***AIRA tidak sadarkan diri dan itu membuat Arga panik bukan main, ia melajukan mobilnya dengan kecepatan maximal, membunyikan klakson berkali-kali pada kendaraan yang menghalangi jalannya.
Feelingnya tidak pernah salah. Ketika melihat Aira sebagai seseorang yang ada di bawah guyuran hujan deras, ia turun untuk menarik Aira. Aira anti kedinginan karena memiliki asma. Aira tidak pernah ia biarkan kehujanan. Bahkan dulu ketika musim penghujan, Arga selalu berusaha menciptakan suasana hangat di rumah. Sesederhana dengan minum coklat panas berdua, memanggang daging, atau opsi yang paling romantis quality time di ranjang. Aira memiliki banyak kaos kaki lucu yang biasanya juga perempuan itu pinjamkan kepadanya.
Begitu sampai rumah sakit dan memarkirkan mobilnya, Arga membopong Aira hingga masuk ke ruang IGD. Ia tidak diperbolehkan masuk saat Aira ditangani, ia menunggu di luar dengan perasaan cemas. Pakaiannya ikut basah karena membopong Aira, tapi anehnya Arga tidak merasakan dingin.
Semoga Aira baik-baik saja.
Sekitar lima belas menit, dokter keluar dari IGD. "Keluarga pasien?"
Saya suaminya.
Hampir saja Arga kelepasan untuk mengucapkan kalimat itu karena sebelumnya, ia selalu datang sebagai suami Aira.
"Iya, saya keluarganya"
"Pasien sudah sadarkan diri, tapi keadaannya masih cukup lemah, syukurnya tidak ada hal serius yang perlu dikhawatirkan. Pasien perlu rawat inap setidaknya satu malam. Mungkin keluarga bisa mengurus administrasinya supaya pasien lekas bisa dipindahkan ke ruang inap" jelas Dokter itu dan pada akhirnya Arga bisa menghela nafas lega.
"Baik. Terima kasih banyak Dok"Seraya berjalan ke administrasi, Arga menghubungi Langitra, adik lelaki Aira.
"Hallo?"
Arga sempat mendengar suara knalpot motor saling bersahutan. Dan ia jadi teringat jika dulu, Aira sering sekali mengeluhkan Langit yang sering ikut balap motor dan Aira sangat khawatir. Dulu, ia membantu bisa menasihati Langit, tapi sekarang sepertinya tidak."Kak Arga ada perlu apa?"
Bahkan nada bicara Langit kini sangat ketus kepadanya.
"Aira masuk rumah sakit. Nanti kakak kirimkan alamatnya"
"Ya" balas Langit dan setelahnya panggilan mereka terputus.
Tak ingin terlalu larut memikirkan sikap Langit, Arga memilih fokus untuk mengurus administrasi, supaya Aira bisa cepat mendapatkan ruangan untuk beristirahat dengan nyaman.
"Saya ingin pasien ditempatkan di ruang VIP" ucap Arga pada bagian administrasi.
Ia sama sekali tidak tahu, jika jauh di sana, ada Cut Anna, yang sedang menatapi sisa gerimis seraya menunggunya.
***
Anna sampai di rumah sekitar pukul tujuh malam. Di ruang tamu, sudah ada ibu mertuanya, perempuan itu mendorong kursi rodanya untuk mendekat pada Anna.
"Tumben pulangnya jam segini Na?" tanya Intan.
Anna sempat tersenyum. "Iya Bu"
"Arga mana?"
Padahal Anna berharap Arga sudah di rumah tapi ketika turun dari gojek dan melihat garasi yang masih kosong harapannya langsung hilang.
"Nggak tau Bu" jawab
"Terus kamu pulangnya?"
"Naik ojek""Ya Allah, pantes kamu dingin banget. Langsung mandi pakai air hangat, nanti kamu sakit. Biar Ibu yang telfon Arga"
Anna hanya mengangguk. Padahal di dalam hati ia masih terfikir ucapan Jian dan Maisa sebelum mereka memutuskan untuk pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Before You
RomanceHidup Arga Adithama (29) berubah setelah menikahi Cut Anna (24), mahasiswa semester 10 yang banyak tingkahnya.