0.12

169 17 2
                                    

_______________............______________

Suara derap kaki seseorang mampu membuat atensi orang disekitar nya menatap dengan penasaran.

Viaz memasuki kantor papa nya untuk memastikan satu hal. Saat ia sudah tiba didepan resepsionis, ia bertanya dengan datar.

"Apakah tuan Andres ada di ruangan nya?."

Resepsionis itu menatap dengan gugup, ia sempat tertegun dengan sosok didepan nya ini. Tapi ia baru sadar jika didepan nya ini adalah anak sulung dari pemilik perusahaan tempat ia keberja.

"Tuan Andres ada diruangan nya nona muda, mari saya antar." Saat resepsionis itu ingin beranjak dari tempat nya. Viaz lebih dulu menyeka

"Tidak perlu. Saya bisa sendiri." Viaz melangkah meninggalkan resepsionis itu. Lalu memasuki lift.

Suara ketukan dari luar membuat Andres mengerutkan kening nya tak suka. Lalu meng izin kan orang itu untuk masuk.

"Papa." Suara Viaz menyambut Andres dengan datar.

Andres yang sedang fokus dengan leptop nya harus mengalihkan atensi nya kepada anak sulung nya itu.

"Ada apa? Tidak biasa nya kamu mau berkunjung ke kantor." Ucap andres seraya menatap viaz sepenuh nya.

"Papa tau maksud ke datangan ku kesini. Jadi jangan bertele tele." Viaz berucap seraya menatap papa nya serius.

Andres terkekeh, lalu bangkit dari kursi nya. Ia mendekati Viaz yang berada di sofa tunggu.

"Seperti nya kamu tidak bisa diajak bercanda ya." Andres duduk dihadapan Viaz.

"Papa!." Viaz mengeram tak suka. Ia menatap papa nya dengan tajam

"Hahaha. Baiklah, apa yang ingin kamu ketahui?." Kali ini Andres menatap Viaz dengan serius.

"Papa tau dimana dia kan?." Viaz bertanya dengan tidak sabaran.

Andres yang paham situasi ini sontak menghela nafas. Lalu menatap Viaz dengan tersenyum tipis.

Viaz yang mengerti maksud dari papa nya ini sontak menegang.

~

Saat ini Viaz sedang termenung di balkon kamar nya.

Ia menyeringai lalu menatap pigura ditangan nya. Ia menatap pigura itu dengan tajam. Viaz jadi tidak sabar ingin memberikan kejutan.

Ia menghisap vape kesukaan nya, sorot mata nya sayu. Viaz terkekeh hambar.

Pikiran nya berkelana. Apakah selama ini ia terlalu dibutakan oleh rasa yang timbul dengan sendiri nya itu. Jika memang iya, prasetan dengan aturan yang ada.

"Gue bisa gila cuman karena lo. Tapi kali ini, gue gak akan biarin lo pergi jauh dari gue. Lo yang mulai. Jadi, jangan salahin gue kalo gue gak akan mau berbagi apa lagi terbagi."

Setelah mengucapkan kata kata itu Viaz memasuki kamar nya, lalu mengunci pintu balkon.

Ia jadi tidak sabar menunggu hari esok. Viaz merebahkan tubuh nya, seraya memeluk guling.

~

Pagi ini Gumi sudah bersiap dengan rapi. Ia menatap pantulan bayangan nya didepan cermin full body.

Ia tersenyum seraya merapikan rambut nya. Gumi kembali memeriksa jadwal pelajaran kali ini. Setelah memastikan semua nya benar ia lalu beranjak dari kamar nya. Tapi sebelum itu ia memakai parfum ke titik tertentu.

Dirasa sudah cukup Gumi memakai tas sekolah nya. Lalu melangkah menuju meja makan.

Dimeja makan hanya ada Ravi sedang memakan sarapan nya. Kening Gumi mengkerut, ia menatap kesana kemari untuk mencari sosok ayah nya. Tapi ia tak menemukan nya

ASMARALOKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang