49

2.1K 165 10
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

"Pasien menderita anemia yang cukup parah, kondisinya sangat tidak memungkinkan untuk melakukan persalinan normal. Jadi, kemungkinan besar akan melakukan operasi caesar."

"Kalau melakukan operasi, apa istri saya akan baik-baik saja, Dok?"

"Kami tidak bisa menjamin, resiko akan tetap ada. Namun, jika dengan operasi maka terjadinya pendarahan bisa lebih diantisipasi."

Pernyataan dokter itu terus terngiang dalam kepala Rendi, seakan tidak mau pergi.

Aluna memiliki catatan kesehatan yang buruk, hal inilah yang membuat Rendi terkesan protektif pada Aluna sejak awal kehamilannya. Namun, hal yang ia takutkan tetap benar-benar terjadi.

"Mas, Luna tadi pingsan lagi, ya?"

Suara lembut itu membuat Rendi tersadar dari lamunannya. Rendi tersenyum manis menatap Aluna yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

"Ya, kata dokter cuma kecapean." Rendi beralibi.

Siang tadi, Rendi panik setelah mati saat Aluna tiba-tiba tidak sadarkan diri. Bersyukur, rumah baru mereka dekat dengan rumah Miftah yang segera datang dan mengantar mereka kemari.

"Mas bohong, Luna pasti sakit parah." Aluna membuang wajah pucatnya ke lain arah.

Aluna tahu, kondisinya saat ini sedang tidak baik-baik saja. Rendi berkata seperti itu karena tidak ingin membuatnya merasa takut dan sedih.

"Nggak, lo cuma kecapean. Semuanya baik-baik aja, jangan mikir yang aneh-aneh." Rendi berusaha memutus pembahasan mereka.

Rendi menutup gorden ruangan tempat Aluna di rawat karena hari sudah mulai gelap, kemudian kembali duduk di kursi tunggu tepat di samping ranjang tempat Aluna kini terbaring.

Wajah Aluna terlihat sangat pucat, ia bahkan tidak kuat untuk sekedar banyak bersuara. Jarum infus yang tertanam di punggung tangan serta selang oksigen di wajah cantik itu sungguh membuat hati Rendi teriris. Rasanya begitu menyakitkan ketika melihat orang yang ia sayangi merasa kesakitan, sedang ia tidak bisa berbuat apa-apa.

Rendi meraih tangan pucat itu kemudian ia genggam lembut. "Sakit, ya?"

Aluna mengangguk samar. "I-iya."

"Sorry, gue gak bisa lakuin apa-apa." Rendi menunduk dalam merasa bersalah. Rendi benar-benar merasa tidak berguna saat ini.

"Gak papa, Luna juga l baik-baik aja, Mas gak perlu khawatir." Wajah pucat gadis itu tersenyum tipis.

Rendi terdiam. Hari ini, ia melihat betapa kuat gadis yang selalu berdiri di belakang punggungnya itu. Aluna masih bisa tersenyum di tengah kondisinya yang seperti sekarang.

Jadikan Aku Makmum, Mas!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang