22. Thermal Equilibrium

4 2 0
                                    

Cameron Highlands, 1988

Marc Roger Vanzoden. Nama itu sudah menyambangi hidup Malina sejak awal-awal ia menjadi pengurus panti. Rhett pernah menjadi perantara pundi-pundi donasi yang berhasil memakmurkan anak-anak panti. Bahkan, bagi anak-anak yang berprestasi, sosok dermawan itu menyediakan beasiswa hingga ke perguruan tinggi. Namun sungguh disayangkan sosok itu tak pernah muncul ataupun menerima undangan untuk datang ke panti. Melalui telegram yang dikirim pada Rhett, pria itu beralasan bahwa ia sibuk mengurus bisnisnya.

Puluhan tahun nama itu sempat terkubur dalam arsip memori Malina. Namun tak disangka, di hari pernikahan Azura dan Rick, sosok itu kembali melalui persitegangan antara Anastasia dan Jack. Sosok itu, entah bagaimana—juga terhubung dengan Jack dan masa lalu Azura. Membuat Malina berpikir keras.

Siapa dia?

Pertanyaan itu belum terjawab. Namun Malina bisa memastikan—siapapun dia—adalah si paling tahu tentang jati diri dan asal-usul saudara kembar yang terpisah sedari bayi. Bahkan sekarang kesimpulan Malina sedikit bertambah. Bukan tidak mungkin semua donasi yang dikucurkan untuk panti, alasannya semata karena keberadaan Aurora. Bukan tidak mungkin selama ini sosok yang sama memberi fasilitas serupa pada Azura, di belahan bumi berbeda, mendidiknya dengan cara, latar belakang, dan budaya berbeda. Bukan tidak mungkin pula kedua saudara kembar itu adalah bagian dari sebuah eksperimen sains.

Berbagai macam spekulasi berkelebat dalam benak Malina. Dari yang paling lugu hingga yang paling liar. Namun dari himpunan spekulasi yang muncul—yang paling ia yakini tanpa keraguan sedikit pun—Aurora masih hidup, entah di mana, dan mungkin saja sedang bersama sang donatur itu.

"Bagaimana menurut Ibu tentang rancangan rumahnya? Yang ini bagus tidak?" tanya Azura menyalip lamunan Malina.

Butuh waktu sekian detik untuk mengembalikan konsentrasinya pada alam sekitar. Entah bagaimana awal mulanya, ia kembali teringat pada donatur misterius itu. Bersama Azura, kini ia berada di salah satu restoran hotel di Cameron Highlands. Seorang arsitek baru saja selesai mempresentasikan beberapa rancangan rumah di atas kertas cetak biru dalam bahasa Spanyol. Yang tentunya tidak ia mengerti barang sepatah pun. Malina mengamati sekilas, tak ingin mengecewakan mereka yang meminta pendapatnya.

"Bagus. Tetapi, apa fungsi basemen seluas ini?"

Jari telunjuk Malina menjurus ke rancangan ruang bawah tanah yang menurutnya terlalu luas dari ukuran sebuah rubanah pada umumnya.

"Ya, aku sengaja meminta ukurannya diperluas.  Untuk gudang penyimpanan hasil kebun, perkakas, dan beberapa barang koleksiku. Juga untuk berjaga-jaga, jika terjadi hal yang tidak diharapkan, salah satu ruangan bisa menjadi tempat persembunyian rahasia."

"Oh, begitu... kedengarannya keren, Azura!" Malina mengangguk kecil, memberi tampang setuju. Meski demikian dalam hatinya ia tetap merasakan kejanggalan. Ia tidak bisa membahasakannya pada Azura. Ia tidak ingin masuk lebih dalam secara paksa. Azura tentu memiliki alasan tersendiri atas setiap keputusan yang dibuatnya. Azura bukan anak kecil yang harus ditanyai.

"Baiklah, Tuan Santiago. Saya suka rancangan ini."

Azura dan sang arsitek lantas berjabat tangan setelah menandatangani kontrak perjanjian kerja. Acara siang itu berlanjut dengan makan siang.

Menjelang sore, mereka kemudian berkendara off-road menuju lahan milik Azura yang tersembunyi di balik perbukitan. Malina akhirnya mengalami apa yang orang sebut cinta pada pandangan pertama, ia jatuh cinta pada keindahan alam yang mengepung lahan itu.

Detik itu Malina seolah merasakan perputaran waktu bergulung menelannya. Ia melihat segalanya bergerak cepat, tersedot sangat cepat hingga ia tidak menyadari sebuah perkenalan kini telah menjadi kenangan. Lahan kosong yang hanya ditumbuhi semak tak berarti disulap menjadi hamparan kebun mawar merah yang dikelilingi perkebunan teh. Sebuah rumah bercat putih berdiri tegak di tengahnya. Tak hanya itu, di perbatasan timur terpisah dari lahan utama, dibangun pula sederet perumahan untuk ditinggali para pekerja kebun. Di perbatasan sebelah barat, dekat aliran sungai, dibangun rumah kaca untuk pembibitan. Tak jauh dari kaki bukit, dibangun sebuah laboratorium untuk penelitian. Terakhir adalah tembok tinggi nan kokoh yang mengepung dari setiap penjuru.

Starseed: Beyond The Celestial Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang