END

3.7K 167 35
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




*******

Sehzade Osman Altair Widjaya, namanya begitu masyhur di seluruh penghuni SMA Galatasian. Penampilan yang menarik, pembawaan yang tenang, serta pribadi yang ranggih membuat seolah tidak ada alasan untuk tidak menaruh rasa kagum pada pemuda berusia 18 tahun itu.

"Al, mau masuk sekarang?"

Altair menoleh pada Fatih yang menepuk pundaknya, mengajak masuk ke kelas mengingat beberapa menit lagi bel masuk berbunyi.

"Duluan aja, gue di sini sambil nungguin dia." Altair menunjuk Ghazi yang tengah tertidur di atas lantai rooftop sekolah tanpa alas apapun.

Fatih tertawa menyadari hal itu.

"Bisa-bisanya dia tidur di rooftop pas lagi panas-panasnya tapi tetap nyenyak gitu." Fatih dibuat geleng-geleng kepala oleh kelakuan Ghazi.

"Namanya juga Ghazi." Altair terkekeh kecil.

"Orang kayak gini yang di Padang Mahsyar nanti mau satu barisan sama Ertugrul Ghazi? Mana bis—akh!" Fatih meringis saat seseorang melempar botol kosong hingga mengenai punggungnya.

"Berisik!" Tukas sang pelaku yang tak lain adalah Ghazi—yang masih tetap pada posisi berbaring dan kedua kelopak mata yang masih tertutup.

Altair tertawa lepas melihatnya.

"Udah, lah, mending lo pergi aja, biar gue temenin Ghazi di sini biar pas bel nanti ada yang bangunin. Kalau ditinggalin sendiri bisa-bisa dia di sini sampai Magrib." Ucap Altair pada Fatih.

"Yaudah, gue pergi duluan. Ayo, Zid!" Fatih menepuk bahu Beyazid yang sedari tadi memang duduk di tengah-tengah mereka.

"Hah? Oh, ayo!" Beyazid langsung menutup buku sirah yang sedang dibacanya.

"Ayo kemana?" Fatih bertanya.

"Gak tau, emang kemana, Al?" Bayazid malah balik bertanya pada Altair.

Altair tertawa lepas.

"Ke kelas! Makannya kalau ada orang ngomong tuh dengerin, jangan sibuk sendiri." Sindir Altair.

"Sorry, abis lagi asyik." Beyazid meringis. Pemuda jangkung itu lantas berdiri dari duduknya.

"Duluan, Al, titip salam buat dia kalau udah bangun." Fatih menunjuk Ghazi dengan dagunya.

"Lah, bisa-bisanya dia tidur di tempat kayak gini." Beyazid terkejut sewaktu melihat Ghazi.

"Dih, baru sadar! Udah ayo, nanti gue mau ke kantin dulu beli minum." Fatih ingin merangkul bahu Yazid, tapi apa daya tingginya tak sampai.

Altair geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua temannya itu. Sambil menunggu Ghazi terbangun, Altair kembali memutar alunan instrumen piano yang ia dengar melalui earphone-nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jadikan Aku Makmum, Mas!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang