SEMBILAN BELAS

4.7K 487 35
                                    


Gemi mau curhat bentar...
Hari hari lalu Gemi promosi cerita ini ketemen temen Gemi, ada yang dukung dan sebagian lain kayak ngeremehin.
Mereka bilang 'buat apa bikin cerita gitu, enggak dibayar enggak digaji, rugi sendiri. Yang kamu buat juga gak bagus bagus banget, mana ada orang mau liat."

Gemi jadi minder, pengin stop tapi udah sejauh ini yak..

Menurut kalian cerita ini gimana?
Tetep lanjut atau stop disini?






"Manis." Ucap lelaki itu tiba tiba.

Amora membelalakkan matanya. "DASAR LAKI LAKI BIADAB, BAJINGAN, ANJING, BANGSAT, DASAR CABUL!"

"MATI ANJING! SIALAN OTAK CACAT!!"

"MANUSIA TOL- Hmpphh!"

Jenderal yang berada didepannya tiba tiba kembali menciumnya. Ciumannya sedikit kasar dari yang sebelumnya.

Amora yang mendapat serangan tiba tiba seperti itu memberontak. Seluruh badannya ia gerakkan guna menolak ciuman lelaki didepannya.
Energinya ia kerahkan agar terlepas dari kukungan tangan kekar milik Jenderal ini.

Tentu saja hasilnya sia sia. Sudah pasti dan sudah jelas bahwa kekuatan miliknya akan kalah dengan orang didepannya. Apalagi kondisi mereka sedang terduduk ditanah.

"Bicara kasar lagi seluruh tubuhmu yang akan kucium nanti." Ancamnya dengan suara rendah.

Badan Amora seketika merinding. Oke, sekarang yang ada didepannya adalah Jenderal kaparat yang telah mencuri first kiss nya.

"Oh dasar setan syalan." Umpat Amora dalam hati.

Bryton yang melihat Amora terdiam menyunggingkan senyum smirk nya. "Kau takut sayang?"

Amora kembali mendelikkan matanya.

"Berengsek!"

Amora berdiri dan Bryton pun ikut berdiri. Amora yang melihat itu langsung tersenyum samar.

Seketika ia ingat ketika guru olahraganya memberikan satu petuah padanya dan teman temannya dahulu.

'Kalau ada laki laki ya yang sengaja atau nggak sengaja megang megang privasi kalian, kalian gak usah nangis, langsung tendang aja atau tonjok. Kalau gak berani ambil barang disekitarmu misalnya sapu, pukul pake itu."

Kalimat itu terdengar kembali ditelinga Amora.

Dengan kecepatan kilat Amora pun menendang aset berharga milik Bryton dengan kaki kanannya.

Hal itu membuat Bryton terjengkang kebelakang. Tangannya memegang miliknya yang baru saja ditendang oleh gadis didepannya. Raut wajahnya terlihat kesakitan.

Amora langsung berlari kabur setelah melakukan hal itu, meninggalkan Bryton yang tengah kesakitan.

"Awas saja kau gadis nakal." Desis Bryton menggeram marah.

***

Tak terasa sudah hampir dua bulan perang ini berlangsung. Amora masih dipaksa agar tetap berada ditenda perang para prajurit.

AMORA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang