SEPULUH

5.9K 515 4
                                    

Vote dulu cintaa









"Aku baru tahu jika kau bernama Joy." Kata Arunda.

Amora memutar matanya malas. "Tidak heran lagi bahwa kau tidak mengetahui namaku. Bukankah kau selalu memanggilku dengan sebutan gadis bodoh?"

"Ah iya kau benar. Menurutku kau cocok jika dipanggil begitu." Jawabnya tanpa merasa bersalah.

"WAH COCOT ENTE ENAK BENER NGUCAPNYE." Teriak Amora tak terima.

"Diamlah."

Setelah lelaki berambut oranye menanyakan siapa namanya dan dengan lantang Amora menjawab 'Aku Joy, senang bertemu denganmu tuan oranye'.

Sekarang ini mereka berdua sedang menuju kerumah. Setelah mengatakan bahwa Amora meminta izin untuk menjual kue nya pada pemilik toko bunga itu, Amora dan Arunda bergegas pulang kerumah. 

Dan sebelum mereka pulang, Amora meminta Arunda untuk mengatarnya mewarnai rambut. Arunda sempat menatapnya curiga namun dengan cepat Amora berdalih dengan mengatakan bahwa 'Aku terlihat sangat tua jika rambutku berwarna seperti ini'.

Alasan yang tak masuk akal menurut Arunda. Jika dilihat lihat, wajah Amora tidaklah terlihat tua melainkan cantik, bahkan sangat cantik.

"Kau terlihat senang sekali."

"Tentu saja! Aku sekarang tidak terlalu memusingkan bagaimana caranya aku hidup untuk kedepannya." Ucap Amora semangat.

"Kau sangat mementingkan hidupmu ya?" Tanya Arunda.

Amora mengangguk. "Aku tidak ingin menjadi bebanmu selama aku tinggal dirumahmu. Setidaknya aku bisa membantumu walaupun sedikit."

Amora menarik napasnya lalu melanjutkan ucapannya. "Lagipula, aku sudah ada rencana untuk membeli rumah jika uangku sudah terkumpul."

"Semoga terwujud, aku mendukungmu. Bilang saja padaku jika kau butuh bantuan." Ucap Arunda seraya menepuk pundak Amora.

***

"Nona Joy, sungguh aku tak menyangka jika cookies buatanmu sangat digemari disini! Bisakah kau memberikan lima keranjang cookies tiap harinya?" Ujar Barney pemilik toko bunga dengan heboh.

"Ah benarkah?" Ucap Amora merasa tak percaya sekaligus senang.

"Tentu saja! Akan ku siapkan tempat khusus untukmu berjualan ditoko ku."

"Terima kasih tuan oranye. Akan ku usahakan untuk mengantarkan lima keranjang tiap harinya." Ucap Amora sopan.

Mata Barney berbinar mendengar hal itu. "Terima kasih kembali nona Joy. Disini aku juga merasa diuntungkan."

"Baiklah sampai jumpa esok tuan oranye!" Pamitnya seraya meninggalkan toko bunga Barney.

"Hati hati dijalan nona Joy!"

Amora merasa senang. Ternyata usaha yang diimpikannya berjalan dengan baik. Cookies sederhana yang dibuatnya laku keras dipasaran. Harga yang dipatoknya pun tak banyak, hanya tiga keping koin tembaga.

Kemarin saat ia dan Arunda datang kedua kalinya untuk menitipkan satu keranjang cookiesnya jujur saja Amora merasa pesimis. Takut jika tak terjual. Namun ternyata hal itu berbanding terbalik dengan kenyataan. Dagangannya ternyata laku!

Untuk sekarang ini Amora hanya akan berfokus pada bisnisnya yang sedang berjalan. Setelahnya akan membuka toko dipasar agar memudahkannya menjual berbagai kue dietalasenya sendiri.

"Kenapa banyak sekali barang yang kau beli?" Tanya Arunda heran.

"Ini bahan untuk persediaan selama seminggu kedepan. Tuan oranye memintaku untuk mengantarkan lima keranjang kue setiap harinya." Jelasnya panjang.

"Kau bisa membantuku tidak?" Pinta Amora.

Arunda mengangguk singkat.

"Apa yang harus kulakukan?" Tanyanya setelah meletakkan beberapa bahan dimeja.

"Kau bisa membantuku mencetak kue atau memanggang kue."

"Baiklah, ayo kerjakan sekarang."

Amora membalasnya dengan anggukan semangat.


Mereka berdua sibuk dengan kegiatannya masing masing. Sampai tak terasa bahwa hari sudah sore.

"Ah aku lelah." Keluh Arunda dipojok ruangan.

"Lemah sekali kau, wanita macam apa yang mengeluh hanya karena mencetak kue?" Cibir Amora mengejek dan langsung mendapat lirikan tajam dari Arunda.

"Kau bilang hanya membuat lima keranjang cookies saja tapi malah membuat roti penuh krim seperti itu, kau membuatku ingin mati!"

Amora menggaruk kepalanya bingung. Tapi memang iya sih tadi Amora hanya bilang akan membuat lima keranjang cookies saja namun malah keblabasan membuat crapes cake.

"Ya maap Juminten. Nanti seloyang crepes ini buatmu deh."

Tiba tiba Arunda berjalan kearahnya, tatapan tajamnya mengarah pada Amora. Amora bergidik ngeri melihat tatapannya.



AMORA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang