38. Before You

2.9K 165 65
                                    


***

TIDAK boleh ada perceraian. Itu komitmen Arga sejak sah menikah dengan Anna. Walaupun kala itu mereka baru mengenal dan belum saling mencintai tapi Arga percaya satu hal, bukan tanpa alasan pernikahan mereka terjadi bahkan di luar rencana yang seharusnya. Cut Anna memang bagian dari takdirnya.

Anna bukan sekedar gadis yang selalu bicara ketus, jahil, suka keributan, atau gadis yang tidak bisa feminim. Anna istimewa.

Anna bisa membuatnya tertawa dengan omelannya, dengan wajahnya cemberutnya ketika keinginannya tidak dituruti. Anna sering mengeluh jika diajak melakukan suatu hal, tapi Anna tidak pernah membantahnya. Anna terlihat sadis tapi sebenarnya Anna pribadi yang cukup polos.

Hampir setengah tahun menjalani pernikahan dengan Anna, perlahan kehidupannya berubah. Arga kembali merasa penuh dan berada di puncak kebahagiaan terlebih saat pertama kali tahu jika Anna hamil dan mereka akan menjadi orang tua.

Anna juga terlihat bahagia pada momen itu. Walaupun awalnya Anna sempat ragu tapi kemudian ia bisa melihat jika Anna menjaga calon buah hati mereka dengan setulus hati.

"Kamu nggak tau gimana rasanya kehilangan anak"

Kata-kata itu sangat Arga sesali. Bisa-bisanya ia melupakan bagaimana beberapa hari sebelumnya Anna begitu ketakutan karena pendarahan yang dialaminya. Anna bahkan sangat takut saat ditinggal ke kamar kecil olehnya. Kata-katanya pasti sangat melukai Anna terlebih tanpa sadar ia juga terbawa emosi dan sempat membentak Anna.

Anna meminta perceraian, tapi matanya yang berkaca-kaca berkata sebaliknya.

Kini, Arga sampai di halaman parkir kampus. Untungnya, setiap hari mama mertuanya selalu memberikan kabar tentang Anna, termasuk jika hari ini untuk pertama kalinya Anna kembali datang ke kampus.

Tidak sulit untuk menemukan Anna, Anna dan teman-temannya punya tempat favorit yang sering mereka jadikan markas, tempat yang sama saat Anna mentraktirnya makan batagor dan es teh.

"Mas Arga?"

Jian adalah yang pertama menyadari keberadaannya. Arga tersenyum ditatap oleh ketiganya.

"Wah banyak banget Mas bawaannya, buat kita kah?" heboh Jian, antusias dengan bawaan Arga.

"Buat Anna lah, ngarep lo!"

Arga sempat terkekeh pelan. Ia memang sengaja membawa dua box pizza, paket ayam goreng lengkap dengan minuman untuk ketiganya. Arga tau mereka pasti akan berkumpul.

"Buat kalian makan, ngerjain skripsi juga butuh asupan kan?"

"Mas Arga itu always the best!"

"Yoi, makasih Mas Arga"

"Sama-sama"

Jika Jian dan Maisa tampak senang karena diberi banyak asupan, lain halnya dengan Anna. Anna hanya sempat menoleh sekilas lalu fokus pada layar laptopnya. Bisa dikatakan, Anna sangat cuek dengan Arga.

"Na, bisa bicara sebentar?" tanya Arga, setelah duduk di hadapan Anna. Ia sangat kangen ngobrol asik dengan Anna, begitu juga dengan anak mereka. Terakhir kali Arga berinteraksi dengan anak mereka sudah terbilang lama, sebelum Anna keluar dari rumah sakit. Perut Anna mungkin sudah lebih besar, sayang Anna mengenakan jaket sehingga tidak kelihatan.

"Ngomong aja kalo mau ngomong" jawab Anna, tanpa mengalihkan pandangannya sama sekali.

"Ji, temenin gue ke toilet yuk" ajak Maisa, ia menarik sebelah tangan Jian yang sedang asik mengunyah.

Before YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang