15

2.1K 208 7
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


******

Menginjak semester lima, Rendi hampir tidak bisa lagi menghabiskan banyak waktu untuk bersenang-senang. Tugas kuliah dan pekerjaan menghantamnya dari sisi kanan kiri. Seperti sekarang, saat jadwal kuliahnya kosong, bukannya digunakan untuk berisitirahat, Rendi malah harus berkutat dengan sejumlah pekerjaan.

Suara pintu kamar mandi yang terbuka membuat Rendi menoleh. Ia mendapati gadis dengan dress merah muda keluar dari sana dengan menyelimuti rambutnya menggunakan handuk yang basah.

"Lo ada jadwal kuliah?" Rendi bertanya pada Aluna. Masa cuti mereka sudah habis, jadi keduanya kembali disibukkan dengan kegiatan kuliah.

"Nanti siang, Mas." Jawab Aluna dengan senyum penuhnya sebelum duduk di kursi rias dan menyalakan alat pengering rambut.

Entah apa yang membuat Rendi beranjak dari kursi yang ia duduki. Rendi berjalan menghampiri Aluna dan berdiri tepat di belakang gadis itu.

"Biar gue." Rendi mengambil alih hair dryer dari tangan Aluna, membuat sang empunya terkejut.

"Biar Luna aja, Mas lagi ngerjain tugas, kan?" Aluna menolak halus.

"Tinggal sedikit." Rendi bersikukuh.

Aluna tersenyum senang, tidak dipungkiri ia merasa bahagia dan antusias. Aluna pikir pernikahannya tidak akan semanis ini, Aluna kira Rendi akan lebih banyak marah-marah ketimbang melakukan hal-hal romantis. Ternyata Aluna salah besar. Rendi banyak melakukan hal-hal manis yang selalu berhasil membuat hati Aluna berbunga-bunga.

Aluna melihat wajah Rendi dari pantulan cermin di depannya. Pria itu tampak sangat serius mengeringkan rambut Aluna, bahkan terlihat lebih serius daripada saat Rendi mengerjakan tugas kuliahnya tadi. Hal itu membuat Aluna tertawa.

"Kenapa ketawa?" Rendi bertanya pada Aluna saat mendengar gadis itu tertawa.

"Enggak, Mas Rendi lucu." Aluna lanjut tertawa. "Tadi pas ngerjain tugas mukanya biasa aja, pas keringin rambut Aluna muka Mas serius banget."

Rendi berdecak, ia kemudian mengambil sisir rambut dan mulai menyisir rambut Aluna.

Rendi melakukannya dengan sangat lembut, telaten dan penuh kehati-hatian. Bahkan Aluna tidak melihat rambutnya yang tertinggal pada sisir kecuali sedikit sekali, lebih sedikit dibandingkan ketika Aluna menyisir rambutnya sendiri.

"Mas kok bisa sisir rambut perempuan?" Aluna bertanya, menatap wajah sang lawan bicara dari pantulan cermin besar di depannya.

"Rara." Jawab Rendi singkat.

Jadikan Aku Makmum, Mas!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang