28. Wormhole

4 2 0
                                    

Cameron Highlands, 1994

Suara jerit melengking dari area kebun mawar menarik perhatian mereka yang sedang mempersiapkan barbeque di halaman samping mansion. Suara itu milik Judas yang entah bagaimana bisa pergi berkeliaran tanpa disadari siapapun. Anastasia dan Husein spontan beranjak dari tempat masing-masing, berpencar mencari asal suara. Semua orang sontak mengkhawatirkan bocah itu.

"Yodaaa!" Anastasia meneriakkan nama keponakannya. Gadis itu memeriksa setiap bedeng mawar dengan saksama.

"Yodaaa!"

Husein memeriksa di area bedeng yang berlawanan arah. Langkah keduanya tampak berlomba cepat.

"Ana, dia di sini!" Husein memekik memberitahu Ana. Tanpa menunggu gadis itu datang menyusulnya, Husein segera berlari menghampiri Judas.

Di pekarangan mansion, Malina, Azura, dan Elyss memantau pencarian keduanya dari posisi masing-masing. Elyss tampak mengambil alih pekerjaan suaminya yang sedang mengipas daging panggang, Azura mendekap Victor dalam gendongan, sementara Malina berusaha menahan Alan yang hendak berlari menyusul Anastasia dan Husein ke perkebunan.

"Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa pada Yoda," gumam Azura sebelum mencium kepala Victor sekilas.

"Dari jeritannya, aku yakin sesuatu telah terjadi," pungkas Malina sembari menarik tangan Alan ke posisi Azura. Berusaha tak mempedulikan rengekan menolak yang Alan tunjukkan. Malina menarik napas panjang usai mendudukkan Alan di kursi makannya. "Bagaimana bisa kita lengah? Anak-anak tidak boleh dibiarkan berkeliaran di perkebunan tanpa pengawasan. Bahaya," Malina lanjut mencecar.

"Ya, pertama kali kita kecolongan," timpal Elyss yang sedang mengipas daging di panggangan.

"Pertama dan terakhir. Jangan sampai hal ini terulang pada Alan dan Victor. Semakin anak-anak membesar, semakin besar rasa ingin tahu mereka dan semakin lebar pula langkah mereka."

Sejenak kemudian, Husein dan Anastasia kembali ke pekarangan mansion bersama Judas. Langkah keduanya tampak memburu panik. Terlebih Judas tak henti-hentinya menangis.

Dugaan Malina benar, sesuatu telah terjadi.

"Duri mawar," Husein menunjukan kaki Judas yang tercabik. Tangan Husein memegangi luka tersebut untuk meminimalisir pendarahan. "Sepertinya goresannya cukup dalam."

"Bagaimana bisa duri mawar melukai separah ini?" tanya Elyss tak percaya.

"Duri dari dalam tanah," bisik Husein.

"Cepat bawa dia ke dalam! Aku akan menanganinya."

Luka Judas cukup dalam, lebih menyerupai tusukan daripada goresan. Posisinya di telapak kaki kiri, di antara jempol dan telunjuk, nyaris tembus. Malina akhirnya harus menjahit luka tersebut. Anastasia bertahan mendampingi keponakannya, berusaha memberitahu Judas bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Di luar dugaan mereka, walau sesekali merintih kesakitan, Judas tidak terlihat takut menyaksikan bagaimana kakinya dijahit.

"Terima kasih, Grandma," ucap Judas begitu Malina selesai menangani lukanya.

"Sama-sama, Anak Hebat. Lain kali jangan berkeliaran sendirian di perkebunan ya ..."

"Dengar, Yoda! Sekali lagi aku mendapatimu berkeliaran sendirian, saat itu juga aku akan mengirimmu kembali ke asrama," ultimatum Anastasia.

"Aku tidak sendirian, Bi," sahut Judas terdengar polos namun berhasil membuat Malina dan Anastasia saling berpandangan heran.

"Apa maksudmu tidak sendirian, Yoda?"

"Ceritakan, Yoda!" pinta Malina.

Judas pun menceritakan bagaiman ia berakhir di kebun mawar. Awalnya ia memang pergi ke pekarangan belakang sendirian untuk mengambil bola yang biasa ia mainkan bersama Alan. Namun sesosok pria, entah siapa, berhasil menarik perhatiannya. Judas bahkan menghampiri dan menanyai pria itu tentang siapa dirinya. Pria itu menjawab bahwa ia adalah seorang teman pemilik mansion dan perkebunan tersebut. Karena penasaran, Judas pun terus mengikuti kemana langkah pria asing itu mengembara.

Starseed: Beyond The Celestial Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang