Jakarta, 1967
Sekembalinya keluarga kecil Janssen ke Jakarta, segalanya berjalan sesuai dengan harapan. Hidup Malina seakan direset ulang, begitu pula semangatnya—kembali bersemi seperti kuntum sakura yang bermekaran mengakhiri periode musim dingin kehidupan.
Kembali ke rutinitas masing-masing. Malina menyibukkan diri membantu di panti, sementara Rhett kembali melanjutkan kerja lepas sebagai fotografer untuk sebuah perusahaan pers di pusat Jakarta. Hanya saja, ada rutinitas tambahan yang kini mereka tekuni. Selain menyusui Aurora, setiap hari Malina mesti memompa air susunya untuk membantu bayi Zara dan Gibran. Setiap pagi pula Rhett menjadi kurir yang mengantarkan beberapa kantong ASI dalam kotak pendingin ke rumah kedua sahabatnya tersebut.
Sejauh ini Zara dan Gibran tidak tahu bahwa Malina lah yang menjadi ibu susu tak langsung bayi mereka. Adalah permintaan Malina yang menyebabkan Rosa dan Irma akhirnya bersepakat untuk mengatasnamakan peran itu pada salah satu teman dekat Irma. Meskipun ia merasa tidak enak karena memaksa orang berbohong demi kenyamanannya, Malina tak punya pilihan yang lebih baik. Ia masih dan berharap tidak akan pernah lagi menjelaskan apapun tentang seleret musibah yang ia lalui pada siapapun.
Paling tidak, di balik musibah yang ia lalui, ia masih bisa melanjutkan perannya sebagai ibu untuk anak orang lain. Sebuah sisi baik yang patut ia syukuri.
*
Cameron Highlands, 1994
Adalah kewajaran, mendambakan kedatangan musim semi di tengah jenuh menjalani gigil musim dingin.
Di hari terakhir liburan, tepat ketika Anastasia dan Judas akan pamit meninggalkan Cameron Highlands, Rick tiba untuk menjenguk istri dan anak-anaknya yang telah absen dari hidupnya selama kurang lebih dua purnama.
"Papa!"
"Hey, Son!"
"I missed you ..."
Alan langsung luruh dalam pelukan Rick saat keduanya bertemu. Ada rasa bersalah terpancar dari tatapan Azura melihat bekunya rasa rindu yang seketika meleleh karena pertemuan itu. Azura sadar bahwa caranya memulihkan diri dari kekecewaan terhadap Rick, merugikan putranya, Alan, yang terpaksa tinggal berjauhan dari sang ayah.
"Hai, Rick! Apa kabarmu?" sapa Anastasia yang telah standby di teras depan mansion bersama Judas, sedang menunggu mobil sewaan yang akan mengantar mereka ke bandara. Anastasia menaikkan kacamata gelapnya ke atas kepala, membiarkan Rick melihat ekspresinya dengan jelas.
"Baik, Ana. Kabarmu sendiri bagaimana?" Rick balas bertanya sebelum tersenyum manis ke arah Judas. Tak ingin berlama-lama bersipandang dengan Anastasia. Jelas Rick tak nyaman melihat tatapan sangar yang melebihi sangarnya hewan-hewan buas yang ia rawat di kebun binatang. Rick tahu Anastasia juga marah dan kecewa terhadap realitas di balik eksistensi Karenina, anak haramnya.
"Hai, Yoda! Aku tidak percaya kau sudah tumbuh sebesar ini."
"Kami sangat menikmati liburan di sini. Kami memiliki waktu-waktu yang luar biasa. Bukan begitu, Yoda?"
Judas menganggukkan kepala, membalas senyum Rick . Alan kecil dalam pelukan Rick kemudian memberikan lambaian tangan ke arah Judas dan Anastasia. Wajah ceria kerena baru bertemu papanya seketika kembali datar.
"Take care, Brother Yoda! Datanglah ke rumah papaku. Aku punya banyak mainan di sana."
"Sampai jumpa lagi, Alan! Aku harus kembali ke sekolah. Kapan-kapan aku akan datang ke rumahmu ya."
"Apa kau tinggal di sekolah? Bolehkah aku datang ke sana? Akan aku bawakan mainan."
"Tentu saja kau boleh datang, Alan." Arah pandangan Judas kemudian beralih pada Rick, tiba-tiba saja sepasang mata bocah itu berkaca-kaca seolah baru saja dihantam tsunami emosi yang tak terprediksi sebelumnya. "Bolehkan aku memelukmu, Uncle Rick? Sebentar saja ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Starseed: Beyond The Celestial
Ficção CientíficaGenre: Sci-fi, Drama, Mystery Blurberry: Sebuah persaudaraan yang berkoloni di suatu tempat rahasia, mengirim dua utusannya (Leo dan Angel) untuk menyelamatkan hidup dua anak (Aurora dan Dany) yang sekarat akibat sebuah kecelakaan, sekaligus melakuk...