0.8

162 13 3
                                    

_______________............______________

Paris Beauvais Airport

Saat ini Gumi sedang menunggu ayah dan kakak nya. Tadi sebelum berangkat Sagam berpesan jika Gumi harus membuang kartu telfon yang sebelum nya.

Gumi sempat bingung, tapi pikiran itu tak berselang lama. Sampai suara yang sangat familiar menyapa nya

"Dimana ayah mu honey?."

"Ah, kakek. Ayah dan kakak pulang ke mansion, kata nya ada barang yang ketinggalan." Ucap Gumi seraya bangkit dari duduk nya. Citra yang memperhatikan Gumi sedari tadi hanya terkekeh. Lalu maju satu langkah dari Gavi

"Kebiasaan, selalu aja belepotan. Pantesan gak punya pacar, hm" Ucap Citra seraya meledek cucu nya ini. Gumi yang merasa tersindir hanya mampu cemberut. Saat Citra membersihkan sisa remah makanan di pipi Gumi, ia merasa gemas. Pasal nya pipi Gumi sedari kecil selalu saja mengembung

Citra mati mati an untuk tidak mencubit pipi chubby itu, jika dilihat dari dekat. Gumi lebih ke menggemaskan ketimbang cantik, itu arti nya perpaduan yang pas. Apa lagi tatapan mata sayu Gumi mampu membuat Citra teringat dengan Fisya. Bunda Gumi, tatapan mata yang sama persis saat Fisya masih muda dulu, pikir Citra.

"Ayah." Sagam berjalan mendekati Gavi, Citra dan Gumi. Lalu mendekat kearah Gavi, Sagam membisikkan sesuatu hingga kata kata yang keluar dari mulut Sagam mampu membuat Gavi menatap tajam sagam.

"Ayah mempercayakan semua nya kepada mu Sagam, ayah harap kejadian itu tidak terulang lagi." Ucap Gavi seraya menepuk pundak Sagam pelan. Lalu Gavi mendekati Gumi seraya mengelus kepala Gumi dengan sayang

"Kakek harap kamu jangan terlalu berkeliaran disana honey. Karena kakek hanya mampu mengawasi mu dari jauh, kau mengerti?."
Ucap Gavi lalu mencium kening Gumi dengan sayang.

Gumi hanya mampu mengangguk kecil, tanpa sadar pipi nya ikut bergoyang. Ravi yang melihat itu mengeram tertahan, adik nya ini sungguh menggemaskan.

Citra memeluk Gumi dengan erat, Gumi bisa merasakan jika pundak nya basah. Lalu ia tak kalah erat memeluk Citra.

"Sudah acara peluk pelukannya, sekarang sudah waktu nya kita berangkat." Sagam melerai acara perpisahan itu dengan tersenyum tipis, Gumi yang mendengar itu menunduk. Ia pasti akan merindukan tempat sejuta kenangan nya ini.

"Apakah kita akan kembali lagi? Setidak nya hanya berkunjung." Gumi bergumam seraya memelintir ujung baju nya, ia hanya takut merindukan kakek dan nenek nya.

Ravi yang melihat adik nya sedih hanya mampu menghela nafas, lalu ia mencubit pipi gumi dengan cukup keras. Ravi dibuat gemas dengan adik nya ini, jadi jangan salahkan ia jika Ravi mencubit pipi berisi Gumi dengan tidak berperasaan nya.

"Akhh, ck sakitt kak. Ayah, liat kak Ravi jahat. Pipi gumi nyut nyutan." Gumi mengadu kepada Sagam, kalau cubitan Ravi sungguh sakit. Bahkan sekarang pipi nya memerah.

Gavi yang melihat itu sontak menatap tajam Ravi, lalu menarik telingan nya dengan kuat. Ravi meringis tertahan
"Ssttt, sakit kek." Ravi berucap seraya mencoba melepaskan jeweran maut kakek nya itu.

"Ini hukuman mu, karena melukai cucu ku." Gavi melepaskan jeweran nya itu.

"Ck, Ravi juga cucu kakek kalau lupa." Ravi berdecak seraya mengusap telinga nya yang memerah.

~

"Beristirahat lah, perjalanan nya mungkin akan terasa membosankan." Ravi berucap seraya mengelus kepala Gumi, lalu ia menaruh kepala Gumi di pundak nya.

Gumi hanya mengangguk, ia merasa mengantuk. Hal yang paling Gumi hindari sedari kecil, ia selalu lemah jika ada yang mengelus punggung atau pun kepala nya. Gumi akan selalu merasa mengantuk jika di perlakukan begitu, dan sial nya. Keluarga nya itu tau kelemahan nya.

ASMARALOKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang