ENAM BELAS

5.1K 507 5
                                    

Vote dulu cintaa














"Kenapa makanannya warna abu abu benyek gini? Gumamnya sambil melihat masakan yang sedang dituangkan kedalam gelas plastik.

Langkah kaki Amora mendekat pada Koki yang sedang memasukkan makanan abu abu itu kedalam wadah plastik. Dirinya juga melihat bahwa beberapa orang memasukkan kecoa kedalam makanan itu.

"Wadahnya memang gelas plastik kecil gitu ya Om?" Ucapnya tiba tiba bertanya.

"Kok dikasih kecoa?"

"Ah, ini untuk makanan para tahanan perang Nona." Balas Koki itu.

"Makanannya kelihatan gak layak gitu? Gak punya hati banget kasih kecoa buat makan orang." Celetuk Amora.

Amora yang sadar akan ucapannya langsung membekap mulutnya dengan tangan.

"E ehh, maaf Om gak gitu maksudnya." Ringisnya pelan.

Koki tersebut tersenyum tipis. "Jenderal sendiri yang menyuruh kami memasak seperti ini Nona."

Amora yang mendengar itu sedikit merasa kesal. "Tahanan perang kebanyakan perempuan dan anak anak kan? Lalu mengapa diberi makanan tidak layak seperti itu dan malah diberikan serangga kotor? Makanan itu juga kelihatan sudah basi!"

Ah, kepedulian sosial Amora tiba tiba muncul. Tahanan perang yang biasanya kebanyakan wanita dan anak anak diberi makanan basi seperti itu? Bagaimana jika ada wanita yang sedang hamil? Jenderal keparat! Pantas saja banyak dibenci oleh orang orang. Perilakunya saja sudah mencerminkan kepribadiannya.

Dan setelah mendengar hal itu Amora pun lantas pergi dari dapur perang dan melangkahkan kakinya keluar. Entah kenapa sekarang Amora menjadi sensitif ketika mendengar Jenderal militer yang bahkan tak ia ketahui namanya.

Entah kenapa sekarang ia jadi percaya pada rumor yang dikatakan oleh ibu ibu yang sering bergosip dipasar. Dan sekarang ia melihat dan mendengar salah satu kepribadian Jenderal militer yang sangat buruk ketika memperlakukan manusia yang bahkan tak berdosa seperti anak anak.

"Itu orang kena karma mampus."

"Ngasih makan orang dikasih kecoa."

"Kasian ntar bininya, pasti bakal gak betah." Gumamnya sambil menggelengkan kepalanya pelan.








***







"JUMINTEN!"

"IH, ENTE DAH BALEK!"

Amora berlarian kecil kearah Arunda yang baru saja turun dari kuda perangnya. Rasa sakit ditelapak kakinya dirasa sudah tak dihiraukannya lagi.

Arunda yang melihat Amora berlari seketika panik. Ia bergegas turun lalu berkacak pinggang dengan tatapan garang. Amora yang melihat itu langsung berhenti.

"Kau masih sakit malah berkeliaran seperti anjing bodoh?" Sindirnya tenang.

"Dimana mana anjing itu pinter nduk." Balas Amora sambil berpura pura sungkem.

"Kau ini menjawab saja!"

Amora kicep.

"Sudah kubilang tadi pagi diam saja ditenda sampai aku pulang, dan jika kau membutuhkan sesuatu kau bisa memanggil orang yang kusuruh berjaga didepan tendamu." Omelnya panjang lebar tanpa henti.

"Lenganmu pasti masih sedikit perih, ditambah luka gores dilehermu juga belum sembuh. Kakimu juga masih terluka. Tubuhmu pun belum baik secar keseluruhan."

Amora mengangguk angguk kecil dengan kepala sedikit tertunduk.

"Hei kau dengar aku tidak? Jika orang sedang berbicara denganmu maka jawab dengan benar tapi kau ma-" Ucapan Arunda terpotong ketika...

"TADI SURUH DIEM SEKARANG SURUH NGOMONG, MAU LU APA JAMET!" Teriak Amora frustasi.

Arunda terdiam.

Setelah beberapa tahun bertemu Amora, perlahan Arunda mulai mengerti bahasa aneh yang selalu dipakainya. Walaupun tak semunya paham namun secara keseluruhan ia mengerti inti dari apa yang diucapkan oleh Amora.

"Ksatria, maaf mengganggu waktunya. Jenderal memanggil anda untuk segera datang ketenda beliau." Ucap orang tersebut.

Arunda menampilkan wajah datar.

"Bilang padanya bahwa aku akan segera datang." Tangannya memberi instruksi seperti menghalau guna mengusir secara halus.

Lelaku itu menggangguk singkat lalu berbalik pergi setelah memberi salam.

"Aku pergi dulu dan kau segera kembali ketenda. Jangan kemana mana karena hari sudah mulai malam. Jika kau melanggar akan kubawakan serigala kekamarmu." Peringatnya disertai ancaman.

Amora mengangguk. Sebelum ia berbalik, secara samar dan tak sengaja ia mendengar ucapan Arunda yang mengejutkan jantungnya.








"Seandainya bukan karena Jenderal yang menyelamatkan Joy dan bersumpah janji dengan darah untuk melindunginya sudah pasti aku tak sudi menjadi bawahannya." Gumam Arunda samar lalu pergi dengan langkah tegap.
















Ayo hargai penulisnya dengan vote dan komen!
Silakan berikan saran dengan kata kata sopan sayang~

Sehatt buatt kleann♡







AMORA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang