29

1.4K 140 8
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*****

Mama Wen♡︎

|Luna, Mama titip Rara, ya?
|Jangan biarin keluar malam!
|Lapor Rendi aja kalau dia ngebantah

Siap, Mama! 86!|

Setelah membalas pesan ibu mertuanya, Aluna menaruh ponsel itu di atas meja sambil menghela berat. Aluna kembali menyandarkan punggungnya pada sofa sambil melihat langit-langit ruang tamu.

Mertuanya tidak ada di rumah, Aluna hanya berdua dengan Rara. Saat ini, adik iparnya itu sedang mengerjakan tugas di kamar, tapi Aluna mendengar Rara malah bertelepon dengan seseorang, sampai suara tawa Rara terdengar ke bawah sini.

"Kalau tau gini Luna di apartemen aja, sama-sama sendirian." Aluna menunduk sedih, memainkan jemarinya karena merasa bosan.

"Luna gak tau mau ngapain, mau jalan-jalan ke taman belakang takut, takut ada yang pecah, takut ada yang hilang, mau nyalain televisi juga takut, takut nanti tv-nya jadi rusak." Aluna bermonolog.

"Vas bunga gak kesepian di atas meja sendirian? Luna mau ambil makanan di kulkas tapi takut gak boleh. Kata Koko, gak boleh sembarangan ambil makanan di rumah orang." Aluna tertawa kecil setelah menyadari bahwa ia baru saja mengajak ngobrol vas yang ada di atas meja. "Luna aneh, deh, masa vas diajak ngobrol? Kan gak bisa jawab."

"Assalamualaikum."

Aluna menoleh cepat saat mendengar seseorang mengucap salam. Kedua bola mata gadis itu membulat saat melihat siapa yang datang.

"Mas!!!" Aluna langsung berlari dari sofa, memeluk Rendi yang baru saja menutup pintu rumah.

"Ck, jangan lari-lari, nanti jatuh gimana?" Rendi memberi peringatan tegas, tapi tangannya tetap mengusap pelan pundak kepala gadis itu.

"Kangen..." Aluna malah semakin mengeratkan pelukan, mengindahkan perkataan Rendi sebelumnya.

"Baru juga tiga jam pisah, gak usah lebay. Lepas, sesek." Ujar Rendi seraya mendorong pelan bahu Aluna saat merasa sesak karena gadis itu memeluknya terlalu erat.

"Mas kok gitu? Mas gak kangen sama Luna? Mas suka jauh dari Luna? Mas gak mau dek—mmph!" Kalimat Aluna terhenti saat Rendi membekap mulutnya.

"Kalau lo berisik terus gue pergi lagi." Rendi mengancam, setelah itu melepas telapak tangannya yang semula menutup mulut gadis di depannya.

Jadikan Aku Makmum, Mas!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang