25. Rencana Bulan Madu?

1.5K 135 40
                                    


Hai semuanyaa, Before You kembali xixi

***


PERASAAN cemas itu ada di dalam dada Arga, saat menunggu Anna keluar dari ruang sidang, bukan karena tak percaya dengan kemampuan Anna, tapi entahlah Arga hanya ingin segera melihat Anna keluar dengan membawa kabar baik.

Jian dan Maisa juga merasakan hal yang tidak jauh berbeda, harap-harap cemas menanti hasil seminar proposal Anna. Mereka sama-sama mahasiswa semester panjang, tau bagaimana pahitnya stigma terhadap mahasiswa yang lambat lulus.

Tak lama, pintu ruangan itu terbuka, Anna menyembul keluar dengan ekspresi yang sulit untuk diartikan.

"Gimana Na?" tanya Maisa dan Jian, hampir bersamaan.

Bukannya menjawab, tanpa terduga Anna justru mendekat ke arah Arga, memeluk dengan melingkarkan kedua tangan pada leher jenjang lelaki itu. Dan Anna menangis di sana.

"Maaf Ga.." lirih Anna.

Arga mencium puncak kepala Anna sejenak, tidak peduli lagi jika ini area kampus dan orang lain bisa melihat mereka, Arga mengusap pundak Anna, berharap bisa meringankan rasa kecewanya. Walaupun Anna gagal, tapi Arga sama sekali tidak kecewa, ia tahu Anna sudah berusaha dengan sangat baik dan ia cukup bangga. Namun perlu digaris bawahi jika tidak mungkin baginya untuk tidak ikut bersedih melihat Cut Anna-nya sedih.

"Nggak apa-apa Na, lain kali masih bisa dicoba, kita persiapkan dengan jauh lebih baik"

"Maaf karena nggak pernah tulus berterima kasih, mereka suka, revisianya bahkan cuma sedikit " cicit Anna.

Jian dan Maisa yang tadinya sudah berkaca-kaca melihat Anna yang menangis gagal dalam pelukan Arga, merasa ikut terkena prank, dasar Anna! Kenapa tidak langsung to the point saja coba?

Arga terkekeh pelan walaupun sepasang bola matanya sudah agak berkaca. Kali ini ia mengusap puncak kepala Anna beberapa kali karena merasa gemas. "Selamat ya"

"Alamak, mesra terus sepanjang hari ini" goda Jian. Karena menemani Anna, Arga bahkan izin dari kantornya. Lelaki itu dengan setia membelikan Anna makanan, menyuapi, menjadi dosen pembimbing pribadi, hingga setia menunggu Anna di depan ruang sidang, sebagai pemirsa tentu ia meleleh melihatnya.

Entah perbuatan baik seperti apa yang pernah Anna lakukan sehingga mendapatkan Arga sebagai balasannya.

"Dunia terasa milik berdua, kita cuma ngontrak. Kalo ga bisa bayar, bakal ditendang ke mars" sahut Maisa, yang kemudian membuat Anna tersenyum dan beralih ke arah mereka.

"Makasih ya Ji, Mai, kalian yang terbaik" ucap Anna setelah mereka bertiga berpelukan.

"Kita apa Mas Arga?" ledek Jian lagi.

"Jangan ditanya kalo udah tau jawabannya"

Ucapan Anna itu membuatnya mendapatkan hadiah berupa toyoran kepala dari Maisa. Namun itu justru membuat ketiganya saling terkekeh keras.

"Cie calon sarjana"

Sementara Arga, melihat bagaimana pemandangan yang ada di hadapannya itu cukup membuatnya merasa lega, juga bahagia melihat bagaimana Anna diperlakukan dalam persahabatan itu. Jujur, Arga sampai iri melihatnya.



***


Di perjalanan pulang Anna lebih banyak diam karena merasa energinya hampir habis. Ia minta disetelkan radio sebelum menyandarkan tubuhnya di bangku. Arga juga sepertinya mengerti itu, tidak banyak bertanya dan lebih membiarkan Anna beristirahat.

Before YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang