruhan calon suaminya. Xander meninggalkannya dengan alasan pekerjaan. Ia mempercayainya begitu saja. Padahal pria itu membohonginya.

Tiba-tiba, ponselnya berdering kencang. Wanita itu meraih ponselnya dan melihat siapa yang menelepon. Ia lalu mengangkatnya.

"Halo, perlu apa kau meneleponku lagi?" tanya Farrah ketus. Mood-nya tiba-tiba turun saat melihat nama sang penelepon. Terdengar suara gelak tawa dari seberang sana. Sekarang dia jadi gila! Batin wanita itu.

"Ah, ku dengar kau hamil. Apa benar itu?" tanya seorang pria yang menelepon. Farrah membulatkan bola matanya. Namun, tidak lama. Ia lupa bahwa dirinya memposting testpack kehamilannya di sosial media. Tentu saja untuk menunjukkannya pada Cath.

"Kalau memang iya, kenapa?" tanya Farrah menantang. Cukup lama pria itu tidak menjawab. Hanya ada keheningan di telepon.

"Aku tidak menyangka bahwa benihku sangat tokcer," kata pria itu dan membuat wanita tersebut terdiam. Lelucon macam apa ini?!

"Kau sudah gila Glenn? Apa maksudmu? Kau bukan ayah dari bayiku! Ayah sah dari bayiku ini adalah Xander!" teriak Farrah tidak terima.

Glenn Luther adalah seorang pebisnis sekaligus pemilik LH Company. Ia merupakan orang terkaya nomor 8 di negara Inggris. Namanya cukup terkenal karena wajahnya yang tampan, tapi sayangnya ia seorang player.

Glenn tertawa mendengar penjelasan Farrah. Ia tahu bahwa Xander terus memakai pengaman saat berhubungan dengan wanita itu. Mengapa dirinya bisa tahu? Karena dulu ia pernah ikut ke club bersama geng pria itu. Pria itu dengan gamblang mengungkap hubungan asmaranya dengan Farrah. Dasar pria sinting!

"Sayang, sayang. Kau tidak ingat kejadian 3 minggu lalu? Di mana kita bersenang-senang di kamar club malam itu? Aku tidak memakai pengaman," ucap Glenn sambil menyesap segelas martini di seberang sana.

Sekujur tubuh Farrah langsung berkeringat. Dirinya menggeleng pelan dan menyangkal fakta yang dibeberkan oleh mantan partner satu malamnya itu. Waktu itu ia bertengkar dengan Xander. Farrah memutuskan untuk pergi ke club untuk melampiaskan segalanya. Di sana ia bertemu dengan Glenn dan terbujuk rayu pria tersebut.

"Kenapa diam? Atau kau mau aku yang bilang pada William bahwa-"

"Cukup!" perkataan Glen terhenti dengan teriakan Farrah. Wanita itu tidak bisa berpikir jernih sekarang. Ia sangat takut bila kebenaran itu terdengar oleh Xander.

"Anak ini adalah anak Xander, bukan anakmu! Berhentilah mengangguku! Dan jangan sampai kau merusak rencana pernikahanku!" Farrah emosi dan langsung menutup teleponnya tanpa mendengar jawaban dari Glenn.

Sementara itu, pria itu sedang tergelak di tempatnya. Ia belum ingin mempertanggungjawabkan perbuatannya untuk saat ini. Jadi, ia membiarkan Farrah untuk menikah dulu dengan kekasihnya itu.

Glenn juga ingin menggoda Xander sejenak. Pria itu tahu bahwa Xander tidak mencintai istrinya. Jadi, ia akan memberikan sedikit pelajaran berharga padanya.

"Ah, William maafkan aku. Tetapi aku ingin kau merasakan sedikit penderitaan sejenak, sampai kau paham rasanya kehilangan sesuatu yang berharga itu sangat menyakitkan," Glenn tersenyum tipis, lalu kembali menyesap minumannya sampai tandas.

🥀🥀

Kelopak yang menyembunyikan netra hazel indah itu pun terbuka. Catherina menangis cukup lama tadi. Sampai-sampai, ia ketiduran di karpet bulu.

Posisinya masih tidur terlentang. Ia enggan untuk berdiri dari sana. Wanita itu lebih suka memandangi langit-langit kamarnya. Ia berharap bahwa semua yang dialaminya hanyalah mimpi.

Catherina mencoba berdiri dan mendekati kaca. Terlihat wajahnya yang kusut dan acak-acakan. Matanya juga bengkak. Segera ia menuju kamar mandi untuk membasuh mukanya.

Tiba-tiba, teleponnya berdering. Wanita itu langsung cepat-cepat meninggalkan kamar mandi dan meraih benda tersebut. Terlihat nomor tidak dikenal menghubunginya. Nomor siapa ini? Batinnya bertanya.

"Halo," sapanya.

"Tinggalkan Xander segera dan buat pria itu menyesal. Beri dia pelajaran berharga bahwa kehilangan seseorang yang amat mencintainya itu menyakitkan," seorang pria berkata demikian pada Cath. Ia juga memutuskan teleponnya sebelum wanita itu menjawab.

Catherina mencoba menghubungi lagi nomor tersebut, tapi tidak bisa. Wanita itu takut bila yang meneleponnya tadi merupakan orang suruhan Farrah. Namun, hatinya tiba-tiba terbesit rasa ragu atas perkataan yang dilontarkan pria tadi.

Jika itu adalah orang suruhan Farrah, tidak mungkin ia akan menyuruh Cath untuk memberi pelajaran pada Xander. "Apa aku pergi saja, ya?" wanita itu berkata lirih pada dirinya sendiri. Lalu, ia mengambil ponselnya kembali dan mengetikkan sesuatu di layar. Dirinya ingin bertemu dengan sang kakak.

Broken Hurts [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang