05. Es Teh Dan Ciuman

1.9K 142 24
                                    


***

PULANG dari kampus, Anna diantar oleh Arga. Di sepanjang perjalanan, yang ada dipikiran Anna hanya mengapa Arga tampak biasa saja padahal sudah dikerjai selama seharian. Menjadi mahasiswa yang mendengarkan dosen, bahkan sempat membantu dirinya sekaligus Maisa dan Jian untuk mengerjakan tugas.

Anna akui, Arga memang seorang yang bisa diandalkan, pengetahuannya juga sangat bagus. Pantas bisa kuliah di luar negeri.

"Kamu, mikirin apa?" tanya Arga, tiba-tiba.

"Lagi mikirin kenapa ayam kakinya dua, padahal sup ceker kan enak. Kurang puas kalo cuma makan sepasang" jawab Anna dengan spontan, mana mungkin ia jujur sedang memikirkan siapa.

"Ada-ada aja kamu"

Anna meraih minuman kaleng dari kantung plastik yang ada di sampingnya. Tadi mereka sempat berhenti di depan minimarket dan Arga turun untuk membeli minuman. Ucapan lelaki itu ketika menyerahkan plastik belanjaannya membuat Anna cukup speechless. "Minum Na. Kamu batuk terus, nanti tenggorokan kamu kering"

Anna mengumpat pelan saat kukunya yang baru dipotong kemarin susah untuk membuka pengait minuman kaleng itu.

"Susah? Sini, tapi tetep tangan kamu yang pegang,
tangan kananku nyetir" ucap Arga menawarkan bantuan.

Anna menurutinya, tidak ingin semakin malu karena menolak bantuan tapi tidak kunjung berhasil juga.

Kaleng Anna sudah terbuka, ia bisa minum sekarang. Oleh sebab itu ia berterima kasih kepada Arga meski kikuk.

"Makasih Ga"
"Iya"
"Boleh setel lagu nggak?" tanya Anna. Ia merasa sepi karena tidak biasa berada di dalam mobil yang sunyi
"Boleh"
Anna menghidupkan radio di mobil Arga, memilih-milih saluran yang sedang memutarkan lagu. Dan secara kebetulan ada salah satu lagu favoritnya yang diputar. Anna kembali menyandarkan tubuhnya dan bersenandung pelan.

Ada hangat di dalam dadanya saat tiba-tiba mendengar Arga juga bersenandung. Sepertinya mereka punya selera musik yang sama.

"Anterinnya ke rumah Damian aja boleh gak?"  tanya Anna, tiba-tiba ingin menginap di rumah Damian. Bukan untuk bertemu Abangnya tapi untuk curhat pada kakak iparnya.

"Damian?" beo Arga.
"Abang gue"
"Oke"

Lima belas menit perjalanan mereka sampai di halaman rumah Damian. Anna senang karena akhirnya ia bisa bebas dari suasana canggung bersama Arga. Tapi semuanya malah tidak berjalan mulus, Damian yang baru saja keluar tiba-tiba berseru, "Arga!"
"Dam!"

Celaka. Dua manusia itu malah seolah saling mengenal. Arga turun dari mobil dengan kekehan pelannya.

"Abang kenal dia?"
"Kenal, Abang dulu seangkatan sama Arga, tetangga kelas tapi suka main basket bareng. Anak osis paling solid pada masanya"

Kenal dan belum-belum apa-apa langsung memuji. Firasat Anna jadi makin tidak enak.

"Jadi lo yang mau nikah sama bocah freak ini? Gue takut lo nyesel ntar Ga. Urus-urusannya susah, jorok, preman" ucap Damian setelah saling rangkul dengan Arga.

"Abang!"
"Tuh kan, mulutnya juga berisik"

Anna makin menekuk wajahnya. Bantu sih bantu tapi Abangnya malah pakai acara menjelek-jelekkannya segala. Anna jadi kesal apalagi Arga terus tertawa.

"Eh ada rame-rame di sini. Kok nggak masuk sih?" tanya Dila, istri Damian yang baru datang.

"Baru dateng mereka. Kenalin sayang, ini Arga, temen sekolah dulu"
"Dila"
"Arga"
"Arga ini ternyata calonnya Anna loh sayang, sempit banget ya bumi"
"Alhamdulillah berarti kalau orang deket, yuk masuk. Ngobrolnya di dalem aja" ajak Dila.

Before YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang