06. Mendadak Sah

2K 167 38
                                    


***

ANNA masih setia mentapi layar ponselnya sejak sepuluh menit yang lalu. Sempat ingin mengetik tapi batal dan ia hapus.  Ia tidak menyangka akan mendapat pesan dari Galang, mantannya kala SMA. Mereka berpacaran selama tiga tahun lalu putus dan setelahnya Anna tidak pernah bisa punya hubungan yang langgeng dengan siapapun.

Sejauh ini memang Galang yang paling berkesan. Mungkin karena mereka pernah bersama dalam waktu yang lama, atau karena kala itu cinta mereka cinta remaja yang tidak bisa diulang. Entahlah, yang jelas Anna tidak ingin disebut tidak bisa move on dari cowok itu.

Hai, Na. Apa kabar?
Ini gue.
Gue pingin banget ngobrol sama lo, kalau lo nya nggak keberatan.
Jam 5 sore, El Mounte cafe.
Gue harap, lo bisa Na.

Setelah banyak menimbang, akhirnya Anna meletakkan ponselnya, mencari handuk lalu kemudian masuk ke kamar mandi.

Mungkin tidak ada salahnya untuk sekedar bertemu dengan mantan pacar.

Anna tiba di cafe, walau ia telat hampir setengah jam. Pandangannya mencari-cari sampai akhirnya menemukan lelaki yang duduk di meja paling pojok. Lelaki itu mengenakan kaos hitam dan topi cream. Penampilannya tidak banyak berubah, kecuali kedua lengannya yang kini lebih kekar. Anna harus berdeham karena cowok itu sedang fokus dengan ponselnya.

"Anna? "
"Gue yakin lo pasti dateng" ucap cowok itu dengan senyum.

"Dapet nomer gue dari mana?" tanya Anna, tanpa basa-basi. Ia penasaran bagaimana Galang mendapatkan nomornya sedangkan sudah bertahun-tahun mereka lost kontak.

"Dari mana aja, yang jelas usaha"
"Btw, gaya lo sekarang beda ya?"

"Kenapa? Mau ngatain?"
"Tapi juteknya masih sama"

"Gini-gini lo pernah suka kan?"
"Suka banget sampe geli ngingetnya"
Lelaki itu terkekeh pelan. Anna sempat merasa dejavu ketika perlahan kenangan-kenangan itu terlintas di kepala. Walaupun sering ia tonjok perutnya ketika membuatnya kesal, tapi Galang cukup tahan banting. Menerima apa adanya Anna yang tidak bisa feminim seperti cewek kebanyakan.

Biasanya Anna tipikal orang yang cuek, tidak punya rasa kepo terhadap sekitar. Tapi ketika lonceng bel tanda ada pengunjung masuk itu terdengar, Anna refleks menoleh.

Dan seperti takdir, orang yang baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam cafe itu adalah Arga. Lelaki itu juga langsung menemukan keberadaannya, mereka sempat saling bertatapan sampai Arga bergabung pada salah satu meja dengan dua lelaki yang sudah terlebih dahulu ada di sana.

Arga tidak menyapanya.
Asik mengobrol bersama orang lain.

Kenapa sekarang situasinya terasa aneh? Anna merasa tidak tenang untuk alasan yang tidak ia ketahui. Begitu juga dengan tangannya yang beberapa kali mengecek ponsel dan membuka layar percakapannya dengan Arga.

Kenapa ya rasanya malah seakan-akan ia seseorang yang terpergok selingkuh?

Padahal ia hanya ngobrol biasa dengan Galang dan Arga juga bukan siapa-siapa, atau lebih tepatnya belum tentu menjadi siapa-siapa dalam hidupnya.

***

Malam harinya, seraya menatap bintang dari balkon kamarnya, Anna menghitung keputusan menggunakan jarinya.

"Chat, enggak, chat, enggak, chat"

Rasanya ada yang mengganjal karena saat di cafe Arga tidak tersenyum sama sekali. Bahkan ketika keluar, duda itu seperti sengaja tidak mau melihatnya.

Before YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang