Singapura, 2001
Setelah beberapa waktu absen dari peredaran, Malina pun kembali menjejakkan kaki di Cameron Highlands. Bersua kembali dengan Husein, Elyss, dan perkebunan yang menyimpan lipatan misteri besar. Sepekan berada di perkebunan, ia putuskan mengepak lagi isi kopernya. Giliran Singapura memanggil-manggil namanya. Malina sudah sangat merindukan para krucil Hudson. Masa bodoh dengan ibu mereka yang masih mengalami krisis moral! Malina tak ingin kehilangan waktu berharga bersama cucu-cucunya hanya karena membenci perbuatan ibu mereka.
Suatu sore di akhir pekan yang cerah, Malina meminta izin Azura untuk membawa Alan, Victor, dan Kara jalan-jalan ke pusat kota. Tepatnya ke gerai kudapan Perancis langganannya. Anak-anak tampak antusias karena akan ditraktir kudapan lezat. Tak ingin memadamkan antusiasme ibu dan anak-anaknya, Azura pun memberi izin.
"Ikutlah dengan kami jika kau luang," ajak Malina berbasa-basi.
"Tidak untuk kali ini, Bu. Ada pekerjaan yang harus diselesaikan."
Malina sudah menebak akan diberi jawaban itu dan sama sekali tak ingin bersikeras menuntut keikutsertaan Azura. Malina tahu betul pekerjaan macam apa yang ingin Azura selesaikan. Kapan lagi ada momen kosong saat suami dan anak-anaknya sibuk di luar rumah? Di suatu tempat, kekasih gelapnya sedang menunggu untuk dimanjakan. Momen bagus macam ini tak boleh disia-siakan, bukan?
Malina dan krucil Hudson akhirnya diantar supir menuju tempat tujuan. Setiba di gerai, anak-anak langsung memesan makanan manis kesukaan mereka. Alan tiba-tiba ingin ke toilet di tengah acara makan. Kebelet buang air besar. Yang kemudian keinginan serupa menular pada Kara. Kara memohon pada Malina untuk ditemani ke toilet, sebab Daphne, pengasuhnya dari bayi, membiasakan gadis itu ditemani setiap kali ingin buang hajat. Mengingat Kara si paling kecil dan rewel, Malina merasa harus menemaninya. Victor akhirnya ia tinggal sendirian menyantap sepiring eclair dengan lahap.
Sekembalinya ke seat, Malina celingak-celinguk karena tak melihat keberadaan Victor di manapun. Malina lalu bertanya ke para pelayan gerai. Tak seorang pun menyaksikan kemana Victor pergi. Kepanikan mulai menetas. Malina mendesak pihak gerai untuk membuka kamera pengawas. Di dalam rekaman terlihat Victor dihampiri seorang laki-laki berjaket hoodie hitam. Dalam satu manuver lelaki itu membius dan menggondol Victor keluar dari gerai di saat semua orang tampak lengah. Adegan dalam rekaman kamera pengawas itu tak bisa dipertanyakan lagi adalah sebuah aksi penculikan.
Tanpa pikir dua kali, Malina lantas menghubungi Rick dan Azura. Mengatakan kalau Victor diculik.
Kurang dari setengah jam, Azura tiba lebih dulu di gerai mengendarai mobil sport tercepat koleksi suaminya. Menjeda ledakan emosi dan kepanikan Malina yang berhasil menarik segenap perhatian orang-orang di sekitar sampai ramai mengerubunginya. Menejer gerai bahkan telah menghubungi polisi menyikapi kejadian itu. Hanya saja, belum ada satu petugas pun yang tiba di gerai.
"Bu? Bu Malina?"
Azura mendorong pintu masuk gerai dan menerobos kerumunan. Kedatangan wanita itu langsung disongsong oleh Alan, Kara, dan Malina.
Alan dan Kara serempak melompat dari sisi Malina untuk bernaung di bawah ketiak Azura. Kara menangis, sementara Alan terdiam cemas.
"Maaa! Victor diculik, Maaa!" Kara merengek takut.
"Ini salahku, aku meninggalkannya sendirian saat menemani Kara ke toilet."
"Aku juga salah, Ma," ucap Alan yang tak tahan melihat sang nenek menyalahkan dirinya sendiri. "Aku juga pergi ke toilet di waktu yang sama."
"Tenang, Sayang! Semua harap tenang! Kita akan cari Victor bersama-sama," sahut Azura sembari mengelus kepala Kara dan mengusap-usap lengan Alan. "Jangan panik! Victor akan baik-baik saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Starseed: Beyond The Celestial
Science FictionGenre: Sci-fi, Drama, Mystery Blurberry: Sebuah persaudaraan yang berkoloni di suatu tempat rahasia, mengirim dua utusannya (Leo dan Angel) untuk menyelamatkan hidup dua anak (Aurora dan Dany) yang sekarat akibat sebuah kecelakaan, sekaligus melakuk...