_______________............______________
BRAKK
Gebrakan pintu terdengar mengelegar dipenjuru Mension. Tara, sang pelaku menatap sekeliling ruangan mencari objek yang ia cari.
Samar samar ia mendengar isak tangis dari balik pintu kamar. Ia berlari menuju kamar tersebut.
"RENZAA LO GILA YA!."
Tara dibuat terkejut dengan tindakan yang dilakukan sahabat nya itu. Pasal nya Renza sedang memegang serpihan kaca yang ntah dari mana asal nya, ia mengarah kan pecahan kaca tersebut kearah tangan nya untuk melukai dirinya sendiri.
Renza yang tersadar karena bentakan dari Tara sepontan menjatuhkan pecahan kaca tersebut. Ia menatap nanar ke arah Tara.
Tara yang baru menyadari kecerobohan nya sontak merutuki diri nya sendiri.
"L-lo ben-ntak gue?."
Renza bertanya seraya menatap Tara sayu.
Tara mengeleng ribut, sontak ia mendekati sahabat nya itu. Berniat menenangkan.
"Sorry, gue gak bermaksud gitu Za. Gu-
"Lo tau kan, g-gue gak suka dibentak?."
Tara menatap Renza, lalu mencoba mendekati sahabat nya itu.
"It's okey, sorry ya?."
Tara memegang pundak Renza untuk menatap nya. Ia menatap sahabat nya dengan iba, penampilan yang acak acak an serta bercak darah yang mulai mengering di lengan nya.
Tara menghela nafas, lalu mendekap renza dengan lembut. Sesekali mengucapkan kata penenang.
~
Beberapa menit kemudian kondisi Renza sudah tenang. Tara menuntun Renza kesofa dekat kasur milik Renza.Saat sudah mendudukkan Renza disofa. Tara mencari kotak p3k dilaci, saat sudah menemukan benda yang dicari ia kembali menghampiri Renza yang sedari tadi menatap dirinya.
"Sini gue obatin dulu." Tara menginterupsi, Renza hanya pasrah saat mendengar notasi sahabat nya sudah berubah.
"Lo udah janji kan sama gue Za, kenapa lo gak bisa dengerin omongan gue?."
Renza bungkam, mulut nya kalu untuk menjawab.
"Liat, sekarang tangan lo jadi kotor. Gue udah pernah bilang kan, kalo lo suka ngegambar. Lebih baik lo gambar di buku gambar."
Renza menatap Tara berkaca kaca, lalu memeluk Tara dengan erat. Ia meluapkan rasa sakit nya dengan cara menangis sejadi jadi nya.
Tara yang mendapat kan serangan mendadak sontak tertegun lalu membalas pelukan Renza.
"H-hiks sakit Ra. Gue cape."
Tara menepuk punggung renza dengan lembut, berharap itu bisa meredakan tangisan nya.
Setelah beberapa menit berlalu renza sudah mulai berhenti menangis.
"Udah kek, baju gue basah anjir sd juga dong lo!!."
"Hiks srott, g-gue lagi sedih ini anjir. Hibur kek, gak bespren banget lo."
"Ya kira kira dong bangke, baju gue penuh sama ingus lo yang sedanau itu."
Tara melepas kan paksa pelukan Renza dengan tak berperasaan nya.
Renza mengerucutkan bibir nya beberapa cm seolah mengatakan jika ia marah.
"Huek, pen muntah gue sumpah. Lo begitu kek angsa mau nyosor. Jelek tau gak, cuci muka kek Sono. Liat tuh ingus lo kemana mana." Tara menatap sinis Renza seraya merapikan kembali baju nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARALOKA
Teen FictionBagaimana jadi nya jika jatuh cinta dengan teman kita waktu masa kecil dulu? Ya begitulah yang di rasa kan oleh Viaz, dia jatuh cinta pada teman masa kecil nya dulu yaitu Gumi Setelah lama berpisah akhirnya dia tidak sengaja kembali bertemu dengan...