Bab 5 - Kasur

125 24 16
                                    

Rebah penuh kesah. Ketika netra lagi-lagi membasah.

Lelah.

Di atas kasur aku memejam. Namun, semua asa seolah padam. Hadirnya sebilah pisau diam-diam, menusuk-nusuk harapan dengan kejam.

Hidup seperti roda.

Itu yang sering kudengar. Agar semangat bisa terbakar. Bahwa roda nanti bisa berputar.

Benarkah?

Tidak!

Ada roda kempes. Ia tak akan bisa bergerak luwes. Yang hidupnya selalu apes dan bahkan tidak berani menjeritkan protes.

Pikiran terasa penat. Kelelahan seperti madat. Diulang, berputar dengan cepat. Bahkan napasku pun terasa tercekat.

Berat.

Si Kecil terbangun menggeliat. Aku menarik napas melihat wajahnya yang pucat. Suhunya masih belum juga sesuai akal sehat. Aku hanya berharap dia keluarkan banyak keringat. Agar bisa sembuh dengan cepat.

Aku mengusap kepalanya yang berambut gelap. Memandang matanya yang semakin terpejam lelap. Semoga saja bukan sekadar silap. Dan biarkanlah kepalaku kembali seperti lampu kamar yang malap.

Ah ... Kenapa hatiku terasa sendu?

Embus dan tarikan napas seolah tak cukup menghalau rasa biru yang mengganggu.

Mimpi-mimpi kandas.
Harapan-harapan yang lepas.
Juga batin yang entah selalu merasa tak mampu beraktivitas.

Kebas.

Di kasur, aku kembali berdoa. Agar kegundahan hati tak terus tumbuh membuat jiwa merana, sembari memeluk ananda yang tampak tak ada derita. Semoga gulana lekas hilang dari jiwa yang bermuram durja.

Apa dunia hanya seputar harta benda?

Bahagia tak selalu tentang harta. Namun, tanpa uang, hidup sudah jelas menderita.

Makan butuh uang.
Minum butuh uang.
Sekolah butuh uang.
Sakit butuh uang.

Bahkan mati pun butuh uang.

Akan tetapi, meski berat, aku akan selalu mencoba percaya. Kalau aku ada di dunia untuk sebuah tujuan selain menyembah kepada-Nya.

Meski malam ini aku masih berurai air mata...
Masih meratap tanpa tahu harus ke mana...

Aku berdoa agar Allah SWT cukupkan rezeki, tenangkan hati, halal lah yang selalu dicari, agar aku bisa terlelap dalam mimpi indah tuk istirahatkan segala gundah.

Aku berdoa agar Allah SWT cukupkan rezeki, tenangkan hati, halal lah yang selalu dicari, agar aku bisa terlelap dalam mimpi indah tuk istirahatkan segala gundah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


22 Jan 23

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ

“Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya, walaupun terlambat datangnya.

Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram.”

(HR. Ibnu Majah no. 2144, dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani).

“Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu” 

(QS. Al Baqarah: 172).

Sumber https://rumaysho.com/9616-mencari-pekerjaan-yang-halal.html

Bertunas Setiap HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang