46

1.5K 143 14
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*******

Aluna terjaga hingga pagi hari, matanya tidak terpejam barang satu detik. Aluna bahkan duduk di sofa sepanjang malam, menanti seseorang yang tak kunjung pulang. Rendi ingkar janji, dia meninggalkan Aluna semalaman seorang sendiri.

"Wah, lihat, mataharinya udah mau terbit." Aluna menunjuk pada semburat cahaya jingga mulai menggores hamparan langit yang semula gulita.

"Cahayanya indahh banget, nanti kalau udah besar, Dede Bayi pasti juga suka." Aluna kembali bermonolog, ia usap perutnya yang semakin membesar itu dengan penuh kasih sayang.

Aluna meringis saat janin dalam kandungannya kembali menendang dengan keras. Hal itu terus terjadi sejak semalam. Mungkin ia tengah menanyakan keberadaan sang ayah.

"Dede Bayi tenang, ya, Daddy mungkin ada urusan penting jadi semalam gak pulang. Nanti siang Daddy pulang." Aluna menenangkan janinnya.

Kendati percuma. Jangankan menenangkan anaknya, menenangkan diri sendiri pun Aluna masih kesulitan Bahkan, pikiran-pikiran buruk terus menghantuinya sejak semalam.

Rendi kemana? Kenapa semalaman tidak pulang? Jangankan memberi kabar, ponsel pria itu bahkan tidak bisa Aluna hubungi sampai sekarang.

"Dede Bayi laper, gak? Ayo sarapan!" Aluna tersenyum manis, mencoba untuk mengalihkan pikirannya pada hal-hal yang lebih positif.

Aluna sempat melirik ke apartemen Gina. Biasanya, Gina selalu keluar pagi-pagi begini untuk menyiram tanaman atau sekedar minum kopi, tapi... Hari ini tidak. Apa dia juga sedang pergi?

Aluna menggeleng pelan, ia kembali menepis pikirannya. Tidak, mungkin itu hanya kebetulan.

Aluna memutuskan untuk masuk ke dalam dan menutup pintu balkonnya. Aluna langsung menuju dapur, namun ia tidak menemukan makanan yang masak. Hanya ada bahan mentah di kulkas.

"Gak ada makanan yang matang, tapi Luna gak mau sarapan roti, Luna maunya bubur ayam." Aluna bergumam pelan sambil menunduk dalam.

"Kita jalan ke depan gak papa, ya? Kita beli bubur ayam di depan sana." Aluna kembali bersuara.

Tentu, tidak ada jawaban apapun dari janji yang ia ajak bicara, hanya suara jarum jam yang terdengar. Apartemen ini menjadi benar-benar sepi. Ah, Aluna tidak menyukai situasi seperti ini.

Aluna menghela berat, ia pergi ke kamar untuk mengambil dompet dan sepatu pantofelnya.

Aluna memutuskan untuk membeli sarapan sendiri. Tidak papa, hitung-hitung olahraga.

Jadikan Aku Makmum, Mas!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang